LOOKING FOR A NEW JOB
Brent’s
“I would runaway…. I would runaway with you..” Lagu
Runaway dari The Corrs mengalun indah yang diputar di salah satu radio di
Denver. Aku suka sekali lagu ini. Terkadang aku berpikir, bisakah aku bisa lari
dengan seseorang yang aku cintai nantinya. Berlari membangun cinta kami yang
bersatu, menjalani semuanya secara bahagia.
“Hey Brent, jangan bengong saja kau, cepatlah
mengemas barang – barangmu kita harus ke bandara untuk terbang ke London.” Ujar
Drew mengangetkanku. “Iya sebentar, sabar sedikit, aku sedang menikmati lagu
ini.” Ujarku sambil menenangkan Drew. “Tapi kan kau bisa mendownloadnya nanti.”
Ujar Ryan sambil memberi sebuah map. Map itu berisi beberapa surat dan lirik
yang dibuat Ryan. “Kita akan mengedit lagu – lagu tadi untuk album Native.
Jangan lupa bawa peralatan yang aku bilang semalam.” Ujarnya padaku. “Siap.”
Ujarku singkat. Pengepakan selesai. Aku menutup tas koperku. Cukup penuh. Aku
saja sampai bingung semua ini bisa penuh, tak biasanya aku mengemas barang
sebanyak itu. Mungkin karena aku akan menyebrangi samudra atlantik, menuju
sebuah kota yang sangat terkenal dengan Ratunya itu.
Rose’s
Harus cari lowongan pekerjaan lagi. Tempat yang
terakhir ini adalah harapan terakhirku juga. Aku mohon Tuhan, aku ingin sekali
bekerja, aku mohon terimalah aku di tempat music ini. Doaku pada Tuhan memulai
hari di pagi hari ini.
Seperti biasa. Tak lewat sedikit pun music di pagi
ini. Aku memutuskan mendengarkan lagu “Daylight” dari Maroon 5. Lagu ini sangat
enak, musiknya memberiku semangat. Aku pun menutup pintu flatku dan menuju
tempat “Golden Music Center”. Ku berdoa dalam hatiku. Aku berjalan, semoga hari
ini adalah hari baikku. Amin.
Berjalan sekitar 1 jam dari flatku. Menaiki bus
local. Sampailah aku di toko music itu. Toko music yang cukup besar dan
lengkap. Ketika ku sampai disana. Cukup sepi. Syukurlah. Aku berhenti sejenak
di depan toko itu, berharap sekali bisa diterima. Aku harus pasang senyumku ketika
masuk kesana.
“Halo, permisi, saya Rose Anderson, saya ingin
bertanya, apakah benar toko ini dua hari yang lalu membuka lowongan pekerjaan
di Koran ini ?” Kataku sambil memperlihatkan isi Koran yang ku bawa. “Wah, kau
benar, apakah kau ingin melamar disini ?” ujar pemilik toko itu yang aku belum
tahu siapa namanya. “Iya kau benar sekali, bolehkah aku menaruh lamaranku
disini ?” ujarku pelan. “Oh, tentu saja, boleh kulihat sebentar ?” “Silahkan.”
Ujarku tersenyum padanya dan menyerahkan map yang aku bawa.
“Hmmm, baiklah, aku akan menghubungimu besok jika
semua ini cocok dengan persyaratan kami. Semuanya sudah lengkap kan ?” tanyanya
padaku. “Sudah, semua sudah lengkap berkasnya di dalam map itu. Tapi, bolehkah
aku tahu siapa namamu ?” ujarku bertanya padanya. “Oh iya, baiklah, kau Rose
Anderson, dan aku adalah James White. Kau bisa memanggilku James atau J.
Terserah kau saja.” Ujar pria yang umurnya sekitar 20 tahun keatas itu. Aku
bisa menebak bahwa umurnya sekitar 26 sampai 29. Masih cukup muda untuk menjadi
manajer toko itu. “Baiklah James, terima kasih atas waktunya. Aku pamit. Sampai
jumpa.” “Ya hati – hati Rose, terima kasih juga, aku akan menghubungimu.”
Ujarnya sambil menyalamiku dan aku menyalaminya dengan senang.
A day later
“Halo, apakah ini benar Rose Anderson ?” ujar
seseorang yang berada di ujung telponku. “Iya benar.” Jawabku. “Aku James,
bisakah kau datang besok untuk langsung bekerja disini ? Kulihat, kau sudah
cukup punya pengalaman, mungkin aku akan hanya menginterview sedikit.” Ujarnya.
Sontak aku bangun dari tempat tidurku, berdiri, memegang rambutku yang agak
mengganggu karena berantakan. Jantungku berdetak kencang. Semua ini bukanlah
mimpi. Aku mendapat pekerjaan baru di Denver. “Terima kasih banyak James telah
menghubungiku.” Ujarku senang padanya. “Sama – sama, sampai ketemu besok Rose,
mudah – mudahan kau bisa betah disini.” Ujarnya lagi. “Baiklah aku siap datang
besok. Bye..” “Bye Rose..” ujarnya lalu sambungan telepon itu mati.
Comments
Post a Comment