Skip to main content

OneRepublic FF Part 3



LOOKING FOR A NEW JOB
Brent’s
“I would runaway…. I would runaway with you..” Lagu Runaway dari The Corrs mengalun indah yang diputar di salah satu radio di Denver. Aku suka sekali lagu ini. Terkadang aku berpikir, bisakah aku bisa lari dengan seseorang yang aku cintai nantinya. Berlari membangun cinta kami yang bersatu, menjalani semuanya secara bahagia.
“Hey Brent, jangan bengong saja kau, cepatlah mengemas barang – barangmu kita harus ke bandara untuk terbang ke London.” Ujar Drew mengangetkanku. “Iya sebentar, sabar sedikit, aku sedang menikmati lagu ini.” Ujarku sambil menenangkan Drew. “Tapi kan kau bisa mendownloadnya nanti.” Ujar Ryan sambil memberi sebuah map. Map itu berisi beberapa surat dan lirik yang dibuat Ryan. “Kita akan mengedit lagu – lagu tadi untuk album Native. Jangan lupa bawa peralatan yang aku bilang semalam.” Ujarnya padaku. “Siap.” Ujarku singkat. Pengepakan selesai. Aku menutup tas koperku. Cukup penuh. Aku saja sampai bingung semua ini bisa penuh, tak biasanya aku mengemas barang sebanyak itu. Mungkin karena aku akan menyebrangi samudra atlantik, menuju sebuah kota yang sangat terkenal dengan Ratunya itu.




Rose’s
Harus cari lowongan pekerjaan lagi. Tempat yang terakhir ini adalah harapan terakhirku juga. Aku mohon Tuhan, aku ingin sekali bekerja, aku mohon terimalah aku di tempat music ini. Doaku pada Tuhan memulai hari di pagi hari ini.
Seperti biasa. Tak lewat sedikit pun music di pagi ini. Aku memutuskan mendengarkan lagu “Daylight” dari Maroon 5. Lagu ini sangat enak, musiknya memberiku semangat. Aku pun menutup pintu flatku dan menuju tempat “Golden Music Center”. Ku berdoa dalam hatiku. Aku berjalan, semoga hari ini adalah hari baikku. Amin.
Berjalan sekitar 1 jam dari flatku. Menaiki bus local. Sampailah aku di toko music itu. Toko music yang cukup besar dan lengkap. Ketika ku sampai disana. Cukup sepi. Syukurlah. Aku berhenti sejenak di depan toko itu, berharap sekali bisa diterima. Aku harus pasang senyumku ketika masuk kesana.
“Halo, permisi, saya Rose Anderson, saya ingin bertanya, apakah benar toko ini dua hari yang lalu membuka lowongan pekerjaan di Koran ini ?” Kataku sambil memperlihatkan isi Koran yang ku bawa. “Wah, kau benar, apakah kau ingin melamar disini ?” ujar pemilik toko itu yang aku belum tahu siapa namanya. “Iya kau benar sekali, bolehkah aku menaruh lamaranku disini ?” ujarku pelan. “Oh, tentu saja, boleh kulihat sebentar ?” “Silahkan.” Ujarku tersenyum padanya dan menyerahkan map yang aku bawa.
“Hmmm, baiklah, aku akan menghubungimu besok jika semua ini cocok dengan persyaratan kami. Semuanya sudah lengkap kan ?” tanyanya padaku. “Sudah, semua sudah lengkap berkasnya di dalam map itu. Tapi, bolehkah aku tahu siapa namamu ?” ujarku bertanya padanya. “Oh iya, baiklah, kau Rose Anderson, dan aku adalah James White. Kau bisa memanggilku James atau J. Terserah kau saja.” Ujar pria yang umurnya sekitar 20 tahun keatas itu. Aku bisa menebak bahwa umurnya sekitar 26 sampai 29. Masih cukup muda untuk menjadi manajer toko itu. “Baiklah James, terima kasih atas waktunya. Aku pamit. Sampai jumpa.” “Ya hati – hati Rose, terima kasih juga, aku akan menghubungimu.” Ujarnya sambil menyalamiku dan aku menyalaminya dengan senang.

