Part 35
“Tok.. Tok.. Tok..” suara bunyi pintu diketuk.
“Yes, wait a minute..” jawab Elina lalu menuju pintu
dan membukanya.
“Hello, I’m sorry for interrupting you, honey..”
ujar Ibu Liam yang telah datang.
“Ahh, it’s okay, tante udah lama ?”
“Enggak kok, baru aja nyampe, Liam mana ?”
“Hey Liam, your Mom is coming..” ujar ELina
memberitahu.
“Hi Mom! Hmm,
I miss you so much.” Ujar Liam sambil memeluk Ibunya.
“Iya, mama juga kok, kamu udah mendingan ?”
“Udah kok udah..”
“Makanya lain kali jangan bandel, jalan tuh liat ke
depan, syukur kamu udah sembuh, makasih sama Elina dan Danny tuh udah jagain
kamu.” Ujar Ibu Liam menasihati.
“Iya ma, Iya, udah kok…” jawab Liam sambil tersipu
malu.
“Oh iya Om, mana tante ?” ujar Elina menanyakan Ayah
Liam.
“Dia diparkiran, dia nungguin kita, katanya lebih
baik langsung pulang aja, yaudah yuk, tante udah masakin makanan kesukaan
Liam.” Jelas Ibu Liam.
“Oh really ? That would be great Mom.” Ujar Liam
senang.
Mereka bercengkrama sekitar 30 menit. Liam sudah
bersiap untuk pulang dengan beberapa barang – barangnya. Elina membawakan
barang – barang Liam dan keluar dari ruangan itu tak berapa lama Javi datang.
Liam memeluk Javi karena sudah lama tak bertemu semenjak ia masuk rumah sakit.
“Hey bro, apa kabar ?”
“Baik Liam. Gimana udah mendingan ?” tanya Javi.
Elina tersenyum melihat mereka berdua tampak akrab. Tak dipungkiri sejak kuliah
mereka sudah akrab, hanya saja perasaan yang kurang membuat mereka akrab.
“Mendingan kok… Hahaha, thanks bro. Ayo kita
keparkiran bareng.”
“Okay, no problem. Okay, come on.” Balas Javi.
Liam mengajak Elina untuk berjalan. Javi mengikuti
dari belakang. Liam merangkul Elina sementara Javi hanya bisa tersenyum melihat
kebahagiaan mereka. Sejenak Liam menghentikan langkahnya ke belakang dan
berbicara pada Javi. Elina juga ikut menengok ke belakang.
“Sebentar say..” ujar Liam ke Elina.
“Hmmm, thanks ya Javi, udah jagain Elina selama aku
gak bisa ngejagain dia…” ujar Liam sambil tersenyum pada Javi.
“Hah ? oh iya gak masalah, lagian sebagai temen
pastilah merasa harus bantu.” Ujar Javi sedikit kaget ketika Liam berkata
seperti itu.
Liam dan Elina melanjutkan jalannya menuju parkiran
diikuti Javi. Sampailah mereka bertiga di parkiran dan saling berpamitan.
“Kamu temennya mereka ya ?” tanya Ibu Liam.
“Hah ? Iya betul tante..” ujar Liam singkat.
“Oh kalo gitu, ikut kita aja, kita mau ngadain makan
bersama.” Ujar Ibu Elina menawari.
“Gapapa nih tante ?”
“Iya, gapapa udah ikut aja ayo Jav..” ajak liam.
“Oh, okay deh….” Ujar Liam singkat.
Berangkatlah mereka berdua menuju rumah Liam. Javi
mengikuti dari belakang karena membawa mobil sendiri. Tapi tak disangka, hati
Javi bergejolak.
Sampailah mereka dirumah Liam. Memarkirkan mobilnya
dan bergegas masuk. Elina tertawa bersama Liam. Tak melepaskan rangkulannya ke
Liam sama sekali. Elina telah memberitahu Danny bahwa ia akan pulang telat
setelah dari rumah sakit. Masuklah mereka semua ke dalam rumah dan Ibu Liam dan
juga Elina bergegas ke dapur untuk menyiapkan semuanya. Liam, Javi, dan Ayah
Liam berbincang bersama diruang tamu.
“Liam, Javi, and Dad, makanannya udah jadi nih..”
ujar Ibu Liam.
“Alright Mom..” Ujar Liam.
Makanlah mereka bersama di satu meja makan. Javi
agak canggung, tapi Liam terus mengajaknya mengobrol bersama. Mereka menjadi
lebih dekat, sampai ketika Liam bertanya tentang Lisa.
“Terus, Lisa kemana ? Dia baik – baik aja kan di
Scotlandia ? Gimana liburan kamu sama dia..” Liam bertanya pada Elina. Elina
hening sejenak, sampai Javi mulai berbicara, tapi Elina memotongnya.
“Lisa itu…” ujar Javi dan dipotong Elina. Elina
panic, karena ia masih ingin menyembunyikan duka atas Lisa.
“Lisa itu baik – baik aja kok, kemaren seru banget
kok, iya bener seru, dia juga ngasih salam ke kamu.” Jawab Elina cepat dan
panic, membuat Liam bingung, tapi Liam tak menaruh curiga padanya.
“Ohh, gitu, kalo ketemu lagi, salam balik ke dia
ya..” ujar Liam tersenyum pada Elina.
Elina berpandangan dengan Javi. Mengedipkan matanya
member kode agar diam tentang Lisa. Javi mengerti dan melanjutkan makannya.
Selesailah makan siang hari itu. Mereka pun memakan
makanan penutup. Setelah selesai, Elina dan Ibu Liam membereskan semuanya.
