Skip to main content

Loves and Brothers Part 40


Part 40
                        
“Tok. Tok. Tok.” suara pintu rumah Elina diketuk. “Wait a sec, please..” ujarnya. Elina lalu membuka pintu ternyata Liam datang. Dia memang sudah berjanjian untuk menonton konser OneRepublic. Ya, hari – hari yang ditunggu Elina telah datang dan Liam mau diajak olehnya untuk menonton konser.
“Tunggu sebentar ya, aku ganti baju dulu.” ujar Elina.
“Iya, tenang aja..”
“Kamu mau minum ?”
“Gak usah deh, nanti disana aja.”
“Okay, wait a minute honey.” ujar Elina lalu bergegas menuju kamarnya untuk ganti baju.

Setelah menunggu kurang lebih dua puluh menit, akhirnya Elina keluar dari kamarnya. Liam kaget, betapa cantiknya pacarnya itu.
“My beautiful girl. Look so cute!” Senyumnya pada Elina.
“Thank you...” Elina mencium pipi Liam.
“By the way, mana Danny ?”
“Aku gak tahu, dari sore dia udah pergi.” ujar Elina. Sebenarnya Danny kencan dengan Lea.
“Oww gitu, okay. Kita berangkat sekarang..” Ujar Liam, menggas mobilnya menuju tempat konser OneRepublic.
Venue disana sudah ramai. Ternyata banyak sekali yang suka OneRepublic. Konser kali ini adalah konser mereka untuk tour album ketiga mereka, Native. Elina dan Liam menyerahkan tiket dan masuk ke venue.
“Ayo kedepan, biar bisa deket sama panggung, aku mau liat Brent tahu.” ujar Elina dan menarik tangan Liam.
“Iya sayang, nanti dulu dong sabar, ini kan banyak orang.” Ujar Liam. Elina berhenti sebentar lalu tersenyum seperti anak kecil.
“Ihhh dasar deh..” ujar Liam sambil mencubit hidung Elina. Lalu mereka menuju barisan dekat stage. Beruntung, Elina mendapatkannya berdiri berdua bersama Liam. Berselang 20 menit kemudian, Ryan Tedder dkk masuk ke stage dan memberikan salamnya kepada seluruh penonton. Lagu pertama adalah Feel Again. Elina sepanjang konser bernyanyi terus bersama Liam. Quality time with Liam and OneRepublic. Ujar Elina dalam hati. Sesekali dia memandang Liam yang sedang melihat ke panggung, jika Liam menengoknya dia membuang mukanya sesekali mereka berhadapan. Tiba – tiba Liam mencium bibir Elina lembut. Elina kaget dan langsung tertawa. Mereka melanjutkan malam dengan sangat bahagia. Lagu terakhir dari OneRepublic adalah Good Life. Elina bernyanyi sambil berteriak juga. Apalagi ketika ia melihat Brent yang senyum kepadanya. Elina meloncat dan semakin antusias. Akhirnya selesailah konser OneRepublic malam itu. Semua orang keluar dari venue itu. Setelah keluar dari Venue itu Elina pun mengetweet OneRepublic, mengucapkan terima kasih telah menghiburnya malam itu. Elina tak sempat menuju backstage karena sudah cukup malam.
“Gak bisa ke backstage maaf ya..” Ujar Liam setelah mereka telah berada di mobil.
“Iya gapapa kok sayang. Pulang yuk, aku ngantuk, hehehe.”
“Iya yuk..” Ujar Liam lalu menyalakan mobilnya menuju rumah Elina.

