Skip to main content

Loves and Brothers Part 38


Part 38

“Liam mana El ?” tanya Danny.
“Sebentar lagi katanya, tunggu ya, dia udah turun dari Taksi.” tanya Elina. Danny dan the script berencana untuk mengambil gambar di spanyol untuk next video mereka. Shooting dan Taking Picture di daerah Benidorm, pantai yang ada di spanyo dan Salou salah satu pantai disana juga. Danny mengizinkan Elina ikut sekalian mungkin untuk liburan dan bisa menjadi asisten pribadi Danny juga. Elina mengajak Liam karena diperbolehkan Danny.
“Nah itu dia Liam. Sama…” ujar Elina dan kalimatnya menggantung.
“Ohh, itu dia fotographernya. Namanya Evans.” Ujar Danny memberi tahu.
“Evans ? But he’s my friend at Senior High School Dan..”
“Oh really ? That would be a reunion. Hahaha..”
“Yeah Dan.”
“Hi Honey.. I’m waiting for you.” Ujar Elina ke Liam lalu memeluknya.
“Thanks for that Honey.”
“And you, Evans, Do you remember me ?”
“Ahhh, Elina, how are you ? Long long time no see..” Evans memeluk Elina juga.
“Me too, how are you ?”
“I’m fine thanks. You look so different Elina..” Senyum Evans pada Elina.
“What’s the difference ? Oh, dan sekarang kamu jadi fotographer nih ?”
“Iya, oh kamu sama Danny….?”
“yeah, we’re brother and sister, baru tahu ya, dulu sih Danny belum seterkenal sekarang, hahahaha.”
“Oh my God. Dunia sempit banget ya, jadi ikut ke Spanyol juga ?”
“Yes, aku ikut Danny. Oh yeah, by the way, he’s Liam, my boyfriend.” Ujar Elina sambil memperkenalkan Liam.
“Hi Liam, I’m Evans..” Ujar Evans sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman.
“HI, nice to meet you Evans.”
“Nice to meet you too..”

Tak berapa lama Danny datang setelah berbincang dengan kru The Script yang lain untuk menghampiri Elina, Liam dan Evans.
“Hey guys, kita bisa ngobrol lagi nanti, tapi kita harus ke ruang check in, sebentar lagi berangkat.” Ujar Danny.
“Oh alright Dan..” ujar Elina.
Bergegaslah mereka berjalan keruang check in bandara. Elina bertemu Mark, Glen dan Ben lalu menyapa dan saling berpelukan erat seperti tak bertemu lama.
“It’s important to take some picture of us.” Ujar Glen. Lalu dia menyuruh salah satu kru untuk mengambil foto mereka bersama Elina, Liam dan yang lainnya. Glen langsung mengupload di twitter the script.
“Langsung di upload Glen ?” tanya Elina.
“Iyalah, biar seru, hehehe…”
Elina melihat Glen mengupload dan melihat beberapa foto – foto the script di album iphone Glen. Elina tertawa ketika melihat  foto – foto mereka. Semua nya lucu – lucu sekali.
“Seru banget ya kalian foto – fotonya.”
“Yeah, kita melakukan apa yang menurut kita seru dan kita mengambil fotonya deh.” Ujar Mark tiba – tiba nimbrung.
“Seru banget waktu yang sama will.I.am. Mau dong liat lagi.”
“Oh yeah, itu lagi bikin video hall of fame.”
“Oh iya – iya aku inget Mark.” Ujar Elina mengangguk.
Setelah mereka berbincang bersama waktunya tiba untuk memasuki pesawat dan berangkat. Liam duduk di sebelah Elina dan sebelah Elina adalah Danny.
Sampailah mereka setelah menempuh perjalanan 4 jam lewat jalur udara. Keluarlah mereka dari bandara langsung menuju hotel. Jam menunjukkan pukul 7 malam waktu spanyol. Mereka pun langsung istirahat di hotel karena besok harus bersiap untuk pengambilan gambar.

Pagi menjelang menjelang. Jam menujukkan pukul 9 pagi. Danny dan seluruh kru bersiap menuju spot untuk pengambilan gambar.
“Udah siap semua Dan ?” tanya Elina mengecek dan member perhatian karena memang dia yang harus membantu Danny.
“All has done. Thanks ya udah bantuin. Yuk berangkat.”
“Okay bentar, mau liat Liam dulu, kamu duluan aja ke parkiran mobilnya.”
“Okay. Don’t be long.” Danny memperingatkan.
Jalanlah Elina ke kamar Liam.
“Hello..” ujar Elina sambil mengetuk pintu kamar Liam.
“Yes, wait a minute.” Ujar Liam lalu membukakan pintu untuk Elina.
“Hi.. morning, aku Cuma mau ngingetin kita udah di tunggu sama Danny dkk. Kamu udah siap kan ?”
“Udah, ayo berangkat, sorry ya lama..” Ujar Liam sambil tersenyum pada Elina.
Berjalanlah mereka berdua menuju parkiran, bertemu Danny dan berangkat menuju lokasi yang agak jauh. Mereka akan ke pantai Salou lalu ke pantai Benidorm. Perjalanan mereka cukup jauh.

