Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Walking with You

In the night, second day of Eid Mubarak, I was sitting alone, looking at the sky without the stars and the moon. I was thinking of you, the one who came to my dream last night. I was confused, Alex, where were you now? I was always confused why you always came to my dream while I was not expecting to get it.   "Nana..." called my Mom from downstairs. I was shocked. While I was daydreaming, there was some voices came from my front yard. I heard that my father greeted some people outside and opened the fence for them. "Yes, Mom..." I replied. I stood up as soon as I heard my Mom's voice. I went to downstairs and came towards my Mom. "What's wrong? Do you need help?" I asked and sighed. I ran downstairs, so it felt a little bit tired. "Your father's old friend is coming. We should prepare some meal and snack." Mom replied and I nodded. I then prepared some opened-snack and meal while my Mom was preparing some beverages. "...

Ya Sudahlah...

Siang hari terik, aku terduduk di lobby salah satu gedung yang setiap harinya aku datangi. Aku duduk di pelataran lobby yang berada di luar. Beralaskan lantai yang tidak tahu itu bersih atau kotor, tapi jika dilihat dari warna lantai keramiknya, itu lumayan lama tidak dibersihkan, mungkin para pekerjanya sedang sibuk, pikirku sambil sedikit tertawa dalam hati. "Sis..." temanku menepuk punggungku. Tebakanku benar setelah mendengar suara panggilan itu. Dira, teman dekatku di kelas kampusku. "Hi..." Sapaku padanya dengan senyuman. Buku teori yang tadi aku baca sebagai bahan tugas Bahasa Inggrisku, ku tutup rapat dan ku sampirkan di lantai yang berada di sebelah kananku. "Kemana saja kamu? Lala nyari kamu juga." "Sudah kubilang, ponsel pintarku rusak, terpaksa aku menggunakan ponsel yang hanya bisa mengirim sms dan telepon, untuk internet pun aku hanya bisa membuka web sebagai alat pencari bahan kampus." jelasku. Jikalau aku harus menceritaka...

'Indah'!

Jalanan mulai ramai kembali setelah hujan mereda satu jam yang lalu. Harum dari campuran air hujan, debu jalanan, dan tanah yang berada disekitarannya membuatku tersenyum lebar. Fenomena langka, setelah dua minggu lebih tak turun hujan, hari ini bumi dibasahi sedikit oleh air yang turun karena ada fenomena alam Tuhan itu. "Hi!" seseorang mendatangiku dengan celana yang sedikit basah, begitu pula sepatu santai berbahan kulit yang dipakainya. Wow, dia berubah, hampir delapan puluh persen dari penampilannya. Hari ini wajahnya terlihat segar. Dengan potongan rambut yang hampir cepak, wajah yang semakin terlihat bulat karena hobi barunya yang suka makan, serta badannya yang terlihat sedikit besar. "Udah makan?" ujarku menyapa, dia duduk tepat dihadapanku sekarang. "Udah." Jawabnya singkat dihiasi senyum diwajahnya. Wow, senyum itu, lagi-lagi aku berkata 'wow'. Entah akan ada berapa kata 'wow' hari ini untuknya. Kami sudah tak bertemu s...

Strangers

I might be a person who always put the big hope in my life, and in the end I might lose my hope. As I felt right now, I didn't get any phone call from my crush in the beautiful sunny day. It was Saturday, my free time. Yes, I am Hana, I worked for an oil company. I was from Asia. I moved here because I got the duty to replace an employee in London's Branch. So, today I wanted to escape from my routine and my crush who didn't call me at all, as I remembered that last night, he was really nice to me. Strange. "Oh come on!!!" I said angrily. It was my third time to try my credit card. It seemed like the system was broken. There was no notice from the ATM machine and I just could stand like an idiot person trying to go to my fourth time. "Excuse me..." Someone poked me from behind. I immediately turn my body and face... him. Yes, he was a man. As you knew that now, I was in South Bank station to go to Manchester. I wanted to visit my friend who lived the...

