Part 30
“Udah semua Elina ?” tanya Danny.
“Udah, makasih loh mau nganterin aku ke stasiun
walaupun kamu ada konser jam empat sore, gak telat nanti ?” tanya Elina.
“Engga, gapapa kok, sekalian jalan kan..”
“Okay..”
“Well, by the way, have you told Liam ?”
“I don’t need to tell him Danny. Lagi ada
kerenggangan.” Ujar Liam datang.
Elina hari ini akan berangkat ke Scotlandia menginap
dirumah Lisa. Lisa mengundangnya untuk datang. Liburan musim panas ini Elina
ambil selama seminggu. Elina akan menginap dirumah Lisa. Lisa menghubunginya
dua minggu yang lalu.
Sampailah Elina di stasiun kereta di pusat kota
London. Pamit dengan Danny dan memeluk Danny.
“Thank you, be careful for a week in your house
Danny.” Ujar Elina menasihati.
“Iya iya, tenang aja, hahaha, kamu serius gak
ngabarin Liam dulu ? Nanti kalo dia kerumah atau nanyain kamu dimana, aku harus
jawab apa ?” tanya Danny.
“Hmm, bilang aja aku ke scotlandia seminggu, gak
usah nyusul kalo emang dia pengen nyusul, aku lagi males Dan.”
“Yaudah ati – ati ya, tapi jangan suka bikin Liam
khawatir, dia pasti mikirin kamu terus, walau kalian lagi ada masalah.”
“Danny, tumben ya, kamu kok peduli banget sih ?”
ujar Elina sedikit bingung.
“Ya, gapapa kan sekali – sekali peduli sama hubungan
adik sendiri, hehehe, yaudah ya, ati – ati.” Ujar Danny lalu mencium kening
Elina.
“Bye, thank you very much my bro..” ujar Elina
berlalu dan melambaikan tangan ke Danny.
Kereta yang Elina akan naiki datang setelah 15 menit
menunggu. Perjalanan kira – kira akan memakan waktu 1 setengah jam sampai 2
jam. Elina pun menaiki kereta itu dan mencari tempat duduk yang berada di dekat
jendela. Semenit setelah ia sampai dibangku tersebut, datang seorang perempuan
berumur 20an duduk disamping Elina.
“Hey, May I sit here ?” tanya perempuan itu.
“Yes, sure..” Senyum Elina.
Jalanlah kereta itu dan Elina memandang jauh ke pemandangan
di luar kereta tersebut. Indah sekali, apalagi sekarang musim panas. Matahari
bersinar cerah hari itu, tapi tak secerah Elina. Tiba – tiba ia kepikiran Liam.
Dia belum bilang bahwa ia pergi kerumah Lisa di Scotlandia hari itu. “Kalo
bilang pasti dia yang nganterin,..” ujar Elina dalam hati.
“Excuse me, do you have a pen ?” ujar perempuan
disampingnya.
“Yes, here it is.” Ujar Elina sambil mengambilnya di
tas kecilnya.
“Makasih ya.”
“Sama – sama” ujar Elina sambil memalingkan
pandangannya lagi.
“Kamu dari mana ? Mau ke Scotlandia ngapain ? Oh,
yeah, I’m Nadine, thanks for your pen and nice to meet you..” ujar perempuan
itu sambil membuka pembicaraan dan mengembalikan pulpen ke Elina.
“Oh yeah, you’re welcome. Aku dari London, aku ke
Scotland karena mau kerumah temen aku, liburan disana. Nice to meet you too,
Nadine, I’m Elina.” Senyum Elina. Elina berpikir bahwa perempuan ini baik sekali.
“Oww, I see Elina. I’m going to my grandmother’s
house. Sendirian aja ?”
“Iya, lagi mau sendirian.”
“Lagi ada masalah ya ?”
“Seems like that.” Ujar Elina singkat. Nadine tahu
saja kalau dia sedang punya masalah.
“Keliatan dari muka kamu, jangan murung terus dong,
kan mau liburan.” Senyum Nadine.
“Iya, aku coba deh, hehe.” Jawab Elina nyengir.
Mereka pun berbincang banyak hal tentang kehidupan
yang mereka jalani. Dari mana asal mereka. Tinggal dimana. Sampai apa kesukaan
mereka. Elina cukup terhibur dengan pembicaraannya dengan Nadine. Umur Nadine
ternyata 28 tahun cukup jauh dan Nadine kelihatan dewasa dan mempunyai selera
humor yang baik. Turunlah mereka di stasiun kereta Scotlandia.
“Thank you Nadine for your time, This is very
entertain me.” Ujar Elina senyum kepada Nadine.
“You’re welcome, honey, if you had many problem,
keep calm and fix it, baby” ujar Nadine dan pergi meninggalkan Elina sendirian.
Elina tertunduk dan melihat tas bawaannya. “Yasudah lupakan, make sure
everything’s gonna be alright.” Ujar Elina.
Lanjutlah perjalannanya menuju rumah Lisa. Lisa
sudah menelpon Elina dan bilang bahwa perjalanan dari stasiun kerumahnya
memakan waktu satu jam. Elina memesan taksi dan naik.
Di sepanjang
perjalanan Elina takjub dengan pemandangan di Scotlandia. Indah.
“Kayaknya harus ke Danau Ness deh, yang terkenal dengan monsternya itu, ya
monsternya emang gak ada, tapi indah banget pasti pemandangan disana.” Ujar
Elina sambil senyum – senyum sendiri. TIba – tiba ia teringat Liam sampai
lamunannya itu dikagetkan oleh suara sopir taksi yang membawanya.