Jalanlah mereka berdua. Setelah satu jam perjalanan sampailah mereka di rumah Elina. Liam turun lalu membukakan pintu mobil untuk Elina.
“Makasih..”
“Sama – sama..” Senyum Liam.
“Oh iya aku harus ngucapin makasih banyak sama kamu udah mau nganterin aku, nemenin aku. Quality time banget deh.” senyum Elina pada Liam.
“Iya sama – sama sayang. Buat kamu mudah-mudahan aku selalu siap.” Ujar Liam lalu mencium pipi kanan Elina lembut dan cukup lama.
“Makasih lagi sayang...” Senyum Elina lalu melambaikan tangan ke Liam dan tiba – tiba Liam menariknya dan langsung memeluknya.
“Aku gak kehilangan kamu.” ujar Liam lembut.
“Aku kan masih disini sayang..”
“Forever..”
Elina melepaskan pelukannya lalu menatap Liam dalam – dalam.
“Iya aku tahu, I'll try to make me stay with you forever, promise me that you'll never leave me again, okay ?”
“Yes, I will. Don't worry..” Liam mencium kening Elina.
“Good night sweetheart.” ujar Liam lagi.
“Bye, good night. Muachh..” Elina memberi Liam kiss bye. Liam tersenyum. Elina menuju pintu masuk rumahnya dan Liam masuk ke mobilnya. Elina melihat Liam berlalu dengan mobilnya lalu masuk ke rumahnya. Dia bersandar sejenak ke belakang pintu dan berpikir, betapa beruntungnya dia memiliki Liam. Mendapati rumah sepi sepertinya Danny sudah tidur lalu mengunci pintu rumahnya.

Pagi hari, Elina berangkat pagi – pagi sekali setelah sarapan dan pamit dengan Danny. Di perjalanan yang cukup padat di pagi hari di kota London. Tahun ketiga dia sudah bekerja di kantornya sekarang. Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan akhirnya dia sampai di kantornya. Bekerja dan tak terasa sudah jam makan siang. Dia pun keluar kantor untuk mencari makan siang. Tiba – tiba ia melihat sosok yang dikenalnya. Dia Javi. Tapi Javi membawa barang – barang yang cukup banyak dan keluar dari kantor. Elina melihat dan langsung memanggilnya.
“Javi... Javi...” Javi menengok. Elina lantas menghampirinya.
“Iya ? Ada apa El ? Oh iya kebetulan banget aku ketemu kamu..”
“Kamu mau kemana ? Kok bawa barang – barang dan keluar dari kantor kamu, kebetulan kenapa ?”
“Iya itu dia aku baru mau ngasih tahu kamu.”
“Apa ?” tanya Elina penasaran.
“Hari sabtu ini tolong ya ajak Liam kerumah aku, aku lagi ada suatu acara.”
“Acara apa ?”
“Pesta kecil – kecilan lah, udah pokoknya kamu datang ya, dari jam 4 sore acaranya. Don't be late..” Javi tersenyum dan pergi. Elina bingung dan berteriak nama Javi lagi dan tapi Javi hanya menengok dan melambaikan tangannya.
Hari berikutnya, Elina tidak melihat Javi lagi saat ia datang maupun pulang dari kantornya. Elina mencari – cari diruangannya tapi tidak ada juga. Salah seorang staff diruangan itu lewat dan Elina bertanya padanya.
“Hi, sorry, aku Elina, aku temen Javi, apa kau tahu Javi kemana ?”
“Ohh, Elina, ya aku tahu kau, Javi sering cerita tentang kau.”
“Tentang aku ?” Elina bingung, ternyata Javi bercerita banyak tentang dirinya dengan temannya.
“Ahh, iya kau tadi bertanya kan Javi kemana, dia sudah resign dari kantor ini.”
“Resign ?”
“Iya betul, soalnya dia mau pindah ke Mexico, keluarganya harus kembali kesana..”
“Ohh begitu ya..” Elina bingung, kenapa Javi tidak memberitahukannya.
“Iya, hmm, sudah dulu ya, aku harus pulang sekarang, aku ada perlu, bye Elina.”
“Bye...” Teman Javi yang bernama Michael itu keluar dan meninggalkan Elina. Elina berpikir sejenak, bingung, dan lalu bergegas pulang.

Hari sabtu yang diberitahukan Javi pun datang. Elina sudah memberitahu Liam untuk ikut dengannya ke rumah Javi. Liam pun mau dan berangkatlah mereka sore itu.
“Kamu tahu gak kita kerumah Javi mau ngapain ?”
“Mau pesta kan ? Kan kamu yang bilang begitu..”
“Pesta perpisahan tepatnya..” Ujar Elina menambahkan.
“Perpisahan ? Maksud kamu ?”
“Iya, nanti deh sekalian aku konfirmasi sama Javi.”

