Skip to main content

Loves and Brothers Part 27


Part 27

4 Bulan Kemudian.

Hari ini adalah hari kelulusan di kampus Elina. Elina sangat senang sekaligus sedih. Senang karena dia telah menyelesaikan pendidikan sesuai harapan kakaknya. Sedih karena harus meninggalkan teman – temannya dan juga suasana kampus yang menyenangkan. Meninggalkan seluruh kenangan yang telah ia buat bersama teman, Liam dan Javi, juga Lisa.
Elina pun bersiap untuk menyiapkan segala sesuatunya. Kelulusan nanti akan dilakukan di outdoor di taman kampusnya. Elina berdandan tidak seperti biasanya. Elina sangat cantik di hari kelulusannya itu. Rambut coklat tuanya di gerai, dengan memakai toga, make up yang tidak terlalu tebal. Elina bersiap dan keluar dari kamar. Ternyata Danny ada di depan. Ibu nya juga telah datang sejak malam dan bersiap untuk mengantar Elina juga.

“Mom, look at to your daughter..” ujar Danny terpesona.
“Wow, honey, you look so beautiful..” ujar Ibu Elina terpesona.
“Yeah, Mom, thank you very much, can we go now ?” tanya Elina.
“Sure, come on..” ujar Danny semangat. Danny juga sangat tampan, menggunakan setelan jas berwarna hitam dengan dasi berwarna biru tua.

Berangkatlah mereka menuju kampus Elina. Setelah 30 menit berlalu, sampailah mereka di kampus Elina. Kampus lumayan ramai. Semua orang tua murid datang untuk menyaksikan acara sakral ini. Elina, Ibu, dan Danny turun setelah memarkirkan mobilnya. Ketika mereka sedang berjalan, tiba – tiba ada yang memanggil Elina cukup keras. Ternyata yang memanggil Elina adalah Liam.
“Elina…” teriak Liam. Elina menengok, tersenyum dan melambaikan tangan. Liam berjalan menuju ke arahnya. Elina berbicara pada Danny dan Ibunya untuk pergi duluan menuju tempat perhelatan.
“Look! My girlfriend is so beautiful today..” ujar Liam sambil mengelus dagunya.
“Thank you honey, sambil ke tempat acara yuk..” ajak Elina.
“Let’s go, hmm, are you ready to leave all of these things ?” tanya Liam tiba – tiba.
“Siap gak siap harus siap Liamku sayang..”
“Hahahha, yaudah yuk..” senyum Liam kepada Elina.

Dimulailah prosesi kelulusan hari itu. Elina tersenyum bahagia. Diikuti Liam dengan panggilan selanjutnya. Prosesi yang ditunggu tunggu Elina.
Selesailah sudah prosesi kelulusan hari itu. Ibu dan Danny mengucapkan selamat pada Elina dan tersenyum padanya. Liam juga diberi selamat oleh Ibu Elina dan Danny. Lalu Liam meminta izin kepada Danny untuk mengajak berkeliling. Danny mengiyakan.
Sambil berjalan – jalan mereka berbincang bersama.
“Kamu mau kemana ?” ujar Elina membuka pembicaraan.
“Aku mau dihati kamu aja kalo bisa..” gombal Liam.
“Ihh, maksudnya tuh abis lulus ini mau kemana ?”
“Ohh, ya kerja aja, sesuai rencana aku..”
“Hmmm, gitu ya..”

Sementara itu, Javi sedang menunggu Lisa di taman kampus. Setelah menunggu kurang lebih 15 menit, datanglah Lisa.
“Maaf lama ya, aku.. aku.. aku pengen pamit sama kamu, aku harus pindah dari London ke Scotlandia..” ujar Lisa.
“Apa ? Berapa lama, tapi gimana dengan hubungan kita ??” ujar Javi marah.
“I’m sorry, I couldn’t through this way again. Maaf kalo, aku, aku harus mengakhiri semuanya.”
“Gampang banget kamu ngomong gitu, aku, aku ini tulus sama kamu..”
“Tapi aku gak bisa Javi…” ujar Lisa. Lisa menangis dan Javi memeluknya.
Kejadian itu ternyata dilihat Elina ketika berjalan bersama Liam. Liam juga ikut menyaksikannya. Elina melihat Javi dan Lisa berpelukan. Berniat untuk tidak membuat Elina bersedih, Liam pun menarik tangan Elina untuk pergi menghindari kejadian itu. Akhirnya mereka berdua meninggalkan Javi dan Lisa.

