Part 15
“I’m home..” sapa Elina ketika ia memasuki rumahnya.
Ternyata ada Danny di dalam.
“Ohh, where have you been ?”tanya Danny.
“Thames river..”
“Hey, it’s too far, Elina, why didn’t you tell me ?”
“Is it important ? Important than your girlfriend ?
You know Danny, I saw with my own eyes, your girlfriend with another guy
walking around and shopping, I can’t believe, I thought it was you and in fact
it was not you..” Ujar Elina tiba – tiba sambil sedikit kesal.
“What are you talking about ?”tanya Danny yang tak
mengerti. Danny bingung sekali ketika adiknya berbicara seperti itu ketika baru
pulang.
“I’m talking about your girlfriend, why do you
really love her ? You know, I read some articles that talking about her, and it’s
bad things.”
“I don’t believe you, Sandra is a nice girl, she
wouldn’t do that.”
“How do you know about that ? Maybe she use some
things to make you really love her.”
“Stop talking, Elina, it’s not important to talk.”
“But I want you have a good one. Not a bad girl,
Danny. For what I’m lying to you, it doesn’t give me advantage.”
“Whatever you say..”
“Thank you, it’s okay if you don’t believe me, My
words are not important for you, right ?” kata Elina tegas. Pertengkaran
dimulai karena Danny tidak percaya apa yang dikatakan Elina. “Apa iya Sandra
seperti itu ?” kata Danny dalam hati.
Akhirnya Elina pun masuk ke kamarnya sambil sedikit
menangis. Dia tidak percaya kakaknya lebih membela Sandra daripada dirinya.
“Biar saja dia melihatnya sendiri, mudah-mudahan kau cepat sadar Danny.” Kata
Elina dalam hati. Di dalam kamarnya Elina mencoba melupakan pertengkaran itu.
Elina pun memikirkan apa yang terjadi pada dirinya dan Liam sore hari tadi
ketika mereka berjalan – jalan berdua. “Apa iya Liam punya perasaan sama aku,
setelah kita udah lama temenan ?” tanya Elina dalam hati. Elina merasa lelah.
Elina langsung tidur setelah menenangkan dirinya dan tidak menangis lagi.
Pagi hari yang cerah ketika Elina membuka gorden
kamarnya. Terlihat cahaya matahari langsung masuk ke dalam kamarnya. Elina
bersiap mandi dan berangkat ke kampus. Elina masih kesal sekali dengan Danny.
Setelah selesai Elina langsung membuka pintu kamarnya dan keluar rumah. Tiba –
tiba Danny muncul dan mencoba memanggil dirinya untuk sarapan.
“Hey, where are you going ? Gak sarapan dulu ?”
“I’m going to campus, no thanks, I’m not hungry, Oh
yes, Danny, I don’t bring my bicycle today, I’m in hurry, bye..”kata Elina dan
lalu bergegas keluar rumahnya dan berangkat.
“Hey, you’ll get sick, hey.. oh my God, this is my
fault..” ujar Danny menyesali kenapa dirinya semalam kesal. Seharusnya dia
mencerna dulu perkataan adiknya itu. Jadilah Danny sarapan sendirian dan
bergegas pergi ke studio untuk bertemu member the script yang lain.
Sampailah Danny di studionya. Danny masuk dengan
perasaan gak karuan. Danny bingung apa yang harus ia lakukan dengan adiknya.
Padahal sebentar lagi ada tour dunia untuk the script selama 6 bulan ke depan.
Kalau keadaan seperti, Danny agak terganggu konsentrasinya. Apakah dia harus
memanggil ibunya kesini untuk menemani adiknya itu.
“Hey Danny, you look so bad today.”sapa Mark.
“No, I’m okay, I’m just confused about my sister,
should I call my mom to accompany her while we’re touring ?”tanya Danny kepada
Mark.
“I think so, it’s important.”
“Yes, I’ll call my mom later. We must finish the
third album.”
“Yes, we must. Beside your sister, you look you have
many problems, Dan ?”sambung Glen.
“No, no, I’m alright, Glen. Just continue our
project and practice a lot for our tour, I think we don’t wanna make our fans
disappointed.” Senyum Danny pada yang lainnya.
“Yes, it’s true Danny.” Sambung Ben yang datang pada
hari itu. Ben adalah additional Bass dari The Script. Ben sering membantu The
Script dalam membuat album juga. Beberapa lagu di album kedua The Script juga
Ben ikut menciptakannya.
