Part 23
“I’m sorry I’ve to go. I must stop here.” ujar Elina
memecahkan suasananya. Dia pun berdiri dan memakai tasnya.
“Oh yeah, well thank you for your help.”ujar Liam
singkat. Kejadian yang baru saja terjadi tidak dibahas sama sekali oleh mereka
berdua. Mengalir begitu saja seperti air. Elina pun sampai di tempat
pemberhentiannya dan melambaikan tangan ke Liam.
“Be careful and get well soon.”Senyum Elina ke Liam.
“Thanks, you too.”balas Liam.
Elina turun dan berjalan menuju rumahnya. Jam
menunjukkan pukul 07.45. Waktu terasa lama ketika Elina berada di dalam bus.
Dalam perjalanan pulangnya Elina memegang bibirnya, serasa tidak percaya dengan
apa yang terjadi.
Sampailah ia dirumahnya. Mengetuk pintu. Danny tidak
ada dirumah, jadilah dia membuka pintunya dengan kunci cadangan yang ia bawa.
“Cape banget, tidur aja deh.”ujar Elina. Akhirnya ia pun tertidur lebih awal di
malam itu. Tersenyum di malam itu karena kejadian yang baru saja terjadi. “I
think I know who’s the one who really love me.”Ujar Elina dalam hati.
Sampailah Liam di bus stop dekat rumahnya. Tak
percaya dengan kejadian yang baru terjadi. Dia turun dengan perlahan dari bus
karena masih merasa pusing dengan kepalanya. Sampai dirumah mengetuk pintu
dibukakan oleh Ibunya.
“Honey, what happened with you forehead ?”tanya Ibu
Liam sedikit panic.
“No, it’s okay Mom, I fell down when I played
football this afternoon.”
“It’s not good honey”
“It’s okay Mom, don’t worry, I just need to sleep,
okay, good night Mom..”Kata Liam menenangkan Ibunya dan mencium pipi Ibunya.
“Okay, do you wanna eat something ?”
“No thanks Mom.. Night..”
“Night Honey..”
Liam pun menuju kamarnya dengan senyum tercurah di
wajahnya. “Akhirnya aku bisa ngungkapin rasa aku ke kamu, dan aku gak tahu
ternyata kamu membalasnya juga El, I do love you El, hope you can feel that.”ujar
Liam dalam hati sambil tersenyum ketika ia tiduran di kamarnya.
Hari kamis ini Elina akan ke kampus agak siang. Ia
pun menyiapkan sarapan untuk kakaknya Danny.
“Good morning, this is for you, Dan.. Special
English Breakfast.”
“Wow, looks good yeah, thank you, dear..”
“You’re welcome.”
“So, will you come to my show, for lauching my album
?”
“I will discuss with my friend first, but if he
didn’t come, I would come alone.”
“Alright, is he very important for you ? Hahaha, I
mean, I think you are cool with him, with Liam..”
“Yeah, I think, what ? with him ? I’ll think about
it. Well Danny, I’ve to go at 10.30, so I’m gonna prepare myself first..”
“Okay, should I take you to your college ?”
“No, you don’t need. I’ll go to college by bus..”
“Alright.”
Elina bersiap – siap untuk pergi ke kampus. Sebelum
dia berangkat handphone nya berbunyi tanda sms masuk. Tertulis “Liam”. Ia
membuka pesan masuknya tersebut yang berbunyi. “Sore ini temani aku ke Hyde
Park, terima kasih.”Elina tak membalas, dia pikir dia akan membalas dan
membicarakannya di kampus saja. Liam seperti nya ingin sekali ke Hyde Park
sampai mengirimi sms Elina lebih awal. Elina pun pamit dengan Danny dan
berangkat. Danny sedang sibuk – sibuknya mengurusi launching album pada minggu
ini.
Enam bulan lagi Elina akan menyelesaikan tugas
akhirnya dan lulus dari kampus itu. Elina sangat bersemangat sekali dan tidak
mau memikirkan masalah hatinya, masalah yang pernah timbul dengan Danny dan
masalah – masalah yang lain. Dia mencoba menahan diri untuk tidak jatuh terus
jika menghadapi suatu masalah yang berat.
Sampailah Elina di kampusnya. Melewati koridor
kampus yang cukup ramai dan masuk ke kelas yang sudah terdapat dosennya.
“I’m sorry Sir, I’m late.”
“It’s okay, please sit down.”
“Thank you Sir.”
Terlihat Liam sudah sampai disana tersenyum
kepadanya. Elina sempat menengok sebentar ke arah Javi tapi Javi tak menengok
kearahnya. Elina menuju kursinya.
Belajar dia ditemani Liam yang sangat setia
kepadanya. Kejadian kemaren yang telah terjadi diantara mereka membuat mereka
menjadi lebih dekat. Selesailah kelas kampus hari itu. Jam menunjukkan pukul 3
sore.
“Do you really want to go to Hyde Park ?”
