NICE, THIS IS MY BAD DAY!
“Aduh, apa – apaan sih nih, gak lihat apa ada orang
jalan.” Teriakku pada pengendara mobil yang baru lewat. Mobil itu berhenti,
orang yang ada di dalamnya membuka kaca, dan orang itu hanya melihatku saja
membersihkan baju. Aku sekali melihat mukanya, tak terlalu jelas, dia
menggunakan kaca mata hitamnya dan berkata. “Maaf sekali ya, aku sedang buru –
buru.” Ujarnya padaku, menutup jendela kembali dan pergi meninggalkanku dengan
baju kotor. Hari ini aku tidak yakin ingin pergi ke Guitar Center, tapi aku
harus. Akhirnya aku pulang kembali ke flat, untungnya dari tempat kejadian tadi
tidak terlalu jauh. Aku berjalan sambil menunduk, berpikir apakah hari ini akan
menjadi hari sialku ?
Sesampainya di Flat, terdengar bunyi air mengucur dari
kamar mandi Flatku. Aku cepat – cepat membuka kunci pintu depan, masuk tanpa
sempat menutupnya lalu aku masuk ke kamar mandiku. Terlihat sudah banjir
bandang kamar mandiku itu. Aku tertunduk lesu, mengambil peralatan seadanya
untuk membersihkan kamar mandi itu. “Ahhhhh” ujarku.
Selesai membereskan kamar mandiku yang banjir
bandang tadi, aku pun membuka pakaianku yang kotor terkena kotoran air yang
tergenang di jalan gara – gara pengemudi bodoh tadi. Sambil memakai pakaianku,
aku berpikir sejenak, mengingat muka orang yang menabrakku tadi. Aku merasa
seperti mengenalnya. Aku pun mengingat ingat dengan jelas. Ah, tapi mungkin
saja hanya perasaanku. Selesailah sudah aku berpakaian dengan pakaian baru dan
bersih.
Aku keluar Flat, menelusuri jalan lake wood lagi.
Ramai. Itulah penilaianku untuk jalanan hari ini. Tapi jujur, Denver itu kota
yang cukup dingin. Sampailah aku di depan Guitar Center, terdapat antrian yang
cukup panjang, aku mencoba bertanya pada yang mengantre juga. Ternyata itu
adalah antrian untuk menaruh lamaran saja. “Ya Tuhan, ini sih aku tidak akan
bisa diterima” ujarku cukup kencang sambil menepok jidatku. Aku pun mencoba
untuk mengantre saja.
Brent’s
“So I’m gonna give all my secrets away..” selesai
latihan hari itu. Ryan menyelesaikan bait terakhir, dan aku membunyikan nada
cello terakhirku. “Sangat bagus, kita sudah siap dengan konser kita
selanjutnya.” Ujar Ryan. Ryan adalah orang yang sangat berani, dia selalu
berani menyapa para fans, bernyanyi, menulis lagu, benar – benar pas untuk menjadi
seorang frontman. Kadang aku suka iri padanya. “Tapi kita perlu sesuatu yang
berbeda.” Ujar Zach melanjutkan. Zach, seorang lelaki yang macho menurutku.
“Yeah, kau tahu tidak, tadi aku mencipratkan genangan air ke seorang wanita,
dan wanita itu marah, mungkin bukan awal yang bagus untuk hariku ini.” Tambah
Eddie yang menyimpang dari aral pembicaraan kami berlima. “Maksudmu ?” Drew
bertanya. “Ya, perjalananku kesini aku tidak sengaja menginjak genangan air
dengan mobilku, dan ternyata ada seorang wanita yang sedang berjalan, aku
berhenti, dan melihat dia, dan aku hanya meminta maaf, aku jadi merasa
bersalah.” Jelas Eddie.
“Sudahlah Ed, itu kan tidak sengaja, lagian kau juga
sudah meminta maaf kan ?” ujarku menenangkan. “Tapi, sepertinya wanita itu ada
urusan yang penting, baju rapi sekali, dia marah sekali.” Ujar Eddie lagi.
“Sudahlah itu sudah berlalu, pikirkanlah konser kita Ed..” Ujar Ryan sambil
menepuk punggung Eddie pelan. Aneh sekali Eddie, tak biasa – biasanya berbuat
kesalahan sampai merasa bersalah seperti ini. Lagian yang lalu sudah berlalu,
aku pikir jika Eddie sudah meminta maaf itu tidak masalah. Tapi, memang aku
tidak tahu masalah apa yang terjadi padanya.
Rose’s
“Mohon maaf, yang tadi adalah yang terakhir.” Ku
dengar dari dua orang di depanku yang menjadi penjaga untuk para pelamar.
Apakah hari ini, hari besar – besaran orang melamar di toko ini ? Aku tahu toko
ini sangat terkenal, tapi tidak segitunya juga kan ? Aku hanya bisa menggerutu
dalam hatiku. “Aku punya ide” aku berbicara cukup keras. Orang yang berada di
depanku menengok. Aku menutup mulutku. Atrian mulai melonggar. Orang – orang
yang sudah menunggu cukup lama akhirnya pergi meninggalkan tempat itu. Aku
hanya berdiri, menunggu atrian dan tempat itu benar – benar sepi.
“Permisi, boleh tidak aku menitip yang satu ini,
hanya aku, aku mohon, aku benar – benar butuh pekerjaan ini.” Ujarku sambil
memohon. “Maaf, tapi kami harus professional.” “Tapi tolong satu saja.” “Ahhh,
kau ini, sudah kubilang, kami harus bekerja professional.” Orang yang menangani
lowongan pekerjaan itu. “Hmm..” Aku hanya menunduk. Galak sekali orang itu.
Tapi, bagaimana ini ? Aku bingung sekali. Apakah ini benar – benar hari
burukku. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Aku sudah ganti baju. Aku sudah di
ciprati orang dengan mobilnya. Bajuku basah dan kotor. Tadi aku menabrak orang,
orang itu marah. Bagus sekali, hari ini adalah hari burukku. Aku hanya bisa
berjalan berbalik pulang.
Comments
Post a Comment