A day later
“Halo, apakah ini benar Rose Anderson ?” ujar seseorang yang berada di ujung telponku. “Iya benar.” Jawabku. “Aku James, bisakah kau datang besok untuk langsung bekerja disini ? Kulihat, kau sudah cukup punya pengalaman, mungkin aku akan hanya menginterview sedikit.” Ujarnya. Sontak aku bangun dari tempat tidurku, berdiri, memegang rambutku yang agak mengganggu karena berantakan. Jantungku berdetak kencang. Semua ini bukanlah mimpi. Aku mendapat pekerjaan baru di Denver. “Terima kasih banyak James telah menghubungiku.” Ujarku senang padanya. “Sama – sama, sampai ketemu besok Rose, mudah – mudahan kau bisa betah disini.” Ujarnya lagi. “Baiklah aku siap datang besok. Bye..” “Bye Rose..” ujarnya lalu sambungan telepon itu mati.

Comments

Popular posts from this blog

House of Tales Karya Jostein Gaarder: Kisah Cinta dalam Novel Tipis, Padat Isi

Dan aku menyadari bahwa aku tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tidak pula hanya untuk para kerabat dan sobat dekat. Aku bisa memelopori sebuah gagasan demi kepentingan seluruh umat manusia. House of Tales  atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Rumah Dongeng, memang menggambarkan sekali isi novel karya Jostein Gaarder ini. Novelnya yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisah hidup sang tokoh utama. Novel-novel Jostein Gaarder yang satu ini juga khas akan petualangan dan pemandangan alam dari negara kelahirannya atau dari negara-negara di Eropa. House of Tale diterbitkan pada tahun 2018, dan diterjemahkan serta diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2019. Manusia sering kali menempuh jalan berbelit-belit sebelum saling berhubungan secara langsung. Tak banyak jiwa yang dianugerahi kemampuan untuk bisa lugas tanpa basa-basi: "Hai kamu! Kita kenalan, yuk!" Tokoh utama, Albert, tak sangka dapat memberikan rasa pada se...

Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi: Menjadi Jujur dan Tak Serakah

"Perjalanan hidupku yang berliku mengajarkan kesadaran kepadaku bahwa peran dan tanggung jawab manusia itu terus dipertukarkan Allah, dari yang paling atas, bisa dilempar ke peran paling bawah." Itulah sepenggal kalimat yang saya ingat dari novel berjudul Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan tahun 2019 lalu. Kalimat tersebut saya kaitkan dengan judul dari ulasan buku dari novel ini sendiri. Saya suka penggalaman tersebut karena menggambarkan sosok pemeran utama Lafran Pane yang ditulis oleh Uda Ahmad Fuadi dalam novel ini. Novel ini memberikan cerita perjalanan hidup Lafran Pane, sang pendiri organisasi besar di Indonesia bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Berlatar belakang waktu penjajahan Belanda dan Jepang, novel ini bercerita tentang kehidupan Lafran Pane sedari kecil yang sudah ditinggal sang Ibu, dan ia harus diurus dan tinggal dengan sang Nenek. Ia merasa 'agak' dikekang dan diatur hidupnya jika ia harus hidup deng...

OneRepublic FF Part 28 (Second of The Last Part)

HERE WE ARE Rose’s “Mana ya Natasha. Dia tidak mengirimkanku sms sama sekali. Ku pikir dia akan telat, sayang.” Ujarku pada Brent. Kami hari ini pulang dari Dublin sehabis liburan. Aku di Dublin sekitar 10 hari. “Mungkin saja telat dia, sabarlah sayang.” Ujarnya padaku. “Baiklah..” ujarku sambil mengecek Iphoneku. “Rose’s…” ujar seseorang berteriak dari ruang lain. Aku melihat dari kerumunan orang di Bandara ternyata itu adalah Natasha. Natasha dengan seorang lelaki. Aku seperti mengenalnya. Ahh, ternyata dia… “Natasha, aku sangat merindukanmu.” Ujarku padanya sambil memeluknya. “Hey, aku terkaget kau dengannya.” Ujarku sambil melirikkan mataku kea rah lelaki yang dibawa b bersama Nat. Ternyata Nat, membawa Gary. “Iya, kau jadi tahu sekarang.” Ujar Nat malu. “Jadi kau…” ujarku sambil menunjuk Gary. “Iya, kami sudah berpacaran.” Celetuk Gary. “Ahhh..” jawabku mengiyakan. “Bagaimana liburan kalian ?” ujar Nat mengubah pembicaraan. Dia mungkin malu menceritakannya bersama k...