Part 11
Back to London. Setelah kemarin Elina sampai di
London pada sore hari bersama The Script, dia pun siap untuk kuliah lagi pagi
ini. Tapi ketika ia ingin berangkat menaiki sepedanya Liam menelponnya.
“Where are you ?” tanya Liam.
“Aku baru mau berangkat, kenapa ?”
“Oh, enggak, aku telpon saja, kau harus masuk hari
ini, karena ada ujian ya!”
“Baiklah kau tenang saja Liam Payne..”
“Hahaha, bisa saja kau, okelah kutunggu ya..” Liam
menutup telponnya.
Perasaan Elina agak aneh ketika Liam menelponya,
tidak biasanya Liam begitu. Elina merasa bahwa Liam begitu perhatian padanya.
“Ahh, cuma perasaan aja kali, udah ah, berangkat, gak enak ditungguin dia.”
ucap Elina dalam hati.
Di perjalanan Elina memasang Ipod nya, lagu yang
sedang dia dengarkan adalah lagu dari One Republic berjudul marchin on, dia
suka sekali lagu ini, apalagi hari ini ujian, lagu ini bisa jadi penyemangat
dia.
Sampailah Elina di kampusnya. “Wow, hari ini ramai
sekali.” takjub Elina. Jelas saja hari ini adalah hari ujian untuk seluruh
jurusan di kampusnya itu. Elina pun menuju kelasnya, setengah jam lagi dia
harus masuk kelas. Sebelum dirinya masuk kelas, Elina menuju lokernya, di
tengah perjalanan.... “Gubrakkk..” Elina menabrak seorang cewe yang berjalan
menunduk ke arahnya, barang – barang dari cewe itu jatuh berserakan. Elina sama
sekali tidak marah, Elina tidak tahu apa yang membuatnya baik hari itu. Elina
pun membantu cewe itu membereskan barang – barangnya.
“Aduhh, maaf ya, maaf aku tadi lagi nunduk, terus
buru – buru..” kata cewe itu minta maaf.
“Ohh, gapapa kok, aku juga tadi jalannya santai
banget, lagi gak liat depan juga..” Elina menenangkan.
“Aduh, makasih banget ya udah bantuin aku, tapi maaf
ya, aku duluan, aku udah telat masuk kelas, makasih ya sekali lagi..”
“Iya, sama – sama” kata Elina tersenyum dan
menyerahkan buku tebal terakhir milik cewe itu.
Tak berapa lama setelah itu, Liam datang menghampiri
Elina.
“Siapa ?” tanya Liam.
“Eh, Liam, enggak tahu siapa, yang jelas dia
tabrakan sama aku, bukunya jatuh, terus aku bantuin deh buat beresin, lucu deh
cewe itu, lugu banget, cupu, pake kacamata gitu, keliatan banget kalo anaknya
pintar..” jelas Elina.
“Anak jurusan apa ?” tanya Liam lagi.
“Gak tahu, kalo diliat dari arah jalannya, dia mau
ke hall jurusan bisnis, dia udah telat kayaknya, emang kenapa sih kayaknya kepo
banget ?”
“Ohh, enggak, mirip sama teman aku dulu di SMA, aku
inget – inget lupa gitu..”
“Ohh, gitu, yaudah, dipastiinnya nanti aja, kita
masuk kelas aja yuk.”
“Okay deh, let's go for the exam..”
“Hahaha, let's go..” tawa Elina renyah.
Dimulailah ujian hari itu. Elina dan seluruh siswa
yang berada di ruangan itu serius mengerjakan ujiannya. Sesekali Elina garuk –
garuk kepala, bukan karena gatal, tapi karena bingung. Kadang Elina suka
ketiduran pada saat belajar dirumahnya, yang membuat dia belajar materi
seadanya saja.
“Selesai...” ucap Elina senang sambil memperlihatkan
kertas ulangan 30 cm ke depan mukanya. Sembari membereskan barang – barangnya
untuk pulang Elina menengok ke arah Liam, ke arah Javi, dan ternyata dia adalah
orang terakhir yang mengumpulkan kertas ulangannya itu.
“Lah, kok tinggal aku..” ujar Elina pelan.
“Ahh, biarin lah, yang penting teliti ngerjainnya.”
ujar Elina lagi.
Elina pun menuju meja dosennya.
“Here it is, Sir”
“Tumben kamu terakhir ngumpulinnya, biasanya anak
tinggal 10 kamu udah ngumpulin, begadang ya kamu ?”
“Hehehe, gak kok Sir, cuma ketiduran aja, Hahaha..”
“Oh, yasudah, belajarlah yang rajin, ini hampir
semester 6 akhir ya..”
“Sir, yes, Sir” ujar Elina sambil hormat ke dosennya
itu.
Elina pun keluar kelasnya.
“Hey, hahaha, kau adalah orang terkhir yang
mengumpulkan tadi..” ledek Liam.
“Sepertinya kau senang sekali sih, aku susah payah mengerjakan ujian itu, aku semalam ketiduran dan aku hanya baca seadanya.” jelas Elina.
“Sepertinya kau senang sekali sih, aku susah payah mengerjakan ujian itu, aku semalam ketiduran dan aku hanya baca seadanya.” jelas Elina.
“Ahhh, speak saja kau, ke kantin yuk, laper nih,
hehehe.”
“Yeee, ke kantin ngajak aku, kalo gak mau gimana ?”
“Yahh, gitu sih, jahat, tega liat temen kelaperan..”
“Well, Liam, honetsly I'm not thirsty, but it's
okay, yuk, agak haus juga sih, mau berlama – lama di kampus juga..”