Pergilah!

Bayangmu hitam Gelap tak pancarkan cahaya Kau bagai kegelapan Menutup hati yang akan bahagia Menusuk Dalam tertancap ke tubuhku Panah racun keindahanmu Aku tak bisa mengaduh Kunikmati, Kuresapi Tubuhkan lunglain dimakan api Api asmara palsu yang kau beri Yang sulit untuk mati Pergilah! Pergilah! Kau bayang hitam Kau panah racun liar Kau api asmara garang Aku mencoba lupa Aku mencoba tak mengindahkan Aku terseret oleh semua Dalam semua keindahan belaka Baik, aku yang pergi Aku pergi seperti burung yang telah mati Meninggalkan tubuh yang dihinggapi Oleh bayangmu, apimu, dan panahmu Sudah, aku sudah bebas Aku masuk ke tubuh baru Reinkarnasi meninggalkan Semua bujuk rayu dan keindahanmu

Kecewa?

"Buat apa?" Ketika kamu sudah digantikan dengan yang lebih baik. Kamu terus berharap? Ketika berharap mendapat seseorang yang ditunggu cukup lama, dia tak kunjung datang. Akhirnya kecewa. Tak lagi. Tak lagi kecewa karena kuasa Tuhan itu pasti indah dari kekecewaan. "Buat apa?" Ketika kekecewaan datang setelah hampir menunggu beberapa tahun. Seharusnya sudah menyelesaikan tujuan yang lebih baik dari menunggu. Kecewa bukan lagi kata yang harus diucapkan ketika mendapat sesuatu yang berbuah manis setelah melakukan tujuan indah itu. "Buat apa?" Ketika kamu mendapat kesempatan kedua yang jarang sekali didapatkan yang lain. Bukan kecewa yang diperlukan, tapi bersyukur adalah kata yang tepat. Banyak bersyukur, banyak kecewa pula yang runtuh, tak lagi jadi manusia yang berharap. "Buat apa?" Kecewa itu pasti. Tak mungkin kamu tidak membuat orang kecewa atau tidak pernah dikecewakan orang. Tapi mau berlarut-larut? Ubahlah si kecewa menjadi kekuatan y...

Bicara Cinta Seperti Mengerti Cinta

Dalam dalam aku mengingat Betapa munafiknya dirimu Bicara Cinta Merasakan Cinta Kau terus bergumam Mendambakan sang kekasih tercinta Tercinta yang selalu kau sakiti akhirnya Selalu kau campakkan hingga merana Sejujurnya saja, kau ini tak mengerti Cinta kan? Bahkan menghargainya saja tidak Rembulan pun bisa melihat Matahari pun ingin membakar dirinya Lirih ku mendengar ceritanya Samar kulihat ukiran tangannya Mengenai Cinta Meratapi Cinta Nikmatilah kesendirianmu Ratapilah Cinta itu sendiri Jangan banyak bicara tentangnya Renungkanlah Cinta itu sendiri

'Cause I do love you!

Denting waktu terus berjalan. Sudah tak tahan lagi, Dila, seorang wanita yang kini masih saja sendiri karena ketidakmampuannya untuk mempelajari bagaimana caranya untuk membersihkan hatinya dari kenangan lamanya. Dila yang duduk sendiri di suatu bangku taman di kawasan Jakarta Selatan, menopang dagunya dengan tangan kanannya, dan mengamati sekitar. Tenangnya suasana taman kala itu membuat dirinya mengingat lagi memori yang telah lama dibuatnya dengan para lelaki yang pernah dekat dengannya dulu, ya hanya dekat, yang membuat hatinya berbunga bunga, sekalipun itu bunga mawar, kalah sekali dengan hatinya yang berbunga. Dila menggeleng kala itu. "Dila!" ujar seorang wanita lain yang sudah berjanjian dengannya. Siska, duduk seketika di samping kanan Dila. "Apa kabar?" ujarnya. Dila tersenyum dan menjawab, "baik..." "Gimana Rasyid?" sontak Dila menoleh kearah Siska dan mengerutkan dahinya. Baru saja Siska datang, seperti tombak yang dilemparkan, pe...

