Part 19
“Mom, sorry, I’ve to go now, bye, muachh..” kata
Elina sambil mencium Ibunya.
Ia terlihat terburu – buru karena ada janji sama
Liam. Hari ini tepat tiga bulan setelah Danny pergi tour. Besok adalah ulang
tahun Elina ke 21 tahun. “Ahh, besok sepi banget, Danny gak ada, ulang tahun
lagi aku, tapi gapapa deh, ada Ibu ini..”pikir Elina sambil bersepeda.
“Morning..”sapa ELina ke Liam yang ada di taman.
“Hi.. seger banget sih, Hmm, I think I know..”kata
Liam.
“Udah ahh, gapapa kan kalo aku seger bagus kan.. Hahaha..
Ini tugasnya udah selesai semua..”senyum Elina pada Liam.
“Okay, aku lihat dulu ya..”
“Go ahead..”ujar Elina.
Sembari Liam melihat tugas – tugasnya. Elina pun
mengajak dirinya mengobrol.
“Liam.. menurut kamu, perasaan Javi ke aku tuh
gimana sih ? I mean, kita kan udah temenan lama nih, kamu bisa dong nebak
perasaan dia ke aku, aku mikir kok dia kayaknya suka sama cewek lain ya..
Sama...”kalimat Elina menggantung.
“Perasaan dia dalam kali.. sedalam samudra.. hahaha,
suka sama siapa ?”
“Hmm.. dia malah bercanda, serius nih.. suka sama..
sama.. Lisa..”
“Hahhaa, Lisa ? it’s just your feeling maybe.”
“Gak, bener deh, inget malam aku dansa sama Javi ?
He always talked about Lisa, He always asked me about Lisa, bahkan gak ada
ruang yang cukup buat aku nanya perasaan ini ke dia..”
“Oh, gitu, ya mungkin aja emang dia Cuma nanya
kok..”
“No, it’s different, dia nanya kayak emang dia
pengen tahu banget.”ujar Elina sedikit emosi.
“Really ? Ya udah, ditanggepin aja sih, susah
banget..”ujar Liam santai.
“Masuk kelas yuk, gak usah mikirin yang gak penting
gitu..” ujar Liam lagi sambil berdiri dan menarik tangan Elina, tarikan
tangannya begitu lembut ke Elina.
“Hmm, sorry.. your..”Elina agak terganggu dengan
tarikan tangan Liam.
“Hmm, yeah I’m sorry, udah yuk ke kelas.”
“Hmm, yeah I’m sorry, udah yuk ke kelas.”
Elina berdiri dan mengikuti arah Liam berjalan
menuju kelas. Hari ini ada tiga mata kuliah. Elina mencoba serius. Istirahat
tiba. Satu mata kuliah lagi dilanjutkan setelah istirahat makan siang. Elina
dan Liam lagi – lagi jalan berdua.
“Wanna join me to go to canteen ?”tanya Liam.
“Yes, sure, actually I’m hungry.”ujar Elina sambil
senyum.
Sambil mengobrol berdua, mereka mencari tempat duduk
yang masih kosong. Sambil tertawa bersama berdua. Seperti kedua pasangan saja.
“Disini aja.” Elina duduk diikuti Liam yang duduk di
sampingnya.
Melanjutkan obrolannya lagi dengan Liam tentang
apapun. Tiba – tiba Elina terdiam dan melihat Javi, melihat Javi menggandeng
tangan... Tangan Lisa.
“Kamu besok kan ulang... El, kok bengong liatin apa
?”Liam pun melihat ke arah dimana Elina melihat. Tampak Liam juga melihat apa
yang terjadi dengan Lisa dan Javi. Liam bingung apa yang harus ia lakukan.
Akhirnya untuk menguatkan Elina, dia pun menggenggam tangan Elina dengan
lembut.
“Kuat ya, yang kamu liat mungkin aja bukan yang sebenarnya.”ujar
Liam menguatkan.
“Kuat gimana ? Semua feeling jelek aku bener kan,
apalagi yang gak bener ?” kata Elina datar.
Elina masih terus saja memandangi Javi dan Lisa yang
belum melepaskan tangan mereka berdua. Berlalu begitu saja setelah Javi membeli
beberapa makanan.
Elina melepas tangan Liam. Menelungkupkan tangannya
di meja. Dan menundukkan mukanya ke tangannya itu.
“Can’t believe it.”ujar Elina singkat.
“Udah yuk masuk kelas, gak usah dipikirin, gak
penting, pikirin aja kuliah kita dulu.”
“I can’t. It’s about my feeling, Liam.”
