Skip to main content

OneRepublic FF Part 4



WOW! I GET A GOOD JOB

Terima kasih Tuhan, pekerjaan ini sangat membuatku senang dan nyaman. Sebelumnya aku tidak pernah merasakan senyaman ini bekerja. Mungkin karena pekerjaan ini tidak jauh – jauh dari masalah music. Jelas saja, aku bekerja di toko music, yang menjual peralatan music. Sebenarnya toko ini cukup lengkap untuk alat – alat musiknya. Tapi, kenapa agak sedikit sepi ya, ya mudah – mudahan saja tambah ramai selama aku bekerja disini.
“Terima kasih telah datang di toko kami, semoga anda puas.” Ucapku pada pelanggan yang baru saja aku layani. Hari ini cukup ramai ternyata. Pelanggan banyak mencari alat music terbaru yang baru datang. Ataupun sekedar untuk menanyakan barang pesanannya sudah datang atau belum. Di tempatku ini ada lima orang pegawai. Ada, James, Aku, Daniela, Laurent, dan Gary. “Hufft,, ramai sekali hari ini.” Ucapku James ketika aku sedang memberikan barang kepada pelanggan. “Bersyukurlah kalau ramai James.” Ujarku. “Yap, kau benar, aku sangat bersyukur dengan hal ini.” Ujarnya sambil menulis kwitansi untuk pelanggan. Sambil kami sedikit berbincang dengan James dan pelanggan, aku memikirkan sesuatu yang janggal dihatiku. Aku merindukan Dad.
“Terima kasih. Kami sudah ingin tutup, mohon maaf miss..” Ujarku lalu pelanggan itu pun meminta maaf dan pergi. Aku menutup toko ini bersama yang lain. “Biar kubantu memasang penutup ini” ujar Gary. Dia membantu mengangkat, tapi sebenarnya aku kuat, mungkin Gary tidak tega saja. “James mana ?” tanya Gary padaku. “Hmm, dia sudah pamit terlebih dahulu tadi, dia menitip padaku untuk menutup toko ini, mungkin dia lupa untuk pamit padamu.” Jawabku padanya. “Kau pulang kearah mana Rose ?” dia bertanya. “Aku ? Aku sih dekat, Lake wood, 6th Avenue.” Jawabku. “Ohh, bolehkah kita pulang bersama ?” ketika dia bertanya, Daniela dan Laurent pamit secara bersamaan. “Kami pamit ya, terima kasih Gary dan Rose untuk hari ini..” Ujar mereka lalu mereka berlalu. Aku mengambil tasku dan lalu menjawab pertanyaan Gary. “Baiklah ayo kita pulang bersama. Memangnya rumah kita searah ya ?” ujarku lalu bertanya padanya. “Ya lumayan lah, lagian aku juga ingin tahu flat kau.” Ujarnya lagi. “Baiklah, ayo.” Kami pun berjalan berdua, bercengkrama bersama. Ternyata Gary orang yang hijrah juga dari Los Angeles. Tapi kenapa harus hijrah ya ? Toh Los Angeles itu kan kota yang ramai penuh selebriti, aku saja ingin kesana. Aku juga bilang pada Gary untuk sesekali mengajakku kesana. Dia bilang “iya”.
“Nah ini dia flatku. Mau masuk dulu ?” ujarku. “Tidak terima kasih. Aku pamit ya, selamat malam Rose.” Ujarnya, lalu aku melambaikan tangan dan mengucapkan selamat malam padanya. Gary baik. Dia terbuka sekali padaku. Aku juga senang dengan semua orang yang menjadi partnerku di tempat kerja baruku.

Brent’s
“Hello, honey, tolonglah aku, aku sedang ingin melihatmu, tolonglah nyalakan skypemu.” Ujar pacarku yang berada di ujung telpon sana. “Tapi bukan sekarang waktunya, sayang, aku sedang bekerja, aku sedang ingin tampil sebentar lagi.” Kataku menenangkan. “Tapi, aku ingin sekarang, titik.” Ujarnya lagi. “Aku tidak bisa sayang..” ujarku lagi. “Sudahlah.” Tut.. tut.. tut.. Telponnya diputus. Aku lelah dengan hubungan ini.
“Hey, Brent, siapkan cello mu, ayo, lima menit lagi kita tampil.” Ujar Drew mengingatkanku. Astaga. Aku harus maksimal malam ini. Ahh, sudahlah aku ingin melupakan pacarku dulu. Aku sudah bosan, lelah dengan dia. “Kau kenapa Brent ?” tanya Zach. “Rebecca, dia menelponku, ingin sekali berbicara padaku lewat skype. Aku bilang aku tak bisa.” Jawabku. “Ya sudahlah, lupakan dia sejenak.” Ujar Zach lagi. “Aku lelah dengan hubungan ini Zach. Dia selalu memaksaku, apa – apa aku harus menurutinya. Sedangkan dia tidak pernah ingat padaku.” Ujarku mengeluh pada Zach, terkadang aku juga curhat padanya. “Okay, Okay, aku mengerti apa yang kau rasakan, kita akan berbicara lagi nanti, setelah show ini, okay ?” ujar Zach sambil memegang pundakku mencoba menenangkanku. Aku pun membawa cello dan bass ku ke panggung. Para crew membantuku. Syukurlah manggung malam ini lancar – lancar saja. Aku bersyukur dan senang. Aku juga memang harus professional dalam bekerja.
“Sekarang, ceritakan masalahmu padaku.” Ujar Zach membuka pembicaraan. “Jadi begini, pacarku ini sangat keras kepala. Sedangkan aku, aku seperti terbelenggu berhubungan dengannya. Aku lelah Zach.” Jelasku. “Okay, jadi mau kau bagaimana ?” tanya Zach. “Aku ingin putus saja.” Jawabku singkat. “Jika itu yang terbaik dan tidak mengganggu pekerjaanmu. Jujur Brent, aku sudah melihat bahwa hubunganmu tak sehat lagi dengannya.” Ujar Zach sambil meminum Bir yang ada di meja tempat kami berbincang. “Baiklah, sepertinya lebih baik seperti itu.” Ujarku. Lalu kami melanjutkan perbincangan dengan lain topic. Ryan, Eddie dan Drew datang bergabung.