Dia yang Baru

Dia yang Baru Lelaki yang dahulunya sangat ramah, menceritakan segala macam keluh kesahnya dan berbagi kebahagiaan bersama, berubah menjadi sosok yang mempunyai tembok cukup besar. Berusaha menjauh, berusaha menjaga perasaan, dan berusaha untuk menyibukkan diri agar tak diganggu oleh sang wanita yang sepertinya masih membayanginya. Dia yang Baru Dahulu dikenal pendiam. Tak mau mengurusi urusan orang lain. Tapi, kenyataannya dia menjadi 'sedikit' lebih berani untuk menghadapi beberapa hal dalam kehidupannya sekarang. Kehidupannya menjadi lebih keras, kehidupan yang membutuhkan banyak kekuatan mental dan fisik, dan kehidupan yang membuatnya lebih berani berpikir dan berani berpendapat. Dia yang Baru Sudah lama tak bertemu dengan seorang wanita muda berusia di awal dua puluh tahunan. Lelaki itu terkejut dengan kedatangan wanita yang dulunya dikenal amat sangat 'tomboy'. Datang-datang wanita itu meminta maaf padanya. Tak tahu apa yang terjadi pada wanita itu. Heran, ...

Transformasi

Panas terik telah membuat wajah Rina diselimuti banyak air yang dihasilkan tubuhnya. Seraya mengambil kain untuk membasuh kering wajahnya, seseorang dari arah belakang memanggilnya cukup kencang lalu Rina langsung menoleh kearah orang tersebut. "Andi!" ujanya pelan. Pria itu dengan cepat menghampirinya. "Rina! Apa kabar?" tanpa malu pria itu memberikan tangan kanannya untuk berjabat tangan. Rina mengerutkan dahinya, sempat agak lama berpikir dengan perlakuan Andi, lalu Rina akhirnya membalas jabat tangan itu. Andi tersenyum puas. "Saya baik." jawab Rina selanjutnya. Andi makin tersenyum. "Sedang apa di halte bus ini?" "Menunggu angkutan menuju kantorku yang ada di daerah Jl. D.I Panjaitan." Ujarnya membalas pertanyaan Andi. Mereka sama - sama menunggu bus di salah satu halte bus transjakarta di kawasan PGC. "Oh, sudah bekerja berapa lama?" lanjut Andi. "Satu tahun kurang lebih." jawab Rina seraya menghapus ker...

Dengan Secangkir Kopi dan Ajakan Teman

Aku menegak sisa-sisa cairan yang ada di gelas berwarna putih pekat yang kutaruh tepat disampingku. Pahit, pahit sekali rasanya. Pahit yang kurasakan selama bertahun-tahun. Tapi hebatnya, aku bisa menahan rasa pahit itu. Sama dengan menahan rasa pahit kopi Jawa yang aku seduh dan kunikmati di gedung paling atas apartemenku. Mengingatmu sambil tersenyum dan sesekali menarik nafas dalam-dalam. Nelangsa. Tak kusangka sudah bertahun tahun tak melihatmu. Menyimpan kontakmu saja, rasa syukurku bertambah, tapi apa daya, semua akan berakhir dengan aku hanya menatap kontak nomor ponselmu di ponselku yang sudah seharusnya aku ganti dengan yang baru. Entah kenapa ponsel ini tak ingin kugantikan keberadaannya karena menyimpan banyak kenangan. "Danis." itu tampak jelas. Namamu yang masih kusimpan dengan rapi di dalam kontak nomor ponselku. Aku kembali ke dalam apartemenku untuk menyeduh gelas kedua dengan kopi Jawa yang baru saja kubeli sore hari selepas diriku pulang bekerja. Aku sen...

