Skip to main content

Loves and Brothers Part 24



Part 24              

“Do you wanna accompany me to go to Danny’s show ?”ujar Elina yang sedang menelpon Liam pada pagi hari.
“I’m sorry baby I can’t, aku ada keperluan mendadak..”
“Really ? What is that ?”
“Yes, it’s my Mom, aku mau nganter mamaku dulu ya..”
“Oh ya udah deh, tapi nanti malem pas diacara telpon aku ya..”
“Pasti, kamu nanti sms aku aja ya..”
“Yaudah, bye..”
“Bye..”ujar Liam mengakhiri telpon dari Elina. Elina mematikan sambungan telponnya.
Malam hari ini Danny akan melaunching album ketiganya yang belum bisa diberitahu oleh Danny ke Elina. Tapi dari sore nanti Danny akan berangkat. Elina padahal berharap Liam bisa ikut dengannya, tapi ternyata dia sedang ada perlu dengan mamanya. Kalau sudah menyangkut dengan orang tua Liam, dia tidak mau mengganggunya. Malam hari ini Danny juga akan menggelar show kecil sambil melaunching albumnya. Sementara pagi ini Elina hanya melakukan pekerjaan yang biasa ia lakukan di hari libur. Membereskan rumah Danny. Waktunya membersihkan kamar Danny. Elina pun masuk ke dalam kamar Danny. Sepertinya dia terburu – buru untuk mandi dan Danny sedang di kamar mandi. Banyak kertas yang berserakan, dari kesimpulan ELina itu adalah kertas – kertas lirik dan melodi yang sepertinya. Elina menemukan foto – foto bersama Sandra, dan tak sengaja menemukan foto Lea di tumpukan foto itu. Cukup banyak foto disitu, tapi memang paling banyak foto Lea. Melihat juga ada secarik kertas bertuliskan nomor handphone dan di beri nama, “Lea”. Tak disangka Danny tiba – tiba membuka pintu dan masuk.
“Hey, what are you doing ?” tanya Danny yang panic dan langsung masuk ke kamarnya dan merebut foto yang dipegang Elina. Elina hanya terdiam ketika Danny membereskan foto dan kertas yang berserakan. Lalu Elina langsung memecahkan suasana.
“I’m sorry, I don’t know, I just wanted to tidy your room and I found that photos, and I just look at them.”ujar Elina polos.
“I know it’s okay..”ujar Danny kalem.
“I don’t mean to do it Danny, but I just wanna talk about Lea. Why do you still save her photos, beside you have already broken with her ? ”
“I just save it.”ujar Danny sambil membereskan foto dan barang – barang yang ada di atas tempat tidurnya.
Elina lalu menghentikan apa yang dilakukan Danny dan menatap Danny. Danny tak berani menatapnya. Danny hanya menunduk.
“Look! I know you still have a feeling with Lea, try to be honest with yourself. I know there is Sandra in your life now, but if you lie with your feeling, it will be nothing with Lea. I know your feeling with Lea is more than with Sandra.”ujar Elina sikat padat dan mengena di hati Danny. Danny masih menunduk. Elina pun pamit keluar dari kamarnya.
“Sorry, sorry, sorry, aku gak sengaja nemu foto itu dan kertas itu, hmm, aku suka sama lagu dan lirik yang kamu bikin Dan. Don’t be late to go to your studio, your friends must be waiting for you.”ujar Elina sambil menutup pintu kamar Danny.
Danny terduduk di pinggir tempat tidurnya sambil menatap foto dia bersama Lea dulu. Membolak – balik satu persatu. Kenangan itu terbuka lagi di pikirannya. “Kayaknya bener kata Elina, aku masih punya hati sama kamu, aku juga bikin lagu buat kamu..”ujar Danny pelan.
“Elina, I must go now, don’t forget to come tonight, okay ?”teriak Danny sebelum masuk ke mobilnya.
“Okay, thanks for remind me.. Bye..”
“Bye..”

Malam tiba. Jam menunjukkan pukul 6 hari Minggu malam ini. Elina bersiap untuk pergi ke show Danny. “Alright, ready!” ujar Elina. Mengunci pintu lalu pergi.
Sampailah dia di venue tempat The Script melaunching album. Ramai. Elina langsung masuk dengan menunjukkan tiket yang diberikan Danny pada pagi harinya. Masuklah dia di Venue, mencari – cari dimana kakaknya. Berpikiran bahwa kakaknya pasti di belakang tempat para kru berkumpul. Elina mencari tempat duduk yang strategis. Tidak terlalu depan tapi masih bisa melihat performance dari The Script.
Elina memesan minuman di Venue tersebut. Venue itu adalah café yang cukup besar, sehingga para penonton yang datang bisa memesan minuman atau makanan. Dimulailah acara malam itu. Penonton bertepuk tangan ketika The Script masuk dan berada di panggung pendek yang terdapat beberapa tempat duduk untuk The Script membuka acara launching malam itu.
“Alright all, good evening, I’m Mark, Danny, and Glen here. I think you’ve already known us. Kita disini mau buka acara launching album ketiga kita, ini dia, album kita adalah dengan title “#3”, and this is the album.” Ujar Mark sambil member salam dan menunjukkan album yang bertitle #3.
“Oww, albumnya namanya #3, baru tahu, baru ngeluarin single hall of fame juga ya, berarti ada hall of fame juga tuh..”ujar Elina pelan.
The Script menjelaskan album tersebut, sementara Elina duduk manis sambil menikmati minumannya. Sedang asyiknya Elina memperhatikan The Script, tiba – tiba pandangannya beralih ke arah, dua orang yang baru masuk. Terlihat Javi sedang menggandeng tangan Lisa. Elina tahu Javi pasti datang di acara seperti ini. Karena Elina tahu Javi itu fans The Script. “Bukan waktunya ngumpet lagi, kalopun terlihat ya disapa aja, toh kemesraannya tak dipungkiri kalo mereka itu jadian.”ujar Elina.

