Skip to main content

OneRepublic FF Part 1



COLORADO IN THE MORNING
Rose’s
“Huuaaaahhhh” bangunlah aku dari tidurku yang cukup lama ini. Hari ini sudah dua hari aku di Denver, Colorado setelah berpindah dari San Fransisco. Aku cukup lelah, masih lelah dengan semuanya. Tubuhku, hatiku dan semuanya. Ayahku bilang janganlah kau memikirkan terus masalah yang terjadi pada keluarga kita, ini bukanlah masalah, ini adalah ujian. Ujian, ya mungkin memang Dad bisa menangani semuanya, tapi aku ? Apa yang aku harus lakukan dengan hidupku dan hatiku. Akhirnya aku memutuskan untuk hijrah ke Denver Colorado, mencari apa yang aku inginkan.
Aku hanyalah lulusan Senior High School yang tidak terlalu terkenal di San Fransisco. Jujur saja, memikirkan San Fransisco hanya membuatku sedih. Aku dan Mom, kita sudah berpisah, dan pastinya tidak akan pernah bertemu lagi, untuk SELAMANYA. Mungkin tulisannya perlu di perbesar atau di garis bawahi ya. Rencanaku hari ini adalah pergi ke toko buku, mencari Koran terbaru, mencari pekerjaan baru, dan mencari penghidupan baru di Colorado ini. Setelah bengong sejenak di kamarku yang baru yang terletak di sebuah flat yang beralamat di Lake wood, 6th Avenue. Cukup dekat dengan keramaian, depan flatku saja ramai dengan toko.
Aku bangun dan bergegas mandi, walau hanya ke toko buku, tapi aku haruslah terlihat rapi. Aku mandi kurang lebih 20 menit, mendengarkan music sambil mandi adalah kebiasaanku. Aku tidak suka sepi, kehilangan music sehari saja, mungkin aku bisa gila. Pelarianku terhadap masalahku dengan Dad juga dengan bermain music. Aku ingat ketika aku harus tampil bersama teman band di SMA ku, aku sangat suka hal itu. Itu membuatku bebas. Biar saja orang berkata apa dengan music, suara, atau ketika aku sedang memainkan alat music, yang jelas, inilah passionku.
Dua puluh menit berlalu dengan cepat. Aku keramas hari ini, dua hari yang lalu, rambutku tercium bau, bau apapun aku tidak tahu. Yang aku ingat dua hari yang lalu adalah, aku menangis memeluk Dad, karena aku harus pergi dari San Franc, dan berjalan terus membawa koperku keluar rumah. Aku tak rela meninggalkan Dad sebenarnya, tapi aku sudah tak kuat lagi. Aku juga, aku juga meninggalkan kekasihku, kami putus setelah aku sampai San Franc kemarin. Bukan karena aku benci dirinya, tapi aku tidak ingin menyakiti dirinya, aku tidak mau merepotkan hidupku untuknya, aku juga sudah merasa tidak cocok dengannya.
Keluarlah aku dari Flatku. Berjalan menelusuri ramainya jalan Lake Wood pagi itu. Membeli secangkir kopi murah dari warung kopi dekat flatku. Mencoba kopi dengan selera yang baru, tidak lagi memilih ice cappuccino seperti yang kulakukan di San Franc, setidaknya aku ingin mengurangi kebiasaanku yang akan mengingat Mom. Ohhh, aku tak kuat.
“Berapa harga Koran ini pak ?” tanyaku pada penjaga toko buku. “Satu dollar” ucapnya. Aku membayar dengan uang pecahan yang besar, lalu dia mengembalikan kepadaku sisanya. Oh ya, jika ditanya darimana aku mendapat uang ini, aku ini bekerja part time ketika aku sekolah, aku mencari penghasilan kecil – kecilan di daerah rumahku. Aku bekerja di toko music. Lumayan sekali, setiap gajian, aku selalu menabungnya.
Aku kembali pulang untuk membaca Koran yang telah aku beli. Aku membuka bagian lowongan pekerjaan. Aku menemukan banyak, tapi hanya beberapa yang cocok. Aku mencoba mencari yang berhubungan dengan music. Aku pun menemukannya. Aku menemukan di Guitar Center dan di Golden Music Center yang tempatnya tidak jauh dari flatku, lumayan bisa menghemat ongkos jika aku diterima disana. Aku akan mencobanya besok. Tapi hari ini aku berencana mengunjungi temanku yang aku kenal semenjak SMA dulu, dia pindah kesini untuk kuliah. Kuliah ? Aku bermimpi akan itu, tapi dengan keadaanku yang seperti ini, sepertinya tak mungkin. Temanku ini bernama Natasha, aku memanggilnya Nat. Nat, Aku datang.