Lost

Pulls me back No one can Heads up, feeling tears No one can Heal this pain Close my face, feeling drawn Hit the wall Lost, lost, lost from all Wake up at night Write my pain Wake up to find the light I got lost in faint Falling from the sky I can feel the wind around me I fall and I cry I don't care about me You come, I realize You come and heal my pain You come but you cannot try You come and do not wake up from my faint I still get lost

Inspirasiku di Saat Keramas dan Saat Solat

Aneh dan lucu. Tapi, kenyataannya itulah yang terjadi. Terkadang memang pada saat tak tentu inspirasi luar biasa bisa datang. Bisa datang disaat kita sedang berbincang, sedang melamun, bahkan dengan cara yang tidak biasa, ketika sedang keramas pada saat mandi dan pada saat sedang beribadah. Bahkan ada yang lebih unik lagi, pada saat 'menabung'. Sore hari yang cerah. Ketika sedang melakukan mandi sore saya tak sadar memikirkan berbagai macam hal. Biasanya saya suka bernyanyi di kamar mandi. Ya, untuk sekedar menghibur diri dan melepas penat karena menyadari bahwa saya tidak mampu bernyanyi indah di luar kamar mandi. Ketika itu sedang membasuh rambut saya dengan cairan shampo. Tiba-tiba datang inspirasi yang menurut saya 'wah'. Mendapat banyak sekali inspirasi untuk acara yang ingin saya gelar. Ya, walau hanya beberapa inspirasi, tapi sangat amat membantu. Lucu lagi, kalau semua inspirasi itu muncul pada saat saya sedang beribadah. Kebetulan, karena saya Islam, saya m...

Aku Ini Apa?

Aku terlelap, masih membayangi Betapa bodohnya kali ini Bukan kali pertama aku merasa seperti ini Semua akan terulang kembali Kau melihat ku tidak? Kau menghirup wewangian ku tidak? Kau merasakan sentuhanku tidak? Kau menyadari semua ini tidak? Berdiri saja diriku dibawah hujan Menutupi air yang jatuh dari selaput mata Tak peduli betapa kerasnya suara petir menyambar Dia yang mewakili hati yang berbicara Seraya mengingat kenangan indah Aku heran, kau telah berubah Anehkah diriku? Memintamu untuk kembali bersamaku Waktu tak bisa terulang Bahkan tak bisa kuhentikan Untuk mendapatimu dalam pelukan Tak pernah sesekali aku menyesal Aku percaya kau akan kembali Merasakanku, menghirup wewangianku, Melihatku, dan menyadari Bahwa aku akan selalu tulus padamu

Hanya Pemujamu yang Bersembunyi

Saat itu ramai. Aku lebih suka terduduk memandangi keramaian yang dikarenakan salah satu acara dari jurusanmu telah dimulai. Ya, sebelumnya aku sama sekali tak tahu bahwa kau akan datang untuk menghadari acara yang bertemakan kuliner itu sampai ketika aku sedang asyik membaca buku pelajaranku, aku terlonjak mendapatimu telah berdiri tepat di depanku. Hah, ternyata bukan ingin menghampiriku, tapi menghapiri seniorku yang mempunyai jurusan kuliah yang sama denganku. Bahasa Jerman. "Hi Gilang!" ujarmu senang. Kalian saling memberi salam ala-ala lelaki yang membuatku tersenyum. Gilang yang tadinya sedang berbincang denganmu, kini berbincang denganmu. Aku pun tak sengaja ikut mendengarkan. Kau membicarakan tentang skripsi yang sedang kalian selesaikan. Ya, kau seniorku, yang sedang menempuh titik akhir untuk segera lulus. Aku akan merindukanmu. "Bagaimana skripsimu, Ahmad?" itu dia nama panggilanmu. "Masih dalam tahap pengerjaan. Belum rampung juga." Ujar...