Sampailah mereka di rumah Javi. Pertama kalinya Elina kerumah Javi. Elina dan Liam turun dari mobilnya. Menuju pintu masuk di tamannya Javi.
“Hi, udah lama ?” sambut Javi.
“Gak kok, baru aja nyampe” ujar Liam memberitahu.
“Masuk yuk..” Ujar Javi sambil berjalan menuju tamannya, Elina dan Liam mengikuti.
“Nah itu dia tuh mama papaku.” Javi berjalan dan Elina Liam diperkenalkan oleh Javi. Orang tua Javi sangat ramah. Di pesta itu banyak sekali makanan khas Mexico. Elina dan Liam juga Javi berbincang sambil menikmati makanan dan minuman yang disediakan oleh keluarga Javi.
“Kok gak bilang sih sama aku..” ujar Elina selanjutnya setelah mereka mengobrol ringan.
“Gak bilang apa ?”
“Ini pesta perpisahan kan...” ujar Elina menegaskan. Liam tertawa melihat bagaimana Elina berbicara pada Javi.
“Hahahaha, iya betul, pasti Michael ngasih tahu kamu ya, tadi dia juga udah dateng, dan bilang katanya kemaren kamu nyariin aku.”
“Iya Michael yang ngasih tahu aku. Lagian kenapa gak bilang dari kemaren aja sih.”
“Gak perlu juga kan, gapapa kali, kalian dateng aja aku udah senang kok.” ujar Javi tersenyum lalu menyeruput minumannya.
“Jadi kerja lagi nanti di Mexico ?” Tanya Liam.
“Iya pasti, kemaren juga ditawarin di tempat ayahku di Mexico.”
“Ohh, okay, enak deh kamu disana.” ujar Liam lagi.
“Yeah that's right..” Ujar Javi. Javi pun pamit untuk ke dalam rumahnya mereka sebentar.

Elina pun melanjutkan perbincangan ke Liam.
“Menurut kamu kenapa Javi gak bilang ?”
“Mungkin dia gak siap kali kehilangan kamu, hehehe..”
“Dasar.. jahat banget sama temen sendiri begitu..”
“Mungkin dia mau jaga perasaan kamu...”
“Maksudnya ?”
“Tar juga tahu sendiri.” ujar Liam sambil menatap Elina.
Tak berapa lama Javi datang dengan membawa dua box.
“Nih buat kalian..” ujar Javi sambil menyerahkan box itu.
“Apa nih ?” Ujar Liam sambil memainkan box itu.
“Udah bukanya dirumah aja ya, jangan sekarang gak seru..” jelas Javi.
“Oww hahaha, asik ya kita dapat hadiah.” ujar Elina senang.
“Haahahaha, dasar kamu nih..” Ujar Liam sambil mengacak ngacak rambut Elina.
“Hehehe, by the way, kamu udah pamit sama Lisa ?” ujar Elina berubah menjadi serius.
“Hmm, udah kok, kamu tenang aja, kemaren sore aku ke makamnya dia, terus malamnya langsung balik ke London lagi..”
“Ohh okay, that's good..”

Setelah berbincang cukup lama, jam menunjukkan pukul tujuh malam. Elina dan Liam pamit ke Javi dan orang tua Javi.
“Makasih ya udah ngundang kita..” Ujar Elina sambil memeluk Javi dengan erat.
“Makasih juga udah dateng ya..” Selanjutnya Javi memeluk Liam.
“Okay, no problems, kalo ada waktu ke London, dateng ya.” ujar Liam lagi.
“Okay, don't worry..” ujar Javi.
Liam masuk ke dalam mobilnya lalu menyalakan mobilnya. Elina langsung menengok ke arah Javi sebelum pulang.
“Makasih ya Javi buat semuanya. Everything that you've done to me. Makasih kamu udah ngisi ….” Elina menggantung kalimatnya sambil menunjuk dada Javi yang berarti hatinya selanjutnya menujuk hatinya sendiri. Javi mengangguk dan mengerti.
“Iya sama – sama..” Ujar Javi dan Elina pun memeluk Javi lagi. Erat sekali untuk kali ini.
“Aku juga minta maaf gak bisa nganter kamu ke bandara. Kamu sih berangkatnya pas waktu kerja.” ujar Elina sambil mendorong lembut bahu Javi.
“Hehehe, maaf tapi kan dapetnya emang hari kerja. Kapan – kapan kalo kamu ada waktu ke Mexico ya, ajak Liam aja, aku bakal jadi guide kamu deh..”
“Iya2 pasti deh. Hehehe..”
“Okay deh, tuh Liam udah nungguin.”
“Eh iya, yaudah ya, save flight for you. Bye, thanks for everything ya Javi.” Senyum Elina.
“Hey Javi, aku juga pamit ya, save flight for you. Bye..” Ujar Liam lewat mobil sambil melambaikan tangannya.
Gas mobil diinjak oleh Liam dan pergilah Elina dan Liam. Javi melambaikan tangannya. Air matanya jatuh dan menunduk. Pertemanan yang mereka jalanin selama bertahun – tahun kini harus dipisahkan oleh jarak dan waktu. Rasa suka Javi terhadap Elina harus segera dihapus sampai bersih dan Javi berharap akan mendapat penggantinya jika di Mexico nanti.

