Part 8
“Ke studio lagi, mudah – mudahan tidak ada perempuan
itu.” Pikir Elina dalam hati. Hari ini Elina ke studio untuk latihan gitar plus
melihat The Script latihan lagi. Sampailah Elina di studio, dia bersyukur
karena tidak ada pacar kak Danny, Sandra.
“Hey, Elina, ada apa kau kemari ?” tanya Glen.
“Aku bosan di rumah, aku juga ingin latihan gitar
bersama kalian. Keberatan kah kalian ?”
“Jelas tidak Elina, tapi kemana Danny ? Dia belum
datang juga ?” tanya Mark.
“Well, I don't know, dia tidak menelpon ku juga,
tapi, aku ingin bercerita sesuatu dengan kalian, aku berani cerita karena
kalian adalah teman baik Danny.”
“Ceritalah, kami akan mendengarkan.” ucap Glen
lembut.
“Begini, aku tidak enak sekali kemarin ketika
bertemu pacar Dan, ya aku tidak tahu sudah berapa lama dia berpacaran, cuma ada
rasa tidak enak saja, menurut kalian bagaimana ?” tanya Elina.
“Hmm, mungkin cuma perasaanmu saja El, mereka sudah
berpacaran setahun belakangan ini, Danny pintar sekali menyembunyikan pacarnya
itu, kami hanya tahu kalau dia berpacaran, baru kemaren saja dia membawa
pacarnya itu, sebelum tahu kemaren, kami hanya melihat dari foto nya.” jelas
Glen.
“Ya, mudah – mudahan saja hanya perasaanku, tapi...”
ujar Elina ragu.
“Sudahlah El, lebih baik kau mendukung kakakmu itu,
tapi, kita buktikan saja nanti, apakah perasaanmu itu benar atau tidak, kalau
menurutku Dan cocok saja dengan dia, dia cantik, seorang model, dan mungkin dia
memang baik.” jelas Mark lagi.
“Cantik tidak menjamin kalau dia baik, Mark, lagian
mungkin saja perasaanku betul, dan biasanya benar.”
“Ya, mungkin saja kau benar, hey, dengar itu suara
mobil Danny.”
“Ya kau benar Mark. Hey, sebelumnya terima kasih ya
telah mengajarkanku gitar dan mendengarkanku
tentang cerita Danny.”
“Sama – sama Elina, jika kau ingin cerita, cerita
saja..” ujar Glen.
“Baiklah.”
Sedang asyiknya Elina bercerita bersama Glen dan
Mark, sekaligus belajar gitar, Danny membuka pintu, dan Danny pun membawa
pacarnya lagi. Kali ini Danny terlihat sedikit senang.
“Hey, dari mana saja kau Dan ?” tanya Mark.
“Maaf, aku habis menjemput Sandra. Ahh disini kau
rupanya Elina, sedang apa ? Habis belajar gitar bersama Mark ?”
“Ya betul sekali, kenapa kau bisa telat, apa kau
tidak lihat Mark dan Glen telah menunggu lama ?”
“Oh, maafkan aku, jalanan kota London tidak bersahabat
hari ini, dan jarak untuk menjemput Sandra tidak dekat.” jelas Danny.
“Oh begitu, yasudahlah, nasi sudah menjadi bubur.”
“Iya, maafkan aku ya Elina, karena aku Danny jadi
telat.” nada ucapan Sandra, begitu lembut, tapi pandangannya terhadap Elina
tidak enak sekali.
“Yasudah lah tidak apa – apa.” ujar Elina.
“Sudahlah, mari kita mulai latihan hari ini,
sebentar lagi kita akan mengadakan world tour, jadi kita harus menyelesaikan
album ketiga juga.” jelas Glen.
“Baiklah Glen, kau benar.” ujar Danny setuju.
“Hmm, sayangnya aku ada acara, maaf aku harus pergi,
Mark dan Glen, terima kasih banyak ya, untukmu Danny berhati – hatilah.” nada
bicara tinggi dan memicingkan mata ke Sandra.
“Hey, maksudmu apa hati – hati ? Kau naik apa kesini
?”
“Hati – hati dalam perjalanan pulang nanti, aku
pulang ya, aku membawa sepedaku kok, aku ingin bertemu temanku.” ucap Elina
sambil mengambil tasnya dan berjalan pergi.
“Kau juga hati – hati ya.” ujar Danny, tapi Elina
tidak menggubrisnya.
Danny bingung kenapa adiknya jadi sinis seperti itu
ketika ada Sandra. Mark dan Glen saling berpandangan, bahwa mereka sudah tahu
apa yang membuat adiknya Danny seperti itu. Mungkin feeling Elina benar,
mungkin juga tidak. Elina sudah tahu tentang Sandra, diam – diam dirinya
mencari informasi tentang Sandra di internet. Tapi, mungkin karena kesibukan
Danny, sehingga Danny tidak tahu tentang latar belakang pacarnya itu. Sandra
terkenal dengan banyak gosip, tapi Elina bingung kenapa Danny tidak tahu akan
hal itu. Elina takut Sandra berpacaran dengan Danny hanya karena Danny sedang
terkenal.
Tiba – tiba bunyi dering lagu Good Life – One
Republic mengalun dari handphone Elina. Ternyata telpon itu dari Liam.
“Halo, ada apa Liam ?”
“Hmm, aku, aku ingin menanyakan apa kau jadi
kerumahku ?”
“Ya, I'm on my way. Tunggu aku ya.”
“Baiklah hati – hati di jalan ya.”
“Okay.”
Elina mengambil sepeda gunungnya dan berjalan
menelusuri jalanan kota London. Di perjalanan dia berpikir apakah dia jahat
bersikap seperti itu dengan Danny, apakah dia tidak membolehkan Danny bahagia ?
Tapi kalau dari berita berita yang dicari Elina meragukan Sandra sebagai pacar
yang baik untuk Danny. Bagaimanapun Elina adalah adik Danny, jadi wajar saja
dia merasa tidak suka. Sampailah Elina di rumah Liam. “Wah, rumahnya cukup besar.”
Pikir Elina.
“Liam, hello..” panggil Elina. Liam pun keluar dari rumahnya itu. Selanjutnya Elina
memberikan flash disk hasil tugasnya ke Liam.
“Ini tugasnya, ini sudah ke tiga kalinya aku
sekelompok denganmu, lucu sekali ya.” ujar Elina.
“Hahaha, lucu sekali, hey, apakah kau mampir dulu
kerumahku, minum the mungkin ?”
“Tidak terima kasih, aku ingin pulang, aku ada
urusan.”
“Baiklah, terima kasih dengan ini, aku akan
mengembalikannya besok, akan aku usahakan untuk menyelesaikannya malam ini.”
ujar Liam.
“Hey, kau memang harus menyelesaikannya. Tugas itu
dikumpulkan besok, tetapi malam ini akulah yang bersantai. Hahaha.”
“Ya kau betul, hey, selamat bersantai ya.”
“Ya, aku pulang dulu ya, Bye..”
“Bye Elina..”
Elina melanjutkan perjalanan pulang kerumahnya, malam
ini dia ingin menonton film yang dibelinya kemaren, dan mungkin malam ini Danny
akan pulang malam lagi. “Sendirian lagi deh.” Pikir Elina.
Comments
Post a Comment