Comments

Popular posts from this blog

House of Tales Karya Jostein Gaarder: Kisah Cinta dalam Novel Tipis, Padat Isi

Dan aku menyadari bahwa aku tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tidak pula hanya untuk para kerabat dan sobat dekat. Aku bisa memelopori sebuah gagasan demi kepentingan seluruh umat manusia. House of Tales  atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Rumah Dongeng, memang menggambarkan sekali isi novel karya Jostein Gaarder ini. Novelnya yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisah hidup sang tokoh utama. Novel-novel Jostein Gaarder yang satu ini juga khas akan petualangan dan pemandangan alam dari negara kelahirannya atau dari negara-negara di Eropa. House of Tale diterbitkan pada tahun 2018, dan diterjemahkan serta diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2019. Manusia sering kali menempuh jalan berbelit-belit sebelum saling berhubungan secara langsung. Tak banyak jiwa yang dianugerahi kemampuan untuk bisa lugas tanpa basa-basi: "Hai kamu! Kita kenalan, yuk!" Tokoh utama, Albert, tak sangka dapat memberikan rasa pada se...

Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi: Menjadi Jujur dan Tak Serakah

"Perjalanan hidupku yang berliku mengajarkan kesadaran kepadaku bahwa peran dan tanggung jawab manusia itu terus dipertukarkan Allah, dari yang paling atas, bisa dilempar ke peran paling bawah." Itulah sepenggal kalimat yang saya ingat dari novel berjudul Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan tahun 2019 lalu. Kalimat tersebut saya kaitkan dengan judul dari ulasan buku dari novel ini sendiri. Saya suka penggalaman tersebut karena menggambarkan sosok pemeran utama Lafran Pane yang ditulis oleh Uda Ahmad Fuadi dalam novel ini. Novel ini memberikan cerita perjalanan hidup Lafran Pane, sang pendiri organisasi besar di Indonesia bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Berlatar belakang waktu penjajahan Belanda dan Jepang, novel ini bercerita tentang kehidupan Lafran Pane sedari kecil yang sudah ditinggal sang Ibu, dan ia harus diurus dan tinggal dengan sang Nenek. Ia merasa 'agak' dikekang dan diatur hidupnya jika ia harus hidup deng...

OneRepublic FF Part 28 (Second of The Last Part)

HERE WE ARE Rose’s “Mana ya Natasha. Dia tidak mengirimkanku sms sama sekali. Ku pikir dia akan telat, sayang.” Ujarku pada Brent. Kami hari ini pulang dari Dublin sehabis liburan. Aku di Dublin sekitar 10 hari. “Mungkin saja telat dia, sabarlah sayang.” Ujarnya padaku. “Baiklah..” ujarku sambil mengecek Iphoneku. “Rose’s…” ujar seseorang berteriak dari ruang lain. Aku melihat dari kerumunan orang di Bandara ternyata itu adalah Natasha. Natasha dengan seorang lelaki. Aku seperti mengenalnya. Ahh, ternyata dia… “Natasha, aku sangat merindukanmu.” Ujarku padanya sambil memeluknya. “Hey, aku terkaget kau dengannya.” Ujarku sambil melirikkan mataku kea rah lelaki yang dibawa b bersama Nat. Ternyata Nat, membawa Gary. “Iya, kau jadi tahu sekarang.” Ujar Nat malu. “Jadi kau…” ujarku sambil menunjuk Gary. “Iya, kami sudah berpacaran.” Celetuk Gary. “Ahhh..” jawabku mengiyakan. “Bagaimana liburan kalian ?” ujar Nat mengubah pembicaraan. Dia mungkin malu menceritakannya bersama k...