Make Yourself Expensive

Sometimes we have problem of how control ourselves to be kind to other people. I know we don't have to control to be kind to others, but it will be different if the people/person we help see in the other things. Mostly you are kind to people because you know that to be kind to other is good. Sometimes we find some articles that to be kind to others is one of the good investment for the future. Take and Give, that's the point. However, sometimes we get the people who only take our help or our kindness as the 'advantages' or 'reasons' for them to be with us. We cannot blame them, I won't blame them, but it is kind of different thing if they do it regularly. I should say that I am and overthinking person. On the other way I must be kind to other persons, but if I see some signs that show that people will take your 'advantages', please think to make yourself expensive. You can be kind to other person, but you should understand that you have other reaso...

Dua Sisi

Jangan tanya, jangan menduga Dugaan itu bisa salah Tak sama dengan kasat mata Hanya bias diri yang tak terlihat Terkadang hanya diam Diam yang menggambarkan segalanya Tak sangka tak menduga Seseorang bisa menjadi hebat Hanya menuruti pandangan semata Tak mau menilai lebih dalam Tak mau tahu apa yang ada disana Di dalam diri seseorang Maka banyak salah sangka Yang hebat, ternyata jahat Yang tidak, ternyata menyembuhkan luka Baik atau tidak, siapa yang tahu Hati dan pikiran Mereka satu kesatuan Hati dan penampilan Terkadang dapat memanipulasi pikiran

Gerhana Matahari

Mentari masih memicingkan matanya mencari sosok yang sedang ditunggunya. Sudah hampir satu jam ia menunggu sejak pukul lima pagi untuk melihat salah satu tanda kekuasaan Sang Pencipta, Gerhana Matahari. Kali ini ia tak sendiri, dia akan ditemani oleh seorang teman yang sudah dikenalnya selama lima tahun saat duduk di bangku sekolah menengah Pertama. Dia adalah alumni seangkatannya, Chandra panggilannya. Lagi-lagi Mentari harus melihat jam tangan yang dikenakannya kali itu. "Hah..." dirinya menghela nafas. Mau sampai selesai Gerhana Matahari barulah sosok Chandra datang. Pikirnya. Dia pun dengan sabar menunggu lagi seraya duduk menikmati ratusan ribu orang yang memadati salah satu jembatan terkenal yang menjadi ikon kota Palembang, Jembatan Ampera. Ia menyerah, akhirnya ia mengeluarkan ponselnya lalu menekan nomor telepon teman sebayanya itu. Tak ada jawaban. Hanya nada panjang yang berulang kali berbunyi. Mentari menghela nafas lagi. Chandra, teman Mentari yang sebenarn...

Perginya Bintang Jatuh

Ketika itu malam begitu terang. Kita berdua sedang menikmati malam yang sulit ditemukan di musim penghujan ini. Terbiasa melihat langit yang tanpa selimut bintang dan cahaya bulan. Terbiasa menikmati dinginnya malam akibat sisa-sisa air hujan yang masih menyelimuti jalan-jalan ibukota. Sekarang kita berdua terduduk di salah satu roof top di kawasan pusat kota Jakarta. Hanya nafas yang bisa kita dengar. Deru nafas lelah yang kita rasakan. "Santi." ujar dirimu. Aku yang masih memegang erat kedua kaki yang di satukan bersama. Menahan dinginnya malam, padahal malam ini begitu terang benderang. "Aku mengerti. Pergilah! Itu baik untuk karirmu. Sampai bertemu lagi di lain kesempatan." ujarku pelan. Sudahlah, aku sudah lelah dengan perbincangan ini. Perbincangan yang ujung-ujungnya adalah perpisahan aku dan dirinya. Bintang jatuhku. "Bukan seperti itu. Aku juga tidak akan pergi lama." "Macam kau tak pergi lama? Yang benar saja. Aku tahu dirimu. Jika k...

