Skip to main content

Transformasi

Panas terik telah membuat wajah Rina diselimuti banyak air yang dihasilkan tubuhnya. Seraya mengambil kain untuk membasuh kering wajahnya, seseorang dari arah belakang memanggilnya cukup kencang lalu Rina langsung menoleh kearah orang tersebut.
"Andi!" ujanya pelan. Pria itu dengan cepat menghampirinya.
"Rina! Apa kabar?" tanpa malu pria itu memberikan tangan kanannya untuk berjabat tangan. Rina mengerutkan dahinya, sempat agak lama berpikir dengan perlakuan Andi, lalu Rina akhirnya membalas jabat tangan itu. Andi tersenyum puas.
"Saya baik." jawab Rina selanjutnya. Andi makin tersenyum.
"Sedang apa di halte bus ini?"
"Menunggu angkutan menuju kantorku yang ada di daerah Jl. D.I Panjaitan." Ujarnya membalas pertanyaan Andi. Mereka sama - sama menunggu bus di salah satu halte bus transjakarta di kawasan PGC.
"Oh, sudah bekerja berapa lama?" lanjut Andi.
"Satu tahun kurang lebih." jawab Rina seraya menghapus keringatnya dengan kain yang dibawanya yang berwarna biru.
"Wow." ujar Andi menghapus keheningan yang ditinggalkan mereka berdua. Mereka kini telah masuk ke dalam salah satu bus transjakarta yang herannnya tidak terlalu ramai di pukul delapan kala itu.
"Kenapa?" tanya Rina bingung.
"People's change."
"Ya begitulah." Rina menatap kosong pemandangan yang ada di luar jendela. Mereka pun melanjutkan percakapan dengan kenangan-kenangan yang mereka pernah jalin dahulu ketika SMP.
Andi yang saat itu berbincang dengan Rina sambil mengamati penampilannya. Rina berubah, maka dari itu dia berkata people's change secara spontan. Rina saat ini sedikit pemalu, memakai penutup kepala sebagai salah satu kewajiban wanita muslimah, bertutur kata dengan memilih milih kata yang benar. Tidak seperti dulu, sangatlah terbuka, bahkan sangat terbuka sampai-sampai kata -kata yang ia keluarkan tidak sempat Rina pilih saat bicara.
Sedangkan Rina, memperhatikan gaya bicara Andi yang sangat santai. Tidak seperti dulu, mungkin karena dulu label ketua osis SMP nya melekat pada diri Andi, jadi Andi lebih suka menjaga image nya. Sekarang, ia pun mengingat Rina yang dahulu tidak terlalu dekat dengannya. Berbincang hanya seperlunya saja, kalau mereka satu kelompok dalam suatu tugas yang diberikan dahulu. Mereka telah... Bertransformasi.

"Ini dia tujuan saya." ujar Rina yang memotong pembicaraan mereka berdua tentang tugas Matematika yang tidak bisa sama sekali dikerjakan Rina. Ya, Rina lemah di Matematika, sebaliknya, Andi sangat mahir di bidang itu.
"Oh... Hmm..."
"Saya pamit ya, Andi." ujar Rina lalu meninggalkan bus yang dinaikinya bersama Andi. Dalam hati Andi, ada penyesalan. Entah kenapa, Andi malah ingin mengenal lebih dekat sosok Rina yang sekarang. Dirinya menyaluti sikap Rina yang berubah menjadi lebih baik. Tapi, tidak dipungkiri, semua orang pasti berubah, terkadang perubahan itu disuka, terkadang tidak. Seperti sekarang ini, Andi yang tengah berdiri memandangi bayangan Rina yang perlahan menghilang, menyukai perubahannya yang tak disangka oleh Andi.

Comments

Popular posts from this blog

House of Tales Karya Jostein Gaarder: Kisah Cinta dalam Novel Tipis, Padat Isi

Dan aku menyadari bahwa aku tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tidak pula hanya untuk para kerabat dan sobat dekat. Aku bisa memelopori sebuah gagasan demi kepentingan seluruh umat manusia. House of Tales  atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Rumah Dongeng, memang menggambarkan sekali isi novel karya Jostein Gaarder ini. Novelnya yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisah hidup sang tokoh utama. Novel-novel Jostein Gaarder yang satu ini juga khas akan petualangan dan pemandangan alam dari negara kelahirannya atau dari negara-negara di Eropa. House of Tale diterbitkan pada tahun 2018, dan diterjemahkan serta diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2019. Manusia sering kali menempuh jalan berbelit-belit sebelum saling berhubungan secara langsung. Tak banyak jiwa yang dianugerahi kemampuan untuk bisa lugas tanpa basa-basi: "Hai kamu! Kita kenalan, yuk!" Tokoh utama, Albert, tak sangka dapat memberikan rasa pada se...

Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi: Menjadi Jujur dan Tak Serakah

"Perjalanan hidupku yang berliku mengajarkan kesadaran kepadaku bahwa peran dan tanggung jawab manusia itu terus dipertukarkan Allah, dari yang paling atas, bisa dilempar ke peran paling bawah." Itulah sepenggal kalimat yang saya ingat dari novel berjudul Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan tahun 2019 lalu. Kalimat tersebut saya kaitkan dengan judul dari ulasan buku dari novel ini sendiri. Saya suka penggalaman tersebut karena menggambarkan sosok pemeran utama Lafran Pane yang ditulis oleh Uda Ahmad Fuadi dalam novel ini. Novel ini memberikan cerita perjalanan hidup Lafran Pane, sang pendiri organisasi besar di Indonesia bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Berlatar belakang waktu penjajahan Belanda dan Jepang, novel ini bercerita tentang kehidupan Lafran Pane sedari kecil yang sudah ditinggal sang Ibu, dan ia harus diurus dan tinggal dengan sang Nenek. Ia merasa 'agak' dikekang dan diatur hidupnya jika ia harus hidup deng...

OneRepublic FF Part 28 (Second of The Last Part)

HERE WE ARE Rose’s “Mana ya Natasha. Dia tidak mengirimkanku sms sama sekali. Ku pikir dia akan telat, sayang.” Ujarku pada Brent. Kami hari ini pulang dari Dublin sehabis liburan. Aku di Dublin sekitar 10 hari. “Mungkin saja telat dia, sabarlah sayang.” Ujarnya padaku. “Baiklah..” ujarku sambil mengecek Iphoneku. “Rose’s…” ujar seseorang berteriak dari ruang lain. Aku melihat dari kerumunan orang di Bandara ternyata itu adalah Natasha. Natasha dengan seorang lelaki. Aku seperti mengenalnya. Ahh, ternyata dia… “Natasha, aku sangat merindukanmu.” Ujarku padanya sambil memeluknya. “Hey, aku terkaget kau dengannya.” Ujarku sambil melirikkan mataku kea rah lelaki yang dibawa b bersama Nat. Ternyata Nat, membawa Gary. “Iya, kau jadi tahu sekarang.” Ujar Nat malu. “Jadi kau…” ujarku sambil menunjuk Gary. “Iya, kami sudah berpacaran.” Celetuk Gary. “Ahhh..” jawabku mengiyakan. “Bagaimana liburan kalian ?” ujar Nat mengubah pembicaraan. Dia mungkin malu menceritakannya bersama k...