“Nah gitu dong, itu baru friend yang baik..” kata
Liam senang. Sebenarnya Liam juga akan sedih jika Elina menolak ajakannya itu.
Tapi ternyata, Elina mengiyakan. Liam senang, ia dapat quality time bersama
Elina.
Di kantin cukup ramai, Elina menunjuk bangku yang
berada agak memojok.
“Di sana aja yuk, sepi tuh, disini rame banget.”
ajak Elina.
“let's go..” ujar Liam singkat.
Mereka berdua duduk, sementara itu Liam bangkit
untuk memesan makanan dan minuman untuk dirinya dan Elina. Sedang asyiknya
Elina menikmati suasana kantin yang cukup ramai, tiba – tiba ketika ia menengok
ke arah sebelah kanan, dia melihat cewe yang di tabraknya tadi.
“Hi! Kamu yang tadi kan, makan juga ? Tapi....”
“Iya aku yang tadi, iya aku makan sambil belajar..”
senyum manis tersirat pada wajah cewe itu.
“Ohh, gitu, oh iya tadi belum sempat kenalan, nama
aku Elina Luke O'..... hhmm just call me Elina.” lagi – lagi Elina harus
menyembunyikan identitasnya.
“eh iya, namaku Lisa Magdalena.. aku jurusan bisnis
disini, kamu jurusan apa ?”
“Eh iya, aku jurusan sastra inggris disini, salam
kenal ya, kok kamu sendirian sih, emangnya teman kamu kemana ?”
“Aku, aku, emang gak terlalu deket sama yang lain,
makanya aku sendirian aja, hehehe” kata dia malu – malu
“Ohh gitu, ya udah lisa, kamu sama kita aja, ya
walaupun beda jurusan tapi kita bisa jadi temen kan, temenku juga kalo dikelas
cuma satu si.....” belum sempat Elina menyebutkan nama Liam, tiba – tiba Liam
datang.
“Hey, maaf ya lama, antri banget...” ujar Liam.
“Iya gapapa, oh iya, Lisa, ini dia yang aku pengen
kasih tahu kamu, ini Liam, Liam ini Lisa, hahaha sama – sama L ya depannya..”
“Eh, hi!” sapa Lisa singkat. Lisa menunduk,
sementara Liam memperhatikan Lisa dengan seksama. Tiba – tiba Liam bilang.
“Kamu Lisa kan ? Temen satu SMA aku, oh, ternyata
dugaanku bener, iya gak salah lagi kamu Lisa, kamu anak yang pinter banget
dulu, ahh, glad to see you Lisa, gak tahu kalo kamu disini juga, kamu emang
ngambil jurusan apa?” tanya Liam panjang lebar.
“Aku... aku.. aku ngambil jurusan bisnis disini...”
jelas Lisa singkat.
“Ohh, gitu, haha, lucu ya, baru tahu setelah tiga
tahun disini, kamu kenapa gak nyari temen yang satu sekolah sama kamu di SMA
dulu ?”
“Aku, aku malu Liam..”
“Asik, temu kangen nih ye.. hahaha..”
Sebenarnya Lisa disini adalah cewe yang dulu menjadi
pengagum rahasia Liam. Lisa juga gak nyangka bakal ketemu Liam. Lisa salah
tingkah abis, makanya Lisa jawab pertanyaan dari Liam singkat banget. Lisa dulu
2 tahun terakhir sekelas sama Liam. Jadinya dua tahun juga dia jadi pemuja
rahasia Liam.
Pertemuan tak terduga itu berlanjut jadi
persahabatan, Lisa semakin dekat dengan Elina juga Liam. Sepertinya Lisa akan
clbk lagi dengan Liam jika ia bisa sedekat itu dengan Liam. Tapi apakah
perasaan Lisa akan terbalaskan mengingat Liam itu punya rasa dengan Elina.
Seminggu kemudian, selesailah sudah ujian untuk
ujian tengah semester akhir. Elina, Lisa, dan Liam senang bukan kepalang,
mereka merayakannya dengan jajan sepuasnya di kantin. Tapi tiba – tiba
seseorang datang menghampiri mereka semua. Orang itu ternyata...
“Eh, guys, boleh gabung? Aku abis dari perpustakaan
tadi.” tanya Javi yang tiba – tiba datang.
Perasaan Elina tiba – tiba deg deg ser. Dia kaget
banget pas tahu kalo Javi tiba – tiba datang. Elina salah tingkah, takut Liam
meledekknya.
“Ciye, ehem, uhuk..” ledek Liam.
“Ihh, apaan sih” ucap Elina marah sambil menyikut
lengan Liam.
“Hahaha, apaan sih, kalian kenapa ?” tanya Javi
penasaran.
“Enggak kok, enggak, gak kenapa – kenapa, kamu emang
gak ngumpul sama teman – teman sepakbola kamu ?” tanya Elina.
“Enggak kok, kami lagi libur latihan karena mau
fokus ujian, minggu depan mau di mulai lagi latihannya, oh iya, minggu depan
juga kita akan tanding dengan kampus lain, kalian semua datang saja ya..”
“Oh, gitu, boleh nih ?” tanya Elina excited.
“Jelas boleh lah, datang saja biar ramai, jangan
lupa ya minggu depan.”
Elina senang bukan kepalang. Ia akan melihat Javi
main bola untuk pertama kalinya. Sebaliknya perasaan Liam gak enak banget. Liam
terlihat loyo dan gak suka. Dia pun berandai – andai bisakah dia main bola
seperti Javi, agar Elina bisa suka dengannya ?
Comments
Post a Comment