Sampailah di pantai pertama. The Script mengambil beberapa foto dan juga video. Setelah 2 jam barulah mereka pindah ke pantai berikutnya.
Sampailah di pantai Benidorm. Suasana cukup ramai hari itu. Pengambilan gambar berjalan sekitar 2 jam juga. Elina membantu The Script mengenai seluruh perlengkapannya. Untung saja Elina juga dekat dengan para kru yang ada disana. Jam menunjukkan pukul lima sore selesailah sudah pekerjaan hari itu. Elina dan Liam meminta izin untuk berjalan – jalan sejenak melihat sunset yang ada di pantai itu.

Mereka berjalan berdua berpegangan tangan di berdiri sejenak menikmati sore yang indah itu.
“Hey, aku pengen banget berenang, kamu mau gak ?” Tiba – tiba Liam membuka kaosnya dan hanya memakai celana pantainya.
“Gak usah ahhh, aku lagi gak pengen nih. Hehehe” ujar Elina menolak.
Jadilah Elina hanya duduk dengan alas pasir pantai dan melihat Liam bermain air di pantai. Sedang asyiknya dia melihat Liam, dia melihat bekas jahitan di perut Liam, mengingat kenangan pahitnya lagi ketika ia bertengkar dengan Liam. Mengingat lagi ketika ia kehilangan teman sejatinya Lisa. Mengingat lagi betapa bersalahnya dan tidak mau mendengarkan apa yang Danny dan Liam bicarakan padanya. Mengingat lagi betapa egoisnya dirinya pada saat itu dan tak bisa jujur dengan Liam. Elina menunduk di sore sunset yang indah di pantai Benidorm. Ketika ia melihat ke pasir pantai di bawahnya, tiba – tiba ia ditarik oleh Liam.
“Ayo.. Ikut aku…”
“Kemana ?”
Liam menariknya. Mereka berdua berdiri berdampingan dan saling berpandangan. Di pantai itu mereka melihat sunset yang begitu indah berdua. Liam merangkul Elina dan berkata.
“Semoga semua ini akan terjadi selamanya.” Ujar Liam lalu menghadapkan dirinya ke Elina dan mencium kening Elina.

Elina dan Liam kembali ke The Script dan semua kru termasuk mereka kembali ke hotel untuk istirahat. Besok mereka harus pulang kembali ke London. Semua telah selesai pekerjaan hari itu.
Pagi hari. Elina dan Danny membereskan peralatan dan pakaian yang mereka bawa. Keluarlah mereka dari kamar. Di luar kru, Mark, Glen, sudah bersiap di mobil mereka menuju bandara.
Berangkatlah mereka hari itu. Setelah menunggu sekitar tiga jam waktunya sampailah mereka di London. Mereka pun berpamitan saling berpisah untuk menuju tempat tinggal masing – masing.
“Hey, Mark, Glen, aku pamit ya, makasih ya liburan plus kerja barengnya seru. Well, Glen, don’t forget to send me the pictures. Okay ?” ujar Elina sambil berpelukan dengan Glen dan Mark dan cium pipi kanan dan kiri.
“Thank you very much for helping us, too. It’s okay, I’ll send it later.” Ujar Glen.
“Okay. Don’t worry.” Ujar ELina lagi.
“Pacar kamu kemana El ?” tanya Mark.
“Oh itu disana.” Ujar Elina sambil menunjuk Liam yang duduk di bangku tunggu di bandara. Mark menghampiri Liam dan berterima kasih.
“Hey Liam..” sapa Mark.
“Hey Mark. Ada apa ?” tanya Liam.
“Iya, gapapa aku Cuma mau berterima kasih aja, udah mau bantuin kita kerja.”
“It’s okay Mark.” Ujar Liam sambil duduk berdampingan dengan Mark.
“Elina beruntung sekali mendapatkan kamu.” Ujar Mark tiba – tiba serius.
“Ahhh, tidak juga Mark.” Ujar Liam malu.
“Iya, ya jagalah dia baik – baik, selain Danny sebagai saudaranya, aku juga peduli padanya.”
“Baiklah tenang saja jika hal itu.”
Setelah Mark dan Liam berbincang – bincang, Elina datang menghampiri mereka. Elina berpamitan dengan Mark dan Liam berdiri juga untuk berpamitan. Berpisahlah Liam, Elina, dan Danny dengan Mark dan Glen. Mereka menuju rumah dan flat masing – masing.