“Maafin aku ya Javi, thank you for everything, buat memori yang aku gak bisa sebutin satu – satu, kamu udah terlalu baik sama aku, udah nemenin hidup aku yang gak lama lagi..”
“Maksud kamu apa sih ? Gak lucu kamu ngomong gitu..”
“It’s not funny indeed, ahh, susah deh, yaudah, aku pengen kamu nyimpen ini ya, ini akan selalu nyatuin kita di manapun..” Lisa memberikan kalung bertuliskan inisial “L”
“Dan aku megang yang ini, don’t worry, I’ll be back, I think, bye Javi thanks for everything.” Lanjut Lisa dan bergegas pergi. Tapi Javi menahan tangannya, memeluk dan mencium bibir Lisa. Lisa terdiam dan memandang mata Javi.
“Thanks for everything, too, see you..” Javi mencium kening Lisa. Lisa tak tahan dan berlari pergi.

“Hi Lisa!” sapa Elina menarik tangan Lisa yang akan menaiki mobilnya bersama orang tuanya.
“Hi, maafin aku ya Elina.” Lisa langsung memeluk Elina. Elina bingung dan membalas pelukan temannya itu.
“Iya, aku udah coba maafin kamu kok..” ujar Elina singkat. Lisa melepaskan pelukannya.
“Aku udah jahat sama kamu dengan ngerebut Javi, aku gak bermaksud, aku pengen ngejelasin ke kamu, tapi kamu kayaknya marah sama aku, selalu menghindar dari aku, aku gak bisa cerita kejelasannya..” ujar Lisa sambil menangis.
“Iya yaudah gapapa Lisa. Yang jelas aku mencoba ikhlas, karena kupikir Javi itu tulus sama kamu, daripada Javi ke aku. Aku udah liat jelas kok, emang awalnya aku sangat sebal, tapi apa boleh buat, aku kan gak bisa maksa perasaannya Javi, lagian sekarang aku udah punya seseorang yang emang sayang sama aku. sekarang kamu mau kemana ? Maksudku abis lulus ini..”
“Oh iya, karena kita terlalu lama pisah, aku jadi gak bisa cerita sama kamu. Aku harus pergi ke Scotland, aku ada urusan disana, aku pergi sama orang tuaku, oh iya, ini, di kotak ini, ada kenang – kenangan buat kamu sama nomor telpon, email dan semua yang kamu butuhkan supaya bisa tetep berhubungan sama aku, makasih banyak ya udah jadi teman aku yang bisa nerima aku apa adanya, maafin kesalahan aku juga..” jelas Lisa yang akhirnya memeluk Elina pada akhir perjumpaannya.
“Hah ? Scotland ? Kamu mau ngapain kesana ? Urusan apa ?” ujar Elina kaget dan melepaskan pelukannya.
“Aku gak bisa ngasih tahu kamu, pokoknya semua jelas di kotak ini..” ujar Lisa sambil menunjuk kotak yang dipegang Elina.
“Oh, okay, then..”
“Aku harus pamit sekarang, gak enak orang tua ku nungguin, see you ya, mudah – mudahan kita bisa ketemu lagi.. Bye..”
“Ih, kita pasti ketemu kok, okay bye, I’m gonna miss you so much.” Ujar ELina sambil melambaikan tangannya.

Lisa pergi dengan orang tuanya menggunakan mobilnya. Elina terdiam setelah Lisa pergi. Liam menghampirinya dan bertanya.
“Kenapa ? Lisa kemana ?”
“Hmm, dia bilang dia mau ke Scotland, aku gak tahu dia mau ngapain, katanya liat aja di kotak ini.” Jelas Elina sambil menunjukkan kotak yang cukup besar kepada Liam.
“Hmm, aku gak berani buka, itu kan buat kamu, udah yuk, pulang aja, kita main di rumah kamu..” ajak Liam.
“Emangnya pengen banget ke rumah aku ? Hahaha” ledek Elina.
“Gak jadi deh, aku pulang aja..” ledek Liam kembali.
“Eh, yaudah yaudah , gapapa ayo..” ujar Elina pada akhirnya.
Javi melihat kejadian yang terjadi dari kejauhan. Javi hanya bisa melihat kalung yang diberikan Lisa dan mengulang ingatannya lagi. Tertunduk lesu, pergi, dan berlalu tanpa terlihat Elina, Liam dan Lisa.
Mereka pun akhirnya pergi dari kampus bersama Danny dan Ibu Elina. Liam diperkenalkan Elina kepada Ibunya. Ibunya terlihat menerima Liam dengan senang. Mereka pun pulang dengan perasaan bahagia. Tapi masih ada perasaan yang mengganjal di hati Elina dengan perkataan Lisa pada saat tadi sebelum pulang.