Project album ketiga hampir rampung dan setelah tour
The Script akan mengeluarkannya. Tinggal beberapa editing saja. Sembari
menyelesaikan album ketiga mereka, mereka memperbanyak latihan untuk tour
mereka. Walaupun nanti pada saat konser mereka juga akan latihan, tapi lebih
baik latihan di cicil saat – saat ini juga. Latihan berjalan sempurna. Danny
mencoba melupakan masalah dengan adiknya. Mudah – mudahan adiknya tidak terus -
terusan marah padanya. “Aku gak mau berantem sama kamu, Elina” kata Danny dalam
lubuk hatinya.
“Alright, Done for today.”kata Mark sambil menaruh
gitarnya.
“Yeah... That’s good practice.” Sambung Glen.
“See you tomorrow Guys..” kata Danny sambil
membereskan bawaannya. Danny terlihat buru – buru sekali.
“Yeah... buru – buru banget sih ?”tanya Ben.
“Hmm, I have an appointment with Sandra. Alright
guys, thanks for today.”jawab Danny.
“Oh, okay, be careful Danny.” Lanjut Mark.
“Okay, bye all!”
“Bye...”Jawab Ben, Mark, Glen, berbarengan.
Danny menyalakan mobilnya dan menyusul Sandra yang
sudah berada di restaurant dimana mereka berjanjian.
“Hello baby... Sorry I’m late..”kata Danny menyapa
Sandra.
“It’s okay baby, baru 10 menit yang lalu kok
nyampe..”kata Sandra lembut.
“Langsung pesen aja ya, aku juga laper nih..”
“Iya yaudah, oke deh, you look so tired, Hun?”
“Iya yaudah, oke deh, you look so tired, Hun?”
“Yes, I’m thinking about my sister, my third album,
my world tour.”
“Oh, don’t be like that, please, keep your spirit
baby..” kata Sandra sambil mengelus pipi Danny.
“Yes, thanks baby..”
Pesanan mereka datang dan mereka menyantap sambil
berbincang tentang apa yang terjadi padanya. Danny berpikir untuk coba
menanyakan hal yang adiknya lihat kemaren. Memang dalam suatu hubungan kan
semua harus jujur.
“Hmm, I wanna ask you something..”
“What’s that, babe ?”
“Hmm, my sister told me that she saw you with
another guy, but I don’t know it was true or false, so I ask you today..”jelas
Danny.
“Hmm, your sister, she saw me with another guy, oh
come on, maybe she was wrong Danny.”
“Hmm, I think so, maybe the woman looked like you,
so she thought that it was you. Haha”
“Yes, she must be wrong about that..” ujar Sandra
sambil memicingkan mata liciknya.
“Yeah, maybe..”
Dalam hati Sandra sangat lega. Dia menghela nafas,
hampir saja ketahuan apa yang di lakukannya kemaren. Dia juga kesal, kenapa
adiknya Danny bisa melihat dirinya bersama pacarnya yang lain. Sandra harus
mengatur strategi untuk menutupi kebohongannya itu.
Sementara itu di rumah, Elina menunggu Danny pulang.
Jam menunjukkan pukul 11 malam, tapi Danny belum juga tiba. Sambil mengerjakan
tugasnya di ruang tv, dirinya menunggu Danny. Di samping dia sedang marah
terhadap Danny yang tak mempercayainya, dia khawatir sebenarnya terhadap Danny.
Pukul 12 malam, Elina ketiduran di ruang tv sambil
menelungkupkan kedua tangannya di atas meja. Sesaat setelah dia tidur, Danny
pun membuka pintu dan masuk. Melihat adiknya ketiduran di ruang tv, Danny
bertanya – tanya dalam hatinya. “Kenapa tidur di ruang tv ? Apa iya, Elina
nungguin aku ? Kasihan sekali, hah..”
“Hey, bangun, aku sudah pulang, tidurlah di
kamarmu.”
“Hey, habis darimana saja kau ?”tanya Elina seketika
dia bangun.
“Aku, aku habis pergi dengan Sandra.”
“Sandra ? Kamu masih jalan sama dia, Dan ? AKu gak
habis pikir..”
“Iya, aku tidak bisa begitu saja mempercayaimu, dia
begitu baik padaku hari ini..”
“Aku tak mungkin salah, Dan, itu dia, kenapa kau
tidak bisa mempercayaiku sih, sudahlah, terima kasih telah membangunkanku, aku
pindah dulu.”
Elina bergegas membereskan peralatannya, dan pergi
ke kamarnya. Menutup pintu cukup keras. Danny kaget, dia harus bagaimana dengan
semua ini. “Mudah – mudahan cepat membaik semuanya” ucap Danny dalam hati.
“Kenapa sih Danny, kau tidak mempercayaiku, aku
bingung denganmu, lagian aku tak mungkin salah, jelas – jelas itu Sandra,
dengan pria lain, ahh sudahlah, pusing aku, tidur saja.” Kata Elina berujar di
kamarnya.
Comments
Post a Comment