Manusia Pengharap

"Manusia Pengharap." Begitu kata judul cerita yang akan dibuat Maya. Dia menghela nafas panjang untuk meneruskan paragraf pertama yang akan dibuatnya. "Hey!" Tiba-tiba Tio datang menghampirinya. Menduduki tempat kosong yang ada di samping kursi panjang yang ditempati Maya. Mereka sudah bersahabat sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Mereka pun tak percaya keduanya bisa sama-sama mengenyam pendidikan di tempat perkuliahan yang sama . "Pelan-pelan lah!" ujar Maya yang sedang membenarkan keberadaan tubuhnya yang habis di adu oleh Tio dengan bahu nya yang maco. "Iya, maaf. Buat cerita apa lagi? 'Manusia Pengharap'. Klasik! Semua manusia kan pasti berharap." "Bukan harapan biasa." ujar Maya mantap. Ia pun meneruskan cerita pendeknya yang kali ini akan diikutkan di salah satu lomba yang diadakan oleh kampusnya. Tio yang selalu tidak mau tahu dengan hobi menulis Maya itu memilih untuk membaca majalah olahrag...

Bukan Sebuah Hal Yang Dibutuhkan

Jadi ketika aku tersadar dari tidurku yang cukup singkat. Hanya dua jam, tapi merasakan mimpi yang waktu tayangnya lebih dari dua jam. Aku memimpikan Rendra. Lelaki yang sedang diusahakan oleh temanku agar bisa dekat denganku. Tak pernah mengharapkan memimpikannya, tapi aku ingat bahwa aku semalam sempat sesaat menatap lekat-lekat namanya di dalam kontak ponsel pintarku. Ya, aku hanya menyimpan kontaknya, tak berani untuk menyapa terlebih dahulu. "Coba saja kau kirim pesan padanya." ujar temanku santai. Dila, coba memberi saran yang membuatku harus memutar dua bola mataku. Sarannya tak pernah berubah, sudah tahu aku ingin melupakan cara lamaku menyapa terlebih dahulu orang yang aku suka. "Tidak mau!" ujarku keras. "Sarah, dengar! Percayalah padaku." Ya, aku harus percaya saja, tak mau mencoba. Berbicara tentang hal itu, aku mempunyai trauma tersendiri. Tidak mau lagi mengirim pesan terlebih dahulu kepada lelaki yang kusuka, alasannya sederhana, lelak...

Unexpected

"Maybe you will say I am a dreamer of something that won't happen to me." I said to Laura, my best friend, who always mock me with my bad habit. Imagining. "I should say that. Evertime you tell me about the story you expect. Please, decrease that habit." She rolled her eyes. I knew that she was probably bored with my story. "You know what, George will appear at my house one day to ask me an apology." I said to her again, now it was more brave and I almost shouted. "You wish." She said and continued to sip her coffee we bought before heading to our campus. I suddenly saw someone pass besides our table in the canteen. "Oh my God. That was Andrew! You see that?" Laura almost shouted. I immediately closed her mouth. "Oh Clara, come on! It's your crush! You never expect to meet him. Oh you see, oh he is coming back to..." Laura's eyes became wide. And Andrew was coming to us. "Clara! I've been looking for...

