Part 17
“Hmm, beliin apa ya, yang cocok buat Elina sebelum
aku pergi tour.”ujar Danny sambil asik browsing dengan Mac nya. Setelah mencari
– cari kurang lebih satu jam, tercetus ide untuk membelikan Elina kaos official
One Republic, dompet, dan handphone baru karena dia baru kecopetan, mudah –
mudahan dia senang.
Setelah selesai mencari dan memesan, dia pun
mempersiapkan segalanya seminggu kemudian.
Hari ini Ibu Danny dan Elina akan datang ke London
untuk menemani Elina. Danny memang sudah menelepon Ibunya untuk datang ke
London menemani Elina. Danny bersiap untuk menjemput Ibunya ke Bandara. Setelah
siap Danny pun keluar kamarnya dan melihat ke kamar Elina.
“Hey, I wanna go to airport, wanna join ?”tanya
Danny sambil mengetuk pintu kamar Elina. Tapi setelah beberapa kali mengetuk
tidak ada jawaban, akhirnya dia membuka kamar Elina yang ternyata sudah kosong.
Dia ingin menelpon, tapi dia tersadar dengan kejadian 2 minggu yang lalu, yang
sampai sekarang Elina belum di belikan handphone oleh Danny. “Mungkin
kuliah.”ujar Danny singkat.
Menyalakan mobil dan bergegas berangkat ke Bandara.
Ibunya menelpon kalau dia sudah sampai di Bandara Heathrow. Danny pun
berangkat.
Sampailah Danny di Bandara, langsung menuju terminal
kedatangan, mencari wajah Ibunya dan, “Ahh itu dia Ibu.”ujar Danny.
“Hello, Mom, how are you ? Miss you so much, I
really need you.”Sambil berujar sambil memeluk Ibunya itu.
“Me too Honey, I’m fine thanks. How about you
?”balas Ibu Danny.
“Hmm, maaf ya sampai harus nyuruh Ibu kemari. Aku
butuh ibu selama 6 bulan untuk tour duniaku. Menemani Elina yang sebentar lagi
selesai kuliahnya dan dia butuh teman, makanya aku menghubungimu.”
“Iya, aku tahu, kan kau sudah memberitahuku..”
“Iya bu, hehe, ya mungkin kau bisa tinggal lebih
lama disini..”
“I’ll think about it later.”
Mereka berjalan menuju mobil Danny, memasukkan
barang Ibunya ke bagasi, dilanjutkan Danny untuk menyetir. Sambil berbincang –
bincang apa saja yang terjadi dengan Ibu Danny atau sebaliknya. Ibu Danny pasti
bangga dengan kesuksesan yang diraih oleh Danny. Sampailah mereka di rumah
Danny.
Hari ini Danny tidak ada jadwal, jadi dia bisa
menemani Ibunya. Seminggu lagi dia berangkat tour dunia.
“Istirahatlah dahulu disini, Mom, aku akan
membuatkan teh untuk kita berdua.”ujar Danny sambil pergi ke dapur.
“Yes, thank you Danny, rumahmu cukup besar ya,
dimana Elina ?”
Danny pun selesai membuat teh dan menjawab pertanyaan
Ibunya.
“Oww.. yes, Elina ? Oww, Elina masih kuliah.”
“Apa kamu tak memberi tahukan ku akan datang ?”
“Hmm, aku, aku tidak memberitahukannya..”
“Kenapa Danny ?”
“Hmm, biarkanlah jadi kejutan untuknya... Lagian aku
juga sedang...”Kalimat Danny digantung.
“Sedang apa Danny ? Jangan bilang kau sedang
bertengkar dengan dia, aku tahu jika kau bertengkar dengan Elina, kau pasti
akan diam – diaman..”
“Ya.. begitulah bu..” ujar Danny singkat sambil
menyeruput tehnya.
“Tapi sebentar lagi kamu akan pergi tour, apa kamu
gak kepikiran ?”
“Hmm, aku tidak tahu, tapi aku sedang merencanakan
sesuatu dan aku membutuhkan bantuanmu,bu..”