Comments

Popular posts from this blog

House of Tales Karya Jostein Gaarder: Kisah Cinta dalam Novel Tipis, Padat Isi

Dan aku menyadari bahwa aku tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tidak pula hanya untuk para kerabat dan sobat dekat. Aku bisa memelopori sebuah gagasan demi kepentingan seluruh umat manusia. House of Tales  atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Rumah Dongeng, memang menggambarkan sekali isi novel karya Jostein Gaarder ini. Novelnya yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisah hidup sang tokoh utama. Novel-novel Jostein Gaarder yang satu ini juga khas akan petualangan dan pemandangan alam dari negara kelahirannya atau dari negara-negara di Eropa. House of Tale diterbitkan pada tahun 2018, dan diterjemahkan serta diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2019. Manusia sering kali menempuh jalan berbelit-belit sebelum saling berhubungan secara langsung. Tak banyak jiwa yang dianugerahi kemampuan untuk bisa lugas tanpa basa-basi: "Hai kamu! Kita kenalan, yuk!" Tokoh utama, Albert, tak sangka dapat memberikan rasa pada se...

Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi: Menjadi Jujur dan Tak Serakah

"Perjalanan hidupku yang berliku mengajarkan kesadaran kepadaku bahwa peran dan tanggung jawab manusia itu terus dipertukarkan Allah, dari yang paling atas, bisa dilempar ke peran paling bawah." Itulah sepenggal kalimat yang saya ingat dari novel berjudul Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan tahun 2019 lalu. Kalimat tersebut saya kaitkan dengan judul dari ulasan buku dari novel ini sendiri. Saya suka penggalaman tersebut karena menggambarkan sosok pemeran utama Lafran Pane yang ditulis oleh Uda Ahmad Fuadi dalam novel ini. Novel ini memberikan cerita perjalanan hidup Lafran Pane, sang pendiri organisasi besar di Indonesia bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Berlatar belakang waktu penjajahan Belanda dan Jepang, novel ini bercerita tentang kehidupan Lafran Pane sedari kecil yang sudah ditinggal sang Ibu, dan ia harus diurus dan tinggal dengan sang Nenek. Ia merasa 'agak' dikekang dan diatur hidupnya jika ia harus hidup deng...

OneRepublic FF Part 28 (Second of The Last Part)

HERE WE ARE Rose’s “Mana ya Natasha. Dia tidak mengirimkanku sms sama sekali. Ku pikir dia akan telat, sayang.” Ujarku pada Brent. Kami hari ini pulang dari Dublin sehabis liburan. Aku di Dublin sekitar 10 hari. “Mungkin saja telat dia, sabarlah sayang.” Ujarnya padaku. “Baiklah..” ujarku sambil mengecek Iphoneku. “Rose’s…” ujar seseorang berteriak dari ruang lain. Aku melihat dari kerumunan orang di Bandara ternyata itu adalah Natasha. Natasha dengan seorang lelaki. Aku seperti mengenalnya. Ahh, ternyata dia… “Natasha, aku sangat merindukanmu.” Ujarku padanya sambil memeluknya. “Hey, aku terkaget kau dengannya.” Ujarku sambil melirikkan mataku kea rah lelaki yang dibawa b bersama Nat. Ternyata Nat, membawa Gary. “Iya, kau jadi tahu sekarang.” Ujar Nat malu. “Jadi kau…” ujarku sambil menunjuk Gary. “Iya, kami sudah berpacaran.” Celetuk Gary. “Ahhh..” jawabku mengiyakan. “Bagaimana liburan kalian ?” ujar Nat mengubah pembicaraan. Dia mungkin malu menceritakannya bersama k...