Menyelesaikan Apa yang Sudah Dimulai

Sedang dalam perjalanan Menjejaki jalan terakhir Tapi mungkin bukan jalan terakhir yang ada Melainkan langkah menuju jalan terakhir Masih banyak rintangan Masih banyak keluhan Harus terus maju Pantang berhenti dan mundur Biar rasa malas membelenggu Sekuat hati teguhkan ragaku Untuk menghadapi banyak ketidakmungkinan Ataupun sesuatu yang tiba tiba muncul mengejutkan Aku harus semangat Aku harus semangat Aku harus semangat Aku harus semangat

Yang Lalu, Sekarang, dan Yang Akan Datang

Bertambahnya usia Tak serta merta hanya soal kebahagiaan Bertambahnya usia Adalah ketika kita menambah isi ideologi kita Menjadi seorang yang lebih baik Menjadi seorang yang lebih mengerti Tetap saling berbagi Tidak lupa dengan jati diri Memang hanya sehari Hari itulah coba untuk kita renungi Apa saja yang telah terjadi Hingga kita menjadi pribadi sampai sekarang ini Masa depan di depan mata Bertambahnya usia akan menambah beban pula Beban hidup yang kata orang akan bertambah berat Tantangan yang lebih banyak kedepannya Berdoa, bersimpuh kepada Allah SWT Agar selalu diberi umur panjang Menambah ideologi menjadi lebih bermakna Untuk bermanfaat bagi orang sekitar

Gitar

Kupetik indah perlahan Kunyanyikan lagu favoritmu Dengan inilah Aku menyanyi untukmu Dia teman terbaik Teman yang selalu menampung kesedihanku Teman yang selalu mengiringi Apapun hatiku bernada Kupetik ratusan bahkan ribuan kali Dia tetap tak timbulkan amarahnya Ya, andai dia bisa bicara untuk hati ini Pasti ia ikut menangisinya Sudah lama dia menemani Baik suka maupun duka Indah atau tidak suara ku ini Dia tetap tak berubah Dawai indahnya Kulit coklatnya Mampu mengundang Untuk selalu di mainkan

It Was You

Every single time I remember you I feel sad I feel so low, like I don't want to face the world anymore I remembered when you tell your story, your sad story I told you not to be sad But at the end, you were happy and you were gone Well, I thought I was just your helper for your problem But I felt like you were very special to me Your smile, your face, your eyes and your behaviour It was all perfect to me Today, I remembered all the memories we had made Not you, It was me I though who had made all the memories I counted every single moments between you and me But then, It was only me who appreciate that, not you I was wondering if one day we could meet In a place we first time met The accident happened, you didn't know and me either It just happened, hopefully it was path which God gave It was only a hope, a special hope I always pray to God, if you were mine, I would be very grateful But if not, I hope that God can change with another one The man who app...

Pelindung yang Tak Banyak Bicara

Diam Itu adalah ciri khasmu Tak perlu banyak bicara Kau selalu memperlihatkan aksimu Waktu telah menjelaskan Betapa hebatnya dirimu Wahai sang pencari nafkah Untuk memberikannya pada belahan-belahan jiwamu Aku terpaku, menatap wajahmu Coklat, terkadang hitam sekali Itu tanda yang paling mengingatkanku Betapa beratnya pekerjaan yang kau tanggung Kadang kau bercerita padaku Tanpa dibumbui rasa lelah atau menyesal sekalipun Kau hanya ingin aku belajar darimu Untuk selalu kuat menghadapi apapun Kau selalu berdiri tegak Bahkan ketika kami sudah putus asa Seakan aku tak bisa menemukan dimana letak lelahmu Karena kau selalu tahu apa yang kami mau Tuhan, jagalah manusia bernama Ayah Yang selalu membela apapun demi belahan jiwanya Yang selalu tahu apa yang kami butuhkan Pelindung, yang tak banyak bicara