“Hmm, come on, we must enter the class.” Kata Liam
memaksa sambil membangunkan Elina dan menarik tangan ELina. Elina pun tak
menolak seperti dia tadi pagi.
Di dalam kelas, Elina tak serius menanggapi
pelajaran yang diberikan dosen. Liam hanya memperhatikannya saja tanpa mau
menggangu Elina. Liam yakin, Elina sangat sakit melihat kejadian tadi di
kantin. Liam juga tidak habis pikir apa yang dilakukan Lisa. “Apa dia tidak
memikirkan perasaan Elina ?”ujar Liam dalam hati.
“Akhirnya selesai juga, ayo udah selesai nih..”ajak
Liam ke Elina. Elina masih melihat ke arah Javi yang lagi membereskan barang –
barangnya. Sore ini Javi latihan main bola, terlihat dirinya membawa bola.
“Masih aja sih, udah ahh yuk pulang aja, El, hello
El..”ujar Liam lagi.
“Kenapa ya, kok bisa terjadi kayak gini, sakit
banget tusukannya Lisa.”ujar Elina yang berbicara datar sambil tersenyum lesu.
Kelas sepi. Tinggal mereka berdua. Bahkan Javi sama sekali tidak menyapa Elina.
“Buru – buru kali ya dia, atau emang sengaja mau ngindar dari aku.” Ujar Elina
dalam hati.
“Ih, udah yuk pulang aja, kamu kok jadi kayak gini
deh, ahh, bukan Elina yang aku kenal.”ujar Liam lagi sambil memaksa Elina
keluar kelas.
“Aku mau langsung pulang aja Liam, bye..”
“Hey.. El.. you..”Liam memanggil. Elina hanya
melambaikan tangan. Liam bingung, Elina langsung berubah datar. Elina pun tadi
tak serius dalam belajar. “Apa yang harus aku lakukan, El, ahh, tomorrow is
your birthday right ? nah, aku bakal ngasih hadiah special..” ujar Liam dalam
hati.
Kreekkk... Bunyi pintu rumah Elina dibuka. Ibunya
baru pulang belanja. Masuk rumah menaruh belanjaannya dan memasak. Tak berapa
lama terdengar bunyi sepeda di taruh di garasi mobil rumah Danny. Elina datang.
Elina membuka pintu dengan pelan dan tidak ada gairah. Melihat kejadian yang
tadi terjadi di kampusnya membuat dia tidak mood untuk melakukan aktivitas.
“Kamu kenapa kok lemes banget ?”ujar Ibu Elina
menyapa.
“Hmm, no Mom, gapapa kok, aku lagi lemes aja emang
?”jawab Elina lemas.
“Hmm, gak mungkin, ada masalah apa kamu sakit ?”
“Gak, Mom, aku gapapa bener, aku tunggu makanan Ibu
ya, aku lapar, aku naruh barang dulu.”
“Alright, kalo kamu gapapa, tapi nanti ngomong ya
kalo kenapa – kenapa.”ujar Ibu Elina khawatir.
Setelah Elina menaruh barang – barangnya di kamar.
Mencuci mukanya dengan facial foam. DIa pun pergi ke ruang makan untuk makan
masakan Ibunya yang baru dimasak.
“Hmm, Mom, I miss your food, enak banget sih..”Elina
memakan dengan lahapnya.
“Hmm, iyalah, kamu kalo masak sendiri masak apa
?”tanya Ibu Elina.
“Aku ? Aku sih bikin yang sederhana aja, yang
penting aku sama Danny makan.”
“Oww gitu, makannya pelan – pelan dong, nanti
tersedak..”kata Ibu Elina yang melihat anaknya makan dengan lahapnya.
Elina senang sekali kalo sudah dekat Ibunya, masalah
apapun bisa dilupakan tanpa harus cerita ke Ibunya. Elina tidak mau Ibunya tahu
kalau anaknya itu sedang sakit hati dengan seorang cowo. Bagi dia, dia harus
memperlihatkan kebahagiaannya.
“Aku mau ngerjain tugas dulu ya Mom, pasti nanti langsung
tidur, thanks for the food, muaachhh..” ujar Elina sambil mencium kening
Ibunya.
“Iya, sayang, jangan cape – cape ya..”
“Alright Mom..”
Elina masuk ke kamarnya. Menutup pintu. Membuka Mac.