Nat’s House.
“Hi, Nat, apa kabar ? Aku sangat merindukanmu.” Ucapku sambil memeluknya. “Hi, Rose Anderson, Aku rindu padamu juga, sudah lama tak bertemu, akhirnya kau hijrah juga, aku ingat ketika kau bilang kau sangat ingin ke Denver hanya karena ingin bertemu OneRepublic, sekarang terbukti, tapi belum bertemu mereka. Hahaha” tawanya renyah, masih sama ketika kami bercanda di SMA dulu. “Ya, kau benar, tapi sebentar lagi aku akan mewujudkannya.” Duduklah aku bersamanya. Setelah bercengkrama cukup lama aku harus pamit karena masih ada beberapa urusan di flat yang harus aku selesaikan. “Aku pamit ya, terima kasih untuk jamuannya. Aku senang sekali, jangan lupa jika kau ada waktu datanglah ke flatku.” Ujarku padanya setelah itu mencium pipinya yang lembut. “Iya tenang saja, aku akan mengunjungimu.” Dia memelukku. Aku pun pulang sambil melambaikan tangan dan berkata. “Doakan aku ya semoga aku bisa diterima kerja cepat.” “Amin..” balasnya sambil sedikit berteriak.
Aku pulang, menaiki bus yang terdapat di daerah rumah Natasha. Aku senang sekali hari ini, tapi aku harus bersiap untuk besok karena aku harus melamar pekerjaan di dua tempat. Semoga besok adalah hari bagusku. Amin…

Comments

Popular posts from this blog

House of Tales Karya Jostein Gaarder: Kisah Cinta dalam Novel Tipis, Padat Isi

Dan aku menyadari bahwa aku tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tidak pula hanya untuk para kerabat dan sobat dekat. Aku bisa memelopori sebuah gagasan demi kepentingan seluruh umat manusia. House of Tales  atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Rumah Dongeng, memang menggambarkan sekali isi novel karya Jostein Gaarder ini. Novelnya yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisah hidup sang tokoh utama. Novel-novel Jostein Gaarder yang satu ini juga khas akan petualangan dan pemandangan alam dari negara kelahirannya atau dari negara-negara di Eropa. House of Tale diterbitkan pada tahun 2018, dan diterjemahkan serta diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2019. Manusia sering kali menempuh jalan berbelit-belit sebelum saling berhubungan secara langsung. Tak banyak jiwa yang dianugerahi kemampuan untuk bisa lugas tanpa basa-basi: "Hai kamu! Kita kenalan, yuk!" Tokoh utama, Albert, tak sangka dapat memberikan rasa pada se...

Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi: Menjadi Jujur dan Tak Serakah

"Perjalanan hidupku yang berliku mengajarkan kesadaran kepadaku bahwa peran dan tanggung jawab manusia itu terus dipertukarkan Allah, dari yang paling atas, bisa dilempar ke peran paling bawah." Itulah sepenggal kalimat yang saya ingat dari novel berjudul Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan tahun 2019 lalu. Kalimat tersebut saya kaitkan dengan judul dari ulasan buku dari novel ini sendiri. Saya suka penggalaman tersebut karena menggambarkan sosok pemeran utama Lafran Pane yang ditulis oleh Uda Ahmad Fuadi dalam novel ini. Novel ini memberikan cerita perjalanan hidup Lafran Pane, sang pendiri organisasi besar di Indonesia bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Berlatar belakang waktu penjajahan Belanda dan Jepang, novel ini bercerita tentang kehidupan Lafran Pane sedari kecil yang sudah ditinggal sang Ibu, dan ia harus diurus dan tinggal dengan sang Nenek. Ia merasa 'agak' dikekang dan diatur hidupnya jika ia harus hidup deng...

OneRepublic FF Part 28 (Second of The Last Part)

HERE WE ARE Rose’s “Mana ya Natasha. Dia tidak mengirimkanku sms sama sekali. Ku pikir dia akan telat, sayang.” Ujarku pada Brent. Kami hari ini pulang dari Dublin sehabis liburan. Aku di Dublin sekitar 10 hari. “Mungkin saja telat dia, sabarlah sayang.” Ujarnya padaku. “Baiklah..” ujarku sambil mengecek Iphoneku. “Rose’s…” ujar seseorang berteriak dari ruang lain. Aku melihat dari kerumunan orang di Bandara ternyata itu adalah Natasha. Natasha dengan seorang lelaki. Aku seperti mengenalnya. Ahh, ternyata dia… “Natasha, aku sangat merindukanmu.” Ujarku padanya sambil memeluknya. “Hey, aku terkaget kau dengannya.” Ujarku sambil melirikkan mataku kea rah lelaki yang dibawa b bersama Nat. Ternyata Nat, membawa Gary. “Iya, kau jadi tahu sekarang.” Ujar Nat malu. “Jadi kau…” ujarku sambil menunjuk Gary. “Iya, kami sudah berpacaran.” Celetuk Gary. “Ahhh..” jawabku mengiyakan. “Bagaimana liburan kalian ?” ujar Nat mengubah pembicaraan. Dia mungkin malu menceritakannya bersama k...