Bersyukur

MALAS. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaanku hari ini. Aku sudah memasang alarm, menaruh ponsel ku sebagai alarmnya tepat di sebelah tempatku beristirahat dan memasang nya untuk tiga kali waktu berbunyi. Tetap saja, aku merasa malas. Hari ini adalah hari Selasa. Aku harus berangkat kerja pagi-pagi sekali. Ya, karena kantorku cukup jauh, paling tidak aku harus berangkat jam 6 pagi dari rumahku. Jarak kantorku sekitar 25 km dengan bus yang harus aku naiki, yang harus transit di tiga tempat berbeda. Tapi, karena aku punya kendaraan pribadi yaitu motor, aku bisa mengirit ongkosku untuk transportasi tersebut. Aku bangun dengan susah payah ketika akhirnya Ibuku memanggilku dengan cukup keras. “Lily!!!” Ujarnya. Ibuku sudah tahu sekali kalau aku belum turun ke lantai dua berarti aku belum bangun. Ibuku kumintai tolong untuk membangunkanku. Baiklah! “Aku sudah bangun, Bu.” Ujarku kencang juga. Aku pun bergegas. Hah, baiklah, mau tidak mau aku harus berusaha. Aku pun...

Bukan Tentang Cinta

Sore hari yang mendung Menyelemuti peraduan hati yang semu Memikirkan tentang sesuatu Yang mungkin tidak berkaitan dengan apapun Akhirnya terbesit pikiran gila Memberikan sebuah penggalan kata Jauh tentang yang namanya Cinta Bukan lagi cerita antara rasa sayang Gila dengan hidup ini Ingin segera mengakhiri Tapi, apalah arti hidup ini Tanpa sebuah sesuatu yang berharga untuk dinikmati Tak mau sama sekali Memikirkan tentang hal yang berbau berbagi rasa sayang Tak mau sama sekali Menjangkiti pikiran dengan rasa yang bisa membutakan hati Terduduk dan berpikir Mungkin menjauh dari hidup dan rasa yang biasa dijalani Semua akan merubah atau membuat suatu pikiran hati Kembali terbarukan kembali Rasa syukur kepada Tuhan mungkin Yang memutuskan untuk menjauhi Sementara memberi waktu kosong dalam hidup ini Dari rasa Cinta yang membelenggu diri ini -DF-

Hi Februari Kelabu!

Pagi menyelimuti kalbu Aku memimpikanmu Di hari pertama bulan kedua kelabu Karena matahari terlalu malu Aku tersadar Harus menghapus seluruh jejak Yang dulu pernah ditautkan Dalam banyak lembar memori kebahagiaan Februari dimulai dengan melihat wajahmu Indah terukir di antara gelap semu Tak bisa ku berkata apapun Hanya senyum yang tergambar di wajahku Semua itu hanya semu Bukan kenyataan yang membuatku Harus tersenyum puas di seluruh hidupku Bayanganmu yang selalu datang di mimpiku Orang bilang kita harus bertemu Menebar rindu di langit Februari yang kelabu Tapi aku terlalu malu Terlalu malu untuk bertemu paras indah dirimu Aku harus melupakanmu Ini bulanku Aku harus merayakannya tanpamu Tanpa bayang semu yang seharusnya pergi berlalu Aku hanya berdoa pada Tuhanku Agar ia bisa membantuku Menghapus memori indah antara diriku dan dirimu Perlahan lahan tanpa harus menderaikan air mataku -DF- 

One Call Away

Inspired by One Call Away by Charlie Puth So, it was kind of weird thing why I was sitting in front of my laptop now. I was typing and trying to remember what I should do for my final paper, when suddenly I heard a buzz from my phone. “Hello?” I tried to open the conversation. It was Dan. Daniel Aaron Henderson. He was my senior high school friend. He was now working as a full time programmer. “What’s up?” He exclaimed. “You, what’s up?” “Haha. I thought that you might be busy now.” “I’m always.” “Am I interrupting?” “Not really. Are there anything to help?” “Yes. I got problem. I felt like I need to resigned from my work now.” “Hey, why? Don’t you dare to say that. Do you think it’s easy to find a new one?” “No. I mean like, I don’t have time to continue my high education.” “Really? Have you tried to speak to your girlfriend or family?” “No, I think it’s only you who understand my situation now, Lily Smith.” He said and I blushed. I didn’t have anything ...