“Apa kamu tidak mau menceritakan masalahmu dengan
Elina ? Baiklah aku akan membantumu..”
“I will, but not now.. Ibu baru saja sampai, aku
tidak mau menambah beban pikiranmu.”
“Baiklah jika itu maumu..”
Mereka berbincang – bincang sekitar satu jam,
selanjutnya, Ibu Danny membereskan barang bawaannya dan menaruhnya di kamar
Danny, karena Danny tidak akan memakainya selama 6 bulan ke depan.
Sementara itu..
“ I need another story, something to get off my
chest, my life is kinda boring...”Elina bernyanyi sambil mendengarkan lagu
Secret dari OneRepublic. Elina sambil menerawang ke atas dia bingung, dirinya
belum baik dengan Danny, tapi seminggu lagi Danny pergi untuk tour dalam waktu
6 bulan ke depan.
“Hey, nyanyi aja sih, bengong juga lagi, ada apa
?”Tiba – tiba Liam datang.
“Ehh, ahh, enggak kok, lagi pusing paper aja..”ujar
Elina.
“Ohh, jangan kebanyakan bengong, mending focus nih,
focus, setahun lagi kita lulus nih..”
“Eh, emang iya ya ? Ya ampun.. lupa..”
“Lupa ? Aneh deh kamu, lagi ada masalah ? cerita aja
sama aku..”
“Hmm, enggak kok, gapapa..”
“Beneran ? Mumpung aku masih ada disini nih,
kayaknya kamu lagi ada masalah ya..”
“Ada sih.. tapi udahlah gapapa, eh, liat Javi gak ?
Aku kangen nih sama dia..”
“Hahahaha.. dasar, nyariin yang ada dong, aku gitu.”
Liam hatinya sakit, kenapa Elina harus nyariin Javi ?
“Ngapain nyariin yang udah ada sih Liam.. Hahaha,
lucu deh.” Ujar Elina sambil senyum ke Liam. Liam salah tingkah. Liam garuk –
garuk kepala tak karuan, senyum Elina yang membuat dirinya salah tingkah.
“Kenapa sih, kok merah gitu muka kamu ?”Ujar Elina
meledek.
“Heeheheh, enggak kok..”kata Liam.
Perbincangan dan tawa mereka terlihat seru, sampai
akhirnya sore pun datang. Pukul 04.15 jam ditangan Elina menunjukkan. Elina pun
harus pulang kerumah, karena memang tidak ada jadwal kuliah lagi.
“Liam, I’m sorry, I’ve to go..” ujar Elina.
“Oh, okay, aku juga mau pulang.. Be careful,
Elina..”
“You too Liam..”Elina bergegas pergi. Mengambil
sepedanya dan pulang kerumahnya.
Sampailah Elina di rumahnya, begitu ia membuka
pintu, ternyata yang membuka pintu adalah Ibunya. Elina pun langsung
memeluknya.
“Hello, anybody home ???”
“Yes, wait a minute..”Ibu Elina pun membuka pintu.
“Mom... God, I can’t believe it.. Hmmmmm.. Miss you
so much.. Ada apa kok datang kesini ?”
“Yes, miss you too honey.. Danny, Danny, nyuruh Ibu
kesini.”jawab Ibu Elina.
“Danny ? Ohh, yes..”
“Come in, don’t talk in front of the door.”
“Okay..” Mereka berdua pun masuk. Elina terlihat
senang sekali. Selama masuk rumah Elina selalu merangkul Ibunya.
“Berapa lama Ibu akan disini ? Aku harap Ibu mau
menginap disini selama 6 bulan selama Danny pergi nanti.”Ujar Elina.
“I will, I will accompany you, honey.”
“Really ? Oh My God, yes, I need friend actually.”
Senyum ELina pada Ibunya.
Tak berselang lama, Danny pun datang dari kamarnya
dan ikut bergabung.
“Hai semua, lagi asik ya, ganggu ya..”sapa Danny
kepada Ibunya dan Elina yang sedang berada di ruang tv.
