UPSSS… BRENT IS IN FRONT OF ME!
Rose’s
“Ya ampun, ramai sekali hari ini.” Ujarku dalam hati
sambil mengusap keringatku. Summer. Mungkin karena hal ini aku berkeringat,
lelah melayani semua pelanggan. “Laurent, tolong aku berikan ini pada James
ya.” Ujarku padanya. “Baiklah, kemarikan kertas itu.” Lalu aku memberikan
kwitansi padanya. Aku kembali ke bagian gitar, aku mengambil barang itu.
Sebelumnya aku memeriksa gitar itu dulu. “Ya ampun, tertinggal kwitansinya,
pelanggannya juga sudah menunggu.” Ujarku lagi. Lalu ketika aku berbalik.
“Brukk…” kwitansi ku jatuh. Aku mengambil kwitansi itu dan aku merasa ada
tangan lain yang mengambilnya. “Maaf.” Ujarku singkat. Aku membetulkan rambut
coklat gelap panjangku, dan yang kulihat di depanku adalah…. Brent. Aku
terdiam.
Brent’s
“Iya, aku juga minta maaf ya, aku tidak sengaja,
toko ini ramai sekali, aku hanya ingin mencari Cello baru. James sudah
mengenalku, jadi dia bilang, carilah sendiri.” Ujarku pada wanita cantik yang
berada di depanku. Aku tidak yakin dia mengenalku atau tidak. Rambutku kan
sudah tidak di kribo lagi. “Hmmm… Kau.. Kau.. Brent kan..” dia bilang aku
Brent. Berarti dia mengenalku. “Iya ? Kau mengenalku.” Tanyaku padanya. “Jelas
saja aku mengenalmu, aku kan…” belum sempat dia menjelaskan kenapa dia
mengenalku, partnernya memanggil. “Rose.. tolong cepat, mana kwitansinya, James
mencarimu untuk meminta kwitansi gitarnya.” Ujar lelaki yang berdiri di bagian
peralatan tambahan music. “Baiklah, Gary, terima kasih ya. Aku harus pergi.
Senang bertemu denganmu Brent. Kau berubah.” Ujarnya lagi. Aku bingung sambil
menggaruk rambutku. Aku hanya terdiam berdiri disana sekitar lima menit.
Mengingat siapa wanita itu sebenarnya. Seperti tak asing bagiku tapi aku tak
ingat. Ahhh, sudahlah aku ingin mencari Cello baru untukku.
7 p.m
Rose’s
“Huft.. mulai sepi ya..” ujar Gary di sampingku dan
James. “Ya begitulah, tapi kita untung banyak hari ini..” ujar James senang
sambil menghitung penghasilan kami. “Banyak barang yang harus di pesan juga.”
Ujarnya lagi. Aku hanya terdiam, memainkan rambutku dan mengingat kejadian
ketika aku bertemu Brent tadi.
“Ehem, kau diam saja sih.” Ujar Gary padaku. “Eh,
ada apa ?” ujarku kaget. “Hmm, aku tahu, kau ini menabrak Brent tadi ya, wow,
jika aku jadi kau, mungkin aku senang sekali. Dia sudah jadi pelanggan kita
cukup lama. Ya kan James ?” ujar Gary menjelaskan. Apa ? Brent langganan toko
ini ? “Benarkah ?” ujarku pada Gary dan James. “Sebenarnya tak hanya Brent,
tapi semua personil OneRepublic.” Jelas James. “Oww, Wow, dia sudah terkenal
ya.” Ujarku tiba – tiba. “Memangnya kau kenal dia Rose ?” “I do. Dulu, kita
satu sekolah waktu kami di Sekolah dasar. Tapi karena Dad punya pekerjaan yang
penting di San Franc, aku pindah saat aku duduk di SMP.” Ujarku jelas.
“Benarkah ? Beruntung sekali kau.” Ujar Gary. “Ya, hmm, aku saja tak percaya
bisa bertemu lagi dengannya. Selama ini aku hanya melihat di TV. Tak pernah
melihat konsernya. Dia berubah.” Ujarku lagi. “Ahhh, kita sedang membicarakan
OneRepublic kan ? Seminggu lagi mereka mengadakan konser, ayolah kita menonton
bersama.” Ajak James kepada kami. Laurent dan Daniela pun datang. “Ide bagus
James. Sudah lama aku tidak melihat Live concert sebuah Band.” Ujar Laurent
senang. “Okay, aku akan memesan 5 tiket untuk kita pergi bersama. Tenang saja,
anggap ini sebagai bonus, setelah satu bulan ramainya toko kita, Okay ?” ujar
James senang, diikuti Gary, Laurent dan Daniela. “Ayolah Rose, pergilah dengan
kami.” Ajak Daniela. “Hmm, baiklah, kenapa tidak.” Ujarku tersenyum. “Yeah..”
ujar Gary senang. Okay. Kami akan pergi ke OneRepublic Live Concert, di bayari
toko ini. Beruntungnya aku.
Comments
Post a Comment