“Iya, aku mau kesana, ada perlu, mau kan nemenin ?”
“Cuma berdua ?”
“Iya, kenapa ?”
“Gak sih gapapa...”
“Yaudah ayo..”ajak Liam.
Mereka jalan bersama menaiki bus yang menuju
terminal terdekat dari Hyde Park. Jalan berdua melewati ramainya jalanan menuju
Hyde Park. Sampailah mereka di Hyde Park. Liam membeli dua minuman untuk
dirinya dan Elina, setelah itu duduk di dalam Hyde Park untuk menikmati taman
itu.
“Kenapa ngajak kesini ? CUma duduk aja ? Katanya ada
perlu ?”
“Iya, emang ada perlu, ada perlunya sama kamu..”
“Aku ? Emang perlu apa ?”
Belum sempat Liam menjawab, Liam menaruh minumannya
dan mengambil satu tangkai bunga kecil yang ada di taman itu dan duduk langsung
menghadap Elina dengan memegang bunga tersebut tepat di depan wajah Elina.
Wajah mereka berdua begitu dekat.
“Hmm, You know, this flower is very beautiful,
like..”
“Liam, what do you mean ? Like ?”Elina bertanya
sambil kebingungan apa yang akan Liam lakukan.
“Like you.. I wanna say that.. I do love you from my
deep heart. You know, maybe you think it’s strange, but long time, when I first
saw you, when I first met you at the college, I have different feeling with
you, I think I love you, Elina.” Jelas Liam sambil berbicara pelan kepada
Elina.
“What do you mean ? You mean, you love me even I had
feeling with Javi ?”
“Yes, bahkan ketika kamu jatuh cinta sama Javi, aku
coba jaga perasaan ini untuk kamu, karena aku yakin aku bisa dapetin kamu,
walaupun kamu nyimpen hati untuk orang lain.”jelas Liam.
Elina pun terharu mendengar apa yang dikatakan Liam.
Ternyata Liam selama ini menyimpan perasaan kepadanya tanpa dia tahu.
Menemaninya setiap saat, menjadi teman yang baik.
“Aku pikir, kamu Cuma nganggap aku temen Liam, ternyata...”
“Aku pikir, kamu Cuma nganggap aku temen Liam, ternyata...”
“Iya aku tahu, ini emang sulit, aku tahu itu, tapi
inilah kenyataannya, so would you like to accept me as your boyfriend ? Will
you be mine ?”ujar Liam sambil memberikan bunga yang ia petik.
“I know it’s just a little flower, but I would give
everything and I would do everything for you if you accepted me..”ujar Liam
lagi.
“Dan jujur, kenapa aku ikut club sepakbola itu
karena... karena itu semua buat kamu..”lanjut Liam yang akhirnya jujur kepada
Elina.
Elina terdiam dan Elina pun memegang kedua pipi Liam
dan lalu berkata.
“You don’t need to do it. Aku sekarang juga udah
sadar siapa yang emang bener – bener cinta sama aku, siapa yang bener – bener
nerima aku apa adanya, itu.. itu kamu Liam.. I... I love you too..”
Liam membalas memegang tangan Elina yang ada
dipipinya.
“So, do you accept me as your boyfriend ?”
“I.. yes, of course I accept you as my boyfriend..”Elina
menjawab sambil sedikit mengeluarkan air mata.
“Oh baby, don’t cry please..”Liam menghapus air mata
yang ada di wajah Elina.
“Gapapa, sorry ya, aku Cuma gak nyangka aja, selama
ini aku gak sadar kalo kamu sebenarnya sayang sama aku, tapi kenapa begitu lama
kamu gak jujur sama aku ?”
Elina melepaskan tangannya dari pipi Liam, tetapi
Liam masih memegang tangan Elina.
“Aku minta maaf soal itu, karena aku gak mau ganggu
perasaan kamu sama Javi..”
“Oh, my God, Liam, you’re really my the man who
can’t be moved..”
“As your brother ? or just your brother song ?”
“No, it’s true, like my brother song..”Senyum Elina
pada Liam.
Akhirnya mereka pun menyatakan perasaan mereka
masing – masing. Elina menerima Liam sebagai pacarnya dan mereka pun bersatu.
“Thank you for everything, makasih kamu udah rela
nunggu aku cukup lama, nunggu aku dan percaya bahwa aku bisa sama kamu dan
sekarang terbukti Liam..”
“Yes you’re right, I love you..”
“I love you too..”Jawab Elina. Menyentuhlah kembali
bibir Liam dengan Elina, Liam mencium dengan lembut bibir Elina. Lebih dalam.
Ciuman itu lebih memiliki arti untuk mewakili perasaan mereka masing – masing.
Di tengah taman Hyde yang cukup ramai. Mereka menyatukan hati mereka setelah
lama tak ada ujung jawaban dan penantian dari keduanya.
“Thank you..”ujar Elina pelan.
“You’re welcome..”senyum Liam tulus untuk Elina.
Comments
Post a Comment