Saatnya The Script bernyanyi. Mereka membawakan tiga lagu The Man Who Can’t Be Moved, Hall Of Fame dan cover songs dari Daniel Powter – Loves you lately. “Wah, Danny bawain love you lately, how a beautiful song is!”ujar Elina. Elina merasa lagu ini pas menggambarkan hubungan dia dengan Liam. Elina pun ikut bernyanyi ketika The Script tampil. Selesailah acara malam itu. Danny, Mark, Glen dan Ben pamit. Elina akan pulang bersama Danny. Handphone Elina berbunyi, ternyata ada sms dari Danny.
“Temui aku di belakang panggung tadi, kita akan pulang berdua.”
“Baiklah, aku kesana.”Balas Elina.
Di perjalanan Elina menuju backstage untuk bertemu Danny, tak sengaja ia menabrak seseorang. Ternyata orang yang bertabrakan dengannya adalah Lisa.
“Awww, hmmm, uhh, Hah ? Lisa ? Kamu, kamu ngapain disini?”ujar Elina kaget.
“Aww, ohh, Elina I’m so sorry, maaf ya rame banget aku gak sengaja nabrak kamu, hmm..”
“Iya, gapapa kok Lisa, tapi ngapain kamu disini ?”
“Hmm, hmm..”belum sempat Lisa menjawab, Javi datang menghampiri mereka berdua.
“Halo sayang, kenapa kamu ?”Javi pun menengok ke arah pandangan Lisa. Javi kaget karena ternyata yang dilihatnya adalah Elina.
“Ohh, sama Javi, oh iya, aku tahu pasti Javi ngajak kamu ya buat nonton launching album the script.”ujar Elina yang pura – pura menampakkan wajah ceria.
“I .. I...”ujar Javi gugup.
“I know Javi, you don’t have to explain about this, alright I’ve to go, congrats for both of you.. Bye..”ujar Elina singkat dan berlalu dari pandangan Javi dan Lisa.
Elina sekarang sudah tahu. Mereka benar – benar sudah berpacaran. Javi tidak akan sembarangan bilang “Sayang”ke Lisa, kalau tidak ada apa – apa.
“Gak usah dipikirin, sekarang kamu udah punya Liam, tapi kenapa ada perasaan gak rela, ya, apa karena yang jadian sama Javi itu Lisa yang udah tahu kalo aku itu suka sama Javi, Ya Tuhan, kenapa semua bisa terjadi kayak gini, sih ?” keluh Elina dalam hati. Tak sadar air mata sedikit keluar dari mata Elina setelah melihat kejadian tadi. Dia segera menghapusnya karena tak mau ketahuan Danny.
“Hey, kamu kenapa ? Mata kamu, kamu nangis ?”tanya Danny sedikit panic.
“Hmm, enggak, don’t worry, tadi kelilipan, asep rokok kan banyak, aku agak gak tahan..”ujar Elina sambil nyengir menutupi kesedihannya.
“Yaudah, pulang yuk, udah malem, kasian kamu besok kuliah.”
“Uhuk, uhuk, uhuk, hacim, hacim, hacim..”Elina batuk dan bersin, sambil mengelap hidungnya.
“Yah, yah, calon sakit nih, main terus sih..” ujar Danny perhatian.
“Aduhh, gak kok aku gapapa, tenang aja, oh iya pamit dulu ya sama Mark sama Glen..”
“Yaudah.”
Elina dan Danny mencari Mark, Glen dan Ben. Mereka bertemu dan pamit.
“Hi Mark, Glen, Ben, I wanna go home, sampai ketemu lagi ya..”Ujar Elina sambil memeluk Mark, Glen, dan Ben.”
“Iya hati – hati ya, Danny, you wanna go home too ?”
“Yes, I do. Pamit ya bro..”ujar Danny sambil mengambil gitarnya dan berpelukan dengan mereka juga.
“Bye..”ujar Elina dan Danny berbarengan.
Mereka berdua menuju mobil Danny. Setelah Danny menaruh gitarnya di bangku belakang, dia pun masuk mobil dan berangkatlah mereka pulang kerumah mereka. Di perjalanan Elina hanya tertidur. Danny pun mengelus rambut Elina, melihat adiknya yang sepertinya kedinginan.