Menyalakan playlist lagu The Script dan OneRepublic. Masuk pada lagu Secret,
Breakeven dan The Man Who Can’t Be Moved, dia memberhentikan pekerjaannya. Tak
terduga, tetes airmata keluar sedikit demi sedikit dari matanya. Elina menangis
karena mengingat apa yang terjadi di sekolah tadi pagi. “Gak percaya, Javi kamu
kok tega sama aku.”ujar Elina dalam hati. Elina pun memeluk gulingnya, menangis
dan tertidur di gelapnya malam.
“Huuaaahhhhh...”Elina menguap. Melihat jam
menunjukkan pukul 6 pagi. Bangun dan mandi pagi. Seperti kebiasaan yang selalu
ia lakukan. Hari ini ada kuliah pagi. Setelah selesai mandi, dia membuka pintu
kamarnya. Tak terduga, ada beberapa kotak kado yang di taruh rapi di atas
tempat tidurnya. “Oh my God I forget, today is my birthday, 21 years old..
Hahaha..”ujar Elina senang. Sedang asyik membuka hadiahnya satu – satu, Elina
mendapatkan dua hadiah. Membuka hadiah pertama, “From Danny.. Ahh ini dari
Danny.” Elina pun membuka surat yang ada di kado dari Danny.
“Happy birthday my lovely sister, maybe I couldn’t
be your nice brother, but I hope these gift can make you smile, I’m sorry for
all my fault, Be success woman, I love you.”baca Elina. Elina pun senang dan
langsung membuka hadiah yang ada di dalamnya.
“Oh my God, OneRepublic official T-Shirt, new Iphone
and wallet, Danny you really understand me.”ujar Elina senang. Danny memberikan
hadiah yang benar – benar ia inginkan. Ia pun meloncat – loncat kegirangan.
Sembari meloncat – loncat, tiba – tiba ada yang membuka pintu, dan itu adalah
Ibu Elina.
“Happy birthday Elina.. Happy Birthday Elina.. Happy
Birthday, Happy Birthday, Happy Birthday to you..”Ibu Elina menyanyikan
untuknya. Memberikan kue itu ke Elina, dan Elina make a wish setelah itu meniup
lilin yang ada di kuenya itu.
“Ahh, Thank you Mom... I love you so much..”ujar
Elina sambil memeluk Ibunya.
“You’re welcome Honey, Oh, iya ini Danny telpon,
coba ngomong..”
“Alright mom. Hello Danny, thank you very very much
for your gifts. I love these so much.”ujar Elina sambil sedikit berteriak.
“Yes, you’re welcome Honey, seneng kan ? Maaf ya,
aku Cuma bisa telpon aja..”
“Iya, gapapa, aku seneng banget. Baik kan kau disana
?”
“Aku baik kok, where is Mom ? Mau ngomong lagi sama
dia.”
“Alright, here it is, Mom, Danny wanna talk to
you..”
“Yes Honey.”ujar Ibu Elina. Sementara itu, Elina
membuka kado dari Ibunya. Isinya adalah dress dan buku harian dengan foto
keluarga mereka di depannya. Elina pun terpana dengan hadiah yang diberikan
Ibunya.
Setelah sibuk dengan hari ulang tahunnya pagi itu,
Elina hampir lupa kalau hari ini dia harus kuliah. Bergegas membereskan
peralatannya dan berangkat menaiki sepedanya.
Sampailah dia di kampusnya. Elina langsung menuju ke
kelasnya. Tapi sebelum masuk kelas ada seseorang yang menarik tangannya.
Ternyata yang menariknya adalah Liam.
“Hey, where are we going ?” tanya Elina.
“Udah tenang aja..”
“Hmm.. okay..”
Berhentilah di salah satu sudut ruangan di kampus
itu. Liam berhenti, Elina berhenti. Mereka hadap – hadapan. Liam pun
mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
“Please close your eyes..”kata Liam lembut.
“Okay.. what will you do ?”
“Sssttttt..”
“Now open your eyes, happy birthday Elina, maaf ya
aku Cuma ngasih teddy bear kecil ini, semoga berkesan buat kamu..”ujar Liam.
“OH my God.. thank you very much Liam James
Payne.”ujar Elina sambil mencium pipi Liam. Liam salah tingkah dan mukanya
memerah sambil memegangi pipinya yang dicium ELina. Sedangkan Elina sedang asik
memainkan teddy bear pemberian Liam. Pagi itu pagi yang bahagia bagi Elina.
Pagi yang bahagia juga untuk Liam.
“Ayo udah masuk kelas, nanti telat. Ahhh pake
bengong gitu sih. Eh tapi makasih ya ininya..” Ujar Elina sambil menunjukkan
hadiah dari Liam, lalu menarik tangan Liam menuju kelas. Liam hanya terdiam
saat ditarik Elina.
Comments
Post a Comment