“Excuse me, Miss, ini alamat yang dituju sesuai yang
Miss minta.”
“Ahh, sorry, jadi ini rumahnya ya ?”
“Iya betul..” ujar Sopir taksi itu sambil tersenyum.
Elina membayar biaya taksi dan turun dari taksi
melihat rumah Lisa yang ada di depannya sekarang. Rumahnya cukup besar dan
cukup jauh dari keramaian kota. Masuklah ia dengan menekan bel dari pintu rumah
Lisa.
“Excuse, I wanna meet Lisa, I’m Elina, Lisa’s
friend.” Ujar Elina berbicara dengan wanita yang sepertinya asisten rumah
tangga rumah Lisa.
“Yes, Lisa’s waiting for you, come in. Let me bring
your luggage.” Ujar wanita itu ramah.
“Thank you very much.” Senyum Elina.
Jalanlah Elina berdampingan dengan wanita itu.
“Oh, Miss Elina, I’m Diana, just call me D if you
need something.” Senyum wanita itu lagi. Elina hanya membalas dengan senyuman.
ELina takjub dengan rumah Lisa yang sekarang. Dia tidak pernah menyangka
ternyata Lisa adalah orang berada. “Kenapa kamu gak pernah cerita tentang ini
Lisa ? Aku tahu semua karena salah aku, karena aku gak pernah bisa maafin kamu
setelah kamu jadian dengan Javi.” Ujar Elina dalam hati.
Masuklah ia di dalam rumah dan dipersilahkan duduk
oleh Diana. Elina duduk dan masih takjub dengan isi rumah Lisa yang cukup
besar. Tak berapa lama Lisa pun datang dengan senyum bahagia tersurat di
wajahnya.
“Hello my old friends.. I miss you so much.” Elina
bangkit dan langsung memeluk Lisa.
“Hello, I miss you so much too, maaf ya baru ada
waktu sekarang buat dikunjungi..” ujar Lisa bahagia dan sedikit teriak. Mereka
melepaskan pelukannya.
“Aku bingung nih mau ngomong apa yang jelas aku
seneng banget – banget. Kamu, kamu kok gak pernah cerita sama aku sih kamu
punya rumah sebesar ini, aku iri banget loh.”
“Hahahaha, sambil duduk yuk ngobrolnya. Ahh, aku
malu juga ceritain sama kamu, lagian kamu kan tahu aku orangnya pemalu.” Ujar
Lisa sambil mengajak Elina duduk. Duduklah mereka berdua dan tak berapa lama
Diana juga datang. Diana membawakan the untuk Elina dan Lisa.
“Thank you Diana..” ujar Lisa.
“you’re welcome..” senyum Diana.
Mereka pun asik berbincang. Asik berbincang masa
lalu. Sampai akhirnya Lisa menanyakan kepada Elina.
“Gimana Liam ?” tanya Lisa tiba – tiba.
“Hmm, I have a problem with him. Tapi aku jadi gak
tenang gitu.”
“Kenapa ? Perasaan kamu sama dia adem ayem aja, aku
seneng liat kalian berdua, serasi deh, cerita dong kenapa ?” ujar Lisa lembut.
“Hmm, kemaren itu aku lagi jalan, aku liat ada Viona
mantannya dia, kamu pasti juga tahu, terus…”
“Viona ? Ngapain dia ? Terus kenapa ?” ujar Lisa
kaget.
“Iya, dia, dia meluk Liam di depan aku, dia bisikin
sesuatu, dan aku gak tahu apa, tapi keliatannya tuh serius banget. Dan sekarang
aku gak tahu kenapa, ketika aku pergi kesini gak bilang sama dia, aku gak
tenang banget. Danny selalu nanyain tentang Liam, gak tahu kenapa tumben
banget.”
“Hmm, yaudah, lebih baik kamu sms aja kalo kamu gak
nelpon dia. Lagian ada – ada aja sih Viona ngubungin Liam. Kamu tahu gak, Viona
itu selingkuh di depan Liam dulu, dan mungkin karena hal itu dia gak mau
pacaran sampai akhirnya dia jadian sama kamu. Dulu dia gak pernah macem –
macem, Liam terlalu baik buat Viona, sampai akhirnya dia liat kejadian itu.”
Jelas Lisa.
“Really ? Dia gak pernah cerita itu sama aku, kamu
tahu darimana ?”
“Hehehe, waktu itu aku nanya sama Liam, kukira dia
masuk kuliah masih pacaran sama dia, eh ternyata udah putus.”
“Hahaha, kamu gak malu emang cerita sama dia, hehe,
kamu kan secret admire nya dia dulu.”
“Malu sih, abis aku gak ada bahan pembicaraan El..”
senyum Lisa malu.
“Oh, iya, bentar, ada yang berubah dari kamu, kamu
kok kurusan sih, agak tirus gitu pipi kamu..”
“Ehh, engga, gapapa kok, perasaan kamu aja kali
El..”
“Engga, bukan perasaan aku doang, kamu sakit ?”
“Engga beneran aku gapapa..”
Akhirnya Elina dan Lisa menghentikan pembicaraannya
karena Diana memotongnya dan menyuruh mereka untuk segera makan malam. ELina
akan tidur di kamar tamu. Tetapi Elina bingung, perubahan tubuh Lisa tidak
biasa, kurus sekali. Sementara itu, disisi Lisa, ternyata ia menyembunyikan
sesuatu.
Comments
Post a Comment