“No, you’re not, gabung aja sini..”
“Hmm... NO..” jawab ELina singkat.
Ibu Elina bingung kenapa ketika Danny datang, muka
Elina langsung tertunduk lesu.
Ibu Elina tidak tahu apa yang terjadi. Kadang dia
merasa bersalah karena dia harus meninggalkan dua saudara itu. Kalau – kalau
kejadian seperti ini terjadi. Dan sekarang sedang terjadi. Sebenarnya
pertengkaran ini tidak harus terjadi kalau keduanya saling mengerti. Ibu Elina
kadang tidak mengerti ketika keduanya memiliki ego yang kuat dan tidak ada yang
mau mengalah.
Danny pun duduk disamping Ibu Elina. Menyandar di
bahu Ibunya sama seperti yang Elina lakukan.
“I know both of you have big problems. Tapi gak
harus sampe berantem kayak gini, Ibu kadang bingung sama kalian. Sebenernya apa
sih yang terjadi ?”
“Ask Danny Mom..” ujar Elina.
“You, you told me first about Sandra.”Ujar Danny
tidak mau mengalah.
“You, you don’t trust me about Sandra.”
“Hey, stop that!! Udah, ayo cerita, cerita pelan –
pelan.”Ujar Ibu mereka memberhentikan pertengkaran kecil mereka.
Akhirnya Elina pun memberanikan diri untuk bercerita
kepada Ibunya. Menceritakan semua yang terjadi sampai dia bisa bertengkar tak
penting dengan Danny seperti ini.
“Terus, sampai kayak gini ?”
“Yeah.” Jawab Danny singkat.
“Ya udah, Ibu tahu perasaan kamu ELina dan Ibu juga
tahu posisi kamu Danny, tapi semua ini sebenarnya gak perlu terjadi, kalian
Cuma harus saling mengerti, Ibu juga gak bisa setiap saat ada disamping kalian,
kalian ini sudah besar, kalian harus mengerti mana yang baik dan yang buruk,
dan mana yang harus dipermasalahkan. Danny, semua ini pasti ganggu kamu banget
kan, apalagi Elina.”
“Yes, Mom, I know that.” Ujar Elina singkat.
Komunikasi malam itu begitu pasif antara Danny dan Elina. Tapi sebenarnya dalam
hati Danny dia mau bermaafan dengan Elina. Sebenarnya Elina pun ingin baikan
dengan Danny.
“Yasudah, sudah malam, istirahatlah, sudah 3 jam
kita duduk disini, oh ya, sebelum itu, Danny bangun, Elina bangun.”ujar Ibu
Elina sambil memperbaiki duduk mereka berdua. Elina dan Danny saling
berhadapan.
“Ayo maafan.”
“Yeah... I’m sorry Danny.”Elina mendahului.
“Yes, me too, for all my fault.”
“Okay..”
“Sudah istirahat sana kalian. Let me kiss you
forehead, Dear..”Ibu mereka berdua mencium kening mereka dengan lembut,
selanjutnya mereka membalas ciuman ibunya itu.
Mereka berdua masuk kamar, sementara Ibu Elina akan
menyusul Elina ke kamarnya.
Seminggu kemudian.
“Alright, all done!” ujar Danny sambil merentangkan
tangannya. Dia akan berangkat untuk tour dunia hari ini, dimulai dari Eropa,
Amerika, dan Negara di Asia nantinya. Selamat tour Danny akan naik bus tour
dengan kru dan member The Script yang lain, setelah tour nanti akan merilis
single dan album ketiga mereka.
“Sudah semua Danny ? Ayo kita berangkat ke Studio
mu.”tanya Ibu Elina.
“Sudah, Mom, ayo, but where is Elina ?”
“Elina, sudah di depan menunggumu, dia yang akan
menyetir untukmu. Kau sudah siapkan kado untuknya ?”tanya Ibu Elina. Danny
memang sudah berkompromi dengan Ibunya untuk memberikan kado ke Elina. Danny
akan memberikan kaos official dari OneRepublic, Dompet, dan Smartphone untuk
Elina. Danny berpesan pada Ibunya untuk memberikan kado itu 3 bulan lagi, tepat
pada saat ulang tahun Elina.