Elina pun pamit kepada Liam dan keluarganya. Elina meminta izin pada Liam untuk
pulang bersama Javi karena Liam masih harus beristirahat.
“Bye, thanks for everything honey..” ujar Ibu Liam
ke Elina.
“Iya, sama – sama tante.” Senyum Elina sambil
memeluk Ibu Liam.
“And you, I love you, sehat – sehat dirumah ya, aku
minta izin pulang sama Javi ya…” ujar Elina lagi ke Liam.
“yes, I love you too honey… Ati – ati ya. Javi
thanks juga ya buat bantuannya. Nitip Elina ya..” Ujar Liam sambil memeluk Javi.
“Tenang aja bro, pasti kok dijagain. Om sama Tante,
pamit ya, saya pulang dulu, makasih jamuan makannya.”
“Iya, sama – sama…” Senyum mereka semua.
Pulanglah Javi dan Elina menaiki mobil Javi.
Sepanjang perjalanan mereka diam sampai Javi membuka pembicaraan tentang Lisa.
“Kenapa kamu harus nyembunyiin ? Kenapa gak jujur
aja sama Liam ? Liam kan pacar kamu ?”
“Hmmm…. Aku….”
“Jangan gugup El, kamu lagi gak ngomong sama Liam
kok..”
“Aku masih belum siap buat cerita sama Liam. Aku gak
mau bikin dia sedih dulu, bagaimanapun juga Liam itu dulu temenan akrab sama
Lisa.”
“Lagian juga tadi momennya gak pas, dia kan abis
pulang, masih bahagia orang tuanya juga.” Ujar Elina lagi.
“Tapi kapan kamu bisa siap dan ngomong ke Liam ?”
“Aku belum tahu Javi, kamu kok gitu sih, kalo kita
ngomongin tentang Lisa lagi, aku tuh jadi merasa bersalah. Nanti ada waktunya
aku ngomong ke Liam, aku akan ajak Liam ke makam nya Lisa.” Ujar Elina
membentak.
“Okay, okay, sorry sorry, aku minta maaf kalo hal
ini malah bikin kamu inget Lisa lagi.”
Elina diam sampai di depan rumahnya. Elina turun dan
sebelum menutup pintu. Javi pun turun dan memanggil Elina untuk berhenti.
“El, Elina, please maafin aku ya buat hal tadi, aku
gak maksud untuk bikin kamu marah, aku Cuma pengen nanya sama kamu.”
“It’s okay Javi, I forgive you. Be careful on your
way, I’m just tired from yesterday. I just need to sleep. Bye… Oh yeah, thanks
for everything ya..” Senyum Elina sambil melambaikan tangan ke Javi.
“Alright, me too. Bye….” Ujar Javi singkat. Javi
masuk ke dalam mobilnya dan bergegas pergi. Elina melihat dari dalam rumahnya
melalui jendela, melihat Javi pergi. Elina berpikir, sebenarnya apa yang
dikatakan Javi itu ada benarnya juga, tapi tadi bukanlah waktu yang tepat.
Setiap Javi berbicara tentang Lisa, Elina selalu merasa bersalah dan selalu
menyalahkan dirinya sendiri.
Sesampainya dia di kamar setelah mengucap salam ke
Danny, handphone Elina berbunyi. Telepon itu datang dari Liam.
“Hello, honey, udah sampe rumah ?” tanya Liam
diujung telepon.
“Hello, baby, udah kok, baru aja sampe, bilang tuh
makasih sama Javi aku udah dianterin pulang..”
“Iya nanti aku bilang makasih sama dia ya. Minggu
depan jalan ya, doain aku supaya cepet sembuh..”
“Okay, kamu tenang aja, kamu juga isitrahat aja.
Jangan lupa minum obat.”
“Iya, tenang aja, sekarang kamu istirahat aja ya.
Besok kan harus masuk kerja tuh. Kamu kan udah izin berapa hari.”
“Iya sayang tenang aja. Udah dulu ya, bye…”
“Bye honey. Muachhh..” ujar Liam dengan kecupan
panjangannya ditelepon. Elina mematikan telponnya dan tersenyum. Menerawang
melihat foto mereka berdua yang ia taruh di meja kerjanya. Berdua mereka lalui
masa – masa indah. Memory indah tentang mereka berdua di reka ulang di dalam
pikiran Elina. Lamunan itu berhenti ketika ia dikagetkan dengan suara pintu
yang terbuka.
“Hey, di ketuk kok gak nyaut – nyaut sih. Kamu mau
istirahat gak makan dulu ?” tanya Danny yang tiba – tiba membuka pintu kamar
Elina.
“Eh hi, eh sorry, eh iya, aku tadi udah makan di
rumah Liam, mau langsung istirahat aja..” ujar Elina kaget. Danny bingung
sambil mengerutkan dahinya. *bayangkan danny melakukan ini, so sweet ya.*
“Ohh, okay, I’ll eat alone. Hahhaha, I just wanna
tell you that I must go this afternoon. I wanna meet the script for a meeting.
It’s okay that I must leave you alone in home ?”
“Hmm, okay, it’s okay, don’t worry, I’ll be
alright.”
“Alright.. have a nice sleep..”
“Thank you…” Senyum Elina pada Danny. Danny menutup
pintu kamar Elina.
Elina melanjutkan lamunannya. Melihat foto itu lagi
dan memutuskan untuk langsung tidur. “Percaya kalo Tuhan punya rencana yang
indah setelah semua kejadian ini.” Ujar Elina.
Comments
Post a Comment