Comments

Popular posts from this blog

House of Tales Karya Jostein Gaarder: Kisah Cinta dalam Novel Tipis, Padat Isi

Dan aku menyadari bahwa aku tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tidak pula hanya untuk para kerabat dan sobat dekat. Aku bisa memelopori sebuah gagasan demi kepentingan seluruh umat manusia. House of Tales  atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Rumah Dongeng, memang menggambarkan sekali isi novel karya Jostein Gaarder ini. Novelnya yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisah hidup sang tokoh utama. Novel-novel Jostein Gaarder yang satu ini juga khas akan petualangan dan pemandangan alam dari negara kelahirannya atau dari negara-negara di Eropa. House of Tale diterbitkan pada tahun 2018, dan diterjemahkan serta diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2019. Manusia sering kali menempuh jalan berbelit-belit sebelum saling berhubungan secara langsung. Tak banyak jiwa yang dianugerahi kemampuan untuk bisa lugas tanpa basa-basi: "Hai kamu! Kita kenalan, yuk!" Tokoh utama, Albert, tak sangka dapat memberikan rasa pada se...

Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi: Menjadi Jujur dan Tak Serakah

"Perjalanan hidupku yang berliku mengajarkan kesadaran kepadaku bahwa peran dan tanggung jawab manusia itu terus dipertukarkan Allah, dari yang paling atas, bisa dilempar ke peran paling bawah." Itulah sepenggal kalimat yang saya ingat dari novel berjudul Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan tahun 2019 lalu. Kalimat tersebut saya kaitkan dengan judul dari ulasan buku dari novel ini sendiri. Saya suka penggalaman tersebut karena menggambarkan sosok pemeran utama Lafran Pane yang ditulis oleh Uda Ahmad Fuadi dalam novel ini. Novel ini memberikan cerita perjalanan hidup Lafran Pane, sang pendiri organisasi besar di Indonesia bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Berlatar belakang waktu penjajahan Belanda dan Jepang, novel ini bercerita tentang kehidupan Lafran Pane sedari kecil yang sudah ditinggal sang Ibu, dan ia harus diurus dan tinggal dengan sang Nenek. Ia merasa 'agak' dikekang dan diatur hidupnya jika ia harus hidup deng...

OneRepublic FF Part 28 (Second of The Last Part)

HERE WE ARE Rose’s “Mana ya Natasha. Dia tidak mengirimkanku sms sama sekali. Ku pikir dia akan telat, sayang.” Ujarku pada Brent. Kami hari ini pulang dari Dublin sehabis liburan. Aku di Dublin sekitar 10 hari. “Mungkin saja telat dia, sabarlah sayang.” Ujarnya padaku. “Baiklah..” ujarku sambil mengecek Iphoneku. “Rose’s…” ujar seseorang berteriak dari ruang lain. Aku melihat dari kerumunan orang di Bandara ternyata itu adalah Natasha. Natasha dengan seorang lelaki. Aku seperti mengenalnya. Ahh, ternyata dia… “Natasha, aku sangat merindukanmu.” Ujarku padanya sambil memeluknya. “Hey, aku terkaget kau dengannya.” Ujarku sambil melirikkan mataku kea rah lelaki yang dibawa b bersama Nat. Ternyata Nat, membawa Gary. “Iya, kau jadi tahu sekarang.” Ujar Nat malu. “Jadi kau…” ujarku sambil menunjuk Gary. “Iya, kami sudah berpacaran.” Celetuk Gary. “Ahhh..” jawabku mengiyakan. “Bagaimana liburan kalian ?” ujar Nat mengubah pembicaraan. Dia mungkin malu menceritakannya bersama k...