“Sudah bu, ada di lemari yang itu, tapi jangan
sampai Elina tahu ya bu.”pesan Danny pada Ibunya sambil menunjuk lemari kecil
yang ada di samping tempat tidurnya.
“Tenang saja, Danny. Kau serius saja dengan
pekerjaanmu, jangan lupa ya pesan Ibu, makanlah yang teratur, hati – hati
dengan matamu, kalau tidak terlihat, jangan lupa pakai lensa mu, atau
kacamatamu.”
“Iya bu, semua sudah, pesanmu sudah kusimpan selalu
di memori ini.” Ujar Danny sambil menunjuk kepalanya.
“Yes, sound’s good. Ayo..”
Mereka berdua keluar kamar Danny menuju depan rumah.
Terlihat Elina sudah menunggu sambil bersandar di pintu mobil siap untuk
menyetir.
“Ready ?” kata Elina.
“Yes, I am.” Kata Danny singkat dilanjutkan
memasukkan barang – barangnya ke bagasi mobil.
“Mana kuncinya El ?”
“Biarkan aku menyetir Danny..”ujar Elina singkat.
Elina membawa mobil, setelahnya mereka berangkat
menuju studio tempat Danny biasa bekerja.
Sampailah ELina, Danny dan Ibunya di studio Danny.
Terlihat Mark dan Glen sudah berada disana bersama kru yang lain. Danny turun
dan menurunkan barang – barang yang akan dibawanya dari bagasi. Elina langsung
menyapa Mark dan Glen.
“Hey Guys, how are you ?” sapa Elina sambil memeluk
Mark dan Glen.
“Hey, I’m fine thanks. How about you ?” tanya Glen
kepada Elina.
“I’m fine too thank you, I’m gonna miss you guys..”
“Yeah, me too..”
“Hey guys, come on I’m ready, semua barangku sudah
ku masukkan ke dalam bus.”ujar Danny.
“Hmm, alright come on, Danny don’t forget your
sister.”ujar Mark berbisik kepada Danny sambil menunjuk ELina untuk berpamitan
dengannya. Danny pun menengok Elina dan turun dari bus menuju Elina.
“Hey, I’m sorry for all, aku pamit ya, baik – baik
sama kamu, enam bulan bukan waktu yang singkat.”
“Iya, hati – hati ya..”jawab Elina singkat. Elina
masih kesal sama Danny, padahal Danny sudah minta maaf. Tapi sampai Danny belum
melihat Sandra selingkuh darinya, Danny gak akan percaya sama ELina, dan itu
yang membuat Elina kesal. Danny pun memeluk Elina. Elina membalas.
Danny pun berlalu langsung ke bus tournya. Danny
menengok sebentar. Elina tak melihatnya, Elina membuang mukanya sambil melihat
ke sekeliling studio. “Apa masalahnya sebesar ini, sebesar Elina mau melindungi
aku dari Sandra, apa iya Sandra sejahat itu sama aku ?”tanya danny dalam hati.
Bus tour berangkat dan berlalu. Elina dan Ibunya
pulang kembali kerumahnya. Enam bulan kedepan, akan sepi, Elina hanya akan
dengan Ibunya. Padahal yang membuat ramai rumah itu adalah Danny. Sebenarnya
Elina masih merasa bersalah akan perbuatannya itu. Tapi, mau bagaimana lagi.
Elina sudah terlanjur kesal atas sikap Danny. “Ahh, lebih baik, aku chatting
dengan Lea..” ujar Elina. Elina pun membuka Mac nya dan membuka aplikasi yahoo
messenger, tampak Lea sedang online. “Ahh, syukurlah dia online.”ujar Elina
senang. Akhirnya malamnya itu dihabiskan untuk mengobrol dengan Lea. Elina
semakin akrab dengannya.
Comments
Post a Comment