Sampailah Elina dan Danny dirumah. Liam berpisah karena langsung pulang kerumahnya. Besok Elina juga sudah harus bekerja.
“Aku lelah sekali. Aku tidur dulu ya Elina.” Ujar Danny.
“Okay, it’s okay.”
“Kamu gak tidur ? Gak capek ?”
“Gak kok, aku masih mau nonton TV.”
“Okay, bye..”
“Okay. Have a nice sleep, Dan.”
“Thanks..” ujar Danny dan bergegas ke kamarnya di lantai dua.
Duduklah Elina di ruang TV. Menonton serial TV kesukaannya. Mengemil makanan. Tak terasa dia tertidur di sofa dengan TV yang masih menyala. Bermimpi Liam yang tersenyum padanya.

Comments

Popular posts from this blog

House of Tales Karya Jostein Gaarder: Kisah Cinta dalam Novel Tipis, Padat Isi

Dan aku menyadari bahwa aku tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tidak pula hanya untuk para kerabat dan sobat dekat. Aku bisa memelopori sebuah gagasan demi kepentingan seluruh umat manusia. House of Tales  atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Rumah Dongeng, memang menggambarkan sekali isi novel karya Jostein Gaarder ini. Novelnya yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisah hidup sang tokoh utama. Novel-novel Jostein Gaarder yang satu ini juga khas akan petualangan dan pemandangan alam dari negara kelahirannya atau dari negara-negara di Eropa. House of Tale diterbitkan pada tahun 2018, dan diterjemahkan serta diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2019. Manusia sering kali menempuh jalan berbelit-belit sebelum saling berhubungan secara langsung. Tak banyak jiwa yang dianugerahi kemampuan untuk bisa lugas tanpa basa-basi: "Hai kamu! Kita kenalan, yuk!" Tokoh utama, Albert, tak sangka dapat memberikan rasa pada se...

Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi: Menjadi Jujur dan Tak Serakah

"Perjalanan hidupku yang berliku mengajarkan kesadaran kepadaku bahwa peran dan tanggung jawab manusia itu terus dipertukarkan Allah, dari yang paling atas, bisa dilempar ke peran paling bawah." Itulah sepenggal kalimat yang saya ingat dari novel berjudul Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan tahun 2019 lalu. Kalimat tersebut saya kaitkan dengan judul dari ulasan buku dari novel ini sendiri. Saya suka penggalaman tersebut karena menggambarkan sosok pemeran utama Lafran Pane yang ditulis oleh Uda Ahmad Fuadi dalam novel ini. Novel ini memberikan cerita perjalanan hidup Lafran Pane, sang pendiri organisasi besar di Indonesia bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Berlatar belakang waktu penjajahan Belanda dan Jepang, novel ini bercerita tentang kehidupan Lafran Pane sedari kecil yang sudah ditinggal sang Ibu, dan ia harus diurus dan tinggal dengan sang Nenek. Ia merasa 'agak' dikekang dan diatur hidupnya jika ia harus hidup deng...

OneRepublic FF Part 28 (Second of The Last Part)

HERE WE ARE Rose’s “Mana ya Natasha. Dia tidak mengirimkanku sms sama sekali. Ku pikir dia akan telat, sayang.” Ujarku pada Brent. Kami hari ini pulang dari Dublin sehabis liburan. Aku di Dublin sekitar 10 hari. “Mungkin saja telat dia, sabarlah sayang.” Ujarnya padaku. “Baiklah..” ujarku sambil mengecek Iphoneku. “Rose’s…” ujar seseorang berteriak dari ruang lain. Aku melihat dari kerumunan orang di Bandara ternyata itu adalah Natasha. Natasha dengan seorang lelaki. Aku seperti mengenalnya. Ahh, ternyata dia… “Natasha, aku sangat merindukanmu.” Ujarku padanya sambil memeluknya. “Hey, aku terkaget kau dengannya.” Ujarku sambil melirikkan mataku kea rah lelaki yang dibawa b bersama Nat. Ternyata Nat, membawa Gary. “Iya, kau jadi tahu sekarang.” Ujar Nat malu. “Jadi kau…” ujarku sambil menunjuk Gary. “Iya, kami sudah berpacaran.” Celetuk Gary. “Ahhh..” jawabku mengiyakan. “Bagaimana liburan kalian ?” ujar Nat mengubah pembicaraan. Dia mungkin malu menceritakannya bersama k...