Ya, memang cukup dingin. Tapi tak biasanya Elina tidak sehat sampai bersin begitu. “Jangan sakit ya..” ujar Danny sambil mengelus rambut Elina. Elina tak mendengar karena sudah tidur pulas.
Sampailah mereka di rumah Danny. Elina dibangunkan. Di rangkul oleh kakaknya dan diantarkan sampai kamarnya.
“Udah tidur ya, besok kuliah, bye, good night.”ujar Danny sambil mencium kening Elina.
“Thank you, bye, good night.”ujar Elina yang masih terkantuk.
Malam itu Danny masuk ke kamarnya. Menaruh gitarnya, ganti baju dan terduduk di tempat tidurnya. Mengambil handphonenya, menyalakan, melihat, dan tergaket, 3 misscall dari Lea. “Ada apa ? Tapi kalo nelpon balik juga pasti gak diangkat.”ujar Danny bingung. “Udah tidur aja, besok aja telponnya.”ujar Danny lagi. Danny pun memeluk gulingnya dan tidur seketika.

Comments

Popular posts from this blog

House of Tales Karya Jostein Gaarder: Kisah Cinta dalam Novel Tipis, Padat Isi

Dan aku menyadari bahwa aku tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tidak pula hanya untuk para kerabat dan sobat dekat. Aku bisa memelopori sebuah gagasan demi kepentingan seluruh umat manusia. House of Tales  atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Rumah Dongeng, memang menggambarkan sekali isi novel karya Jostein Gaarder ini. Novelnya yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisah hidup sang tokoh utama. Novel-novel Jostein Gaarder yang satu ini juga khas akan petualangan dan pemandangan alam dari negara kelahirannya atau dari negara-negara di Eropa. House of Tale diterbitkan pada tahun 2018, dan diterjemahkan serta diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2019. Manusia sering kali menempuh jalan berbelit-belit sebelum saling berhubungan secara langsung. Tak banyak jiwa yang dianugerahi kemampuan untuk bisa lugas tanpa basa-basi: "Hai kamu! Kita kenalan, yuk!" Tokoh utama, Albert, tak sangka dapat memberikan rasa pada se...

Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi: Menjadi Jujur dan Tak Serakah

"Perjalanan hidupku yang berliku mengajarkan kesadaran kepadaku bahwa peran dan tanggung jawab manusia itu terus dipertukarkan Allah, dari yang paling atas, bisa dilempar ke peran paling bawah." Itulah sepenggal kalimat yang saya ingat dari novel berjudul Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan tahun 2019 lalu. Kalimat tersebut saya kaitkan dengan judul dari ulasan buku dari novel ini sendiri. Saya suka penggalaman tersebut karena menggambarkan sosok pemeran utama Lafran Pane yang ditulis oleh Uda Ahmad Fuadi dalam novel ini. Novel ini memberikan cerita perjalanan hidup Lafran Pane, sang pendiri organisasi besar di Indonesia bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Berlatar belakang waktu penjajahan Belanda dan Jepang, novel ini bercerita tentang kehidupan Lafran Pane sedari kecil yang sudah ditinggal sang Ibu, dan ia harus diurus dan tinggal dengan sang Nenek. Ia merasa 'agak' dikekang dan diatur hidupnya jika ia harus hidup deng...

OneRepublic FF Part 28 (Second of The Last Part)

HERE WE ARE Rose’s “Mana ya Natasha. Dia tidak mengirimkanku sms sama sekali. Ku pikir dia akan telat, sayang.” Ujarku pada Brent. Kami hari ini pulang dari Dublin sehabis liburan. Aku di Dublin sekitar 10 hari. “Mungkin saja telat dia, sabarlah sayang.” Ujarnya padaku. “Baiklah..” ujarku sambil mengecek Iphoneku. “Rose’s…” ujar seseorang berteriak dari ruang lain. Aku melihat dari kerumunan orang di Bandara ternyata itu adalah Natasha. Natasha dengan seorang lelaki. Aku seperti mengenalnya. Ahh, ternyata dia… “Natasha, aku sangat merindukanmu.” Ujarku padanya sambil memeluknya. “Hey, aku terkaget kau dengannya.” Ujarku sambil melirikkan mataku kea rah lelaki yang dibawa b bersama Nat. Ternyata Nat, membawa Gary. “Iya, kau jadi tahu sekarang.” Ujar Nat malu. “Jadi kau…” ujarku sambil menunjuk Gary. “Iya, kami sudah berpacaran.” Celetuk Gary. “Ahhh..” jawabku mengiyakan. “Bagaimana liburan kalian ?” ujar Nat mengubah pembicaraan. Dia mungkin malu menceritakannya bersama k...