Panas terik telah membuat wajah Rina diselimuti banyak air yang dihasilkan tubuhnya. Seraya mengambil kain untuk membasuh kering wajahnya, seseorang dari arah belakang memanggilnya cukup kencang lalu Rina langsung menoleh kearah orang tersebut.
"Andi!" ujanya pelan. Pria itu dengan cepat menghampirinya.
"Rina! Apa kabar?" tanpa malu pria itu memberikan tangan kanannya untuk berjabat tangan. Rina mengerutkan dahinya, sempat agak lama berpikir dengan perlakuan Andi, lalu Rina akhirnya membalas jabat tangan itu. Andi tersenyum puas.
"Saya baik." jawab Rina selanjutnya. Andi makin tersenyum.
"Sedang apa di halte bus ini?"
"Menunggu angkutan menuju kantorku yang ada di daerah Jl. D.I Panjaitan." Ujarnya membalas pertanyaan Andi. Mereka sama - sama menunggu bus di salah satu halte bus transjakarta di kawasan PGC.
"Oh, sudah bekerja berapa lama?" lanjut Andi.
"Satu tahun kurang lebih." jawab Rina seraya menghapus keringatnya dengan kain yang dibawanya yang berwarna biru.
"Wow." ujar Andi menghapus keheningan yang ditinggalkan mereka berdua. Mereka kini telah masuk ke dalam salah satu bus transjakarta yang herannnya tidak terlalu ramai di pukul delapan kala itu.
"Kenapa?" tanya Rina bingung.
"People's change."
"Ya begitulah." Rina menatap kosong pemandangan yang ada di luar jendela. Mereka pun melanjutkan percakapan dengan kenangan-kenangan yang mereka pernah jalin dahulu ketika SMP.
Andi yang saat itu berbincang dengan Rina sambil mengamati penampilannya. Rina berubah, maka dari itu dia berkata people's change secara spontan. Rina saat ini sedikit pemalu, memakai penutup kepala sebagai salah satu kewajiban wanita muslimah, bertutur kata dengan memilih milih kata yang benar. Tidak seperti dulu, sangatlah terbuka, bahkan sangat terbuka sampai-sampai kata -kata yang ia keluarkan tidak sempat Rina pilih saat bicara.
Sedangkan Rina, memperhatikan gaya bicara Andi yang sangat santai. Tidak seperti dulu, mungkin karena dulu label ketua osis SMP nya melekat pada diri Andi, jadi Andi lebih suka menjaga image nya. Sekarang, ia pun mengingat Rina yang dahulu tidak terlalu dekat dengannya. Berbincang hanya seperlunya saja, kalau mereka satu kelompok dalam suatu tugas yang diberikan dahulu. Mereka telah... Bertransformasi.
"Ini dia tujuan saya." ujar Rina yang memotong pembicaraan mereka berdua tentang tugas Matematika yang tidak bisa sama sekali dikerjakan Rina. Ya, Rina lemah di Matematika, sebaliknya, Andi sangat mahir di bidang itu.
"Oh... Hmm..."
"Saya pamit ya, Andi." ujar Rina lalu meninggalkan bus yang dinaikinya bersama Andi. Dalam hati Andi, ada penyesalan. Entah kenapa, Andi malah ingin mengenal lebih dekat sosok Rina yang sekarang. Dirinya menyaluti sikap Rina yang berubah menjadi lebih baik. Tapi, tidak dipungkiri, semua orang pasti berubah, terkadang perubahan itu disuka, terkadang tidak. Seperti sekarang ini, Andi yang tengah berdiri memandangi bayangan Rina yang perlahan menghilang, menyukai perubahannya yang tak disangka oleh Andi.
"Andi!" ujanya pelan. Pria itu dengan cepat menghampirinya.
"Rina! Apa kabar?" tanpa malu pria itu memberikan tangan kanannya untuk berjabat tangan. Rina mengerutkan dahinya, sempat agak lama berpikir dengan perlakuan Andi, lalu Rina akhirnya membalas jabat tangan itu. Andi tersenyum puas.
"Saya baik." jawab Rina selanjutnya. Andi makin tersenyum.
"Sedang apa di halte bus ini?"
"Menunggu angkutan menuju kantorku yang ada di daerah Jl. D.I Panjaitan." Ujarnya membalas pertanyaan Andi. Mereka sama - sama menunggu bus di salah satu halte bus transjakarta di kawasan PGC.
"Oh, sudah bekerja berapa lama?" lanjut Andi.
"Satu tahun kurang lebih." jawab Rina seraya menghapus keringatnya dengan kain yang dibawanya yang berwarna biru.
"Wow." ujar Andi menghapus keheningan yang ditinggalkan mereka berdua. Mereka kini telah masuk ke dalam salah satu bus transjakarta yang herannnya tidak terlalu ramai di pukul delapan kala itu.
"Kenapa?" tanya Rina bingung.
"People's change."
"Ya begitulah." Rina menatap kosong pemandangan yang ada di luar jendela. Mereka pun melanjutkan percakapan dengan kenangan-kenangan yang mereka pernah jalin dahulu ketika SMP.
Andi yang saat itu berbincang dengan Rina sambil mengamati penampilannya. Rina berubah, maka dari itu dia berkata people's change secara spontan. Rina saat ini sedikit pemalu, memakai penutup kepala sebagai salah satu kewajiban wanita muslimah, bertutur kata dengan memilih milih kata yang benar. Tidak seperti dulu, sangatlah terbuka, bahkan sangat terbuka sampai-sampai kata -kata yang ia keluarkan tidak sempat Rina pilih saat bicara.
Sedangkan Rina, memperhatikan gaya bicara Andi yang sangat santai. Tidak seperti dulu, mungkin karena dulu label ketua osis SMP nya melekat pada diri Andi, jadi Andi lebih suka menjaga image nya. Sekarang, ia pun mengingat Rina yang dahulu tidak terlalu dekat dengannya. Berbincang hanya seperlunya saja, kalau mereka satu kelompok dalam suatu tugas yang diberikan dahulu. Mereka telah... Bertransformasi.
"Ini dia tujuan saya." ujar Rina yang memotong pembicaraan mereka berdua tentang tugas Matematika yang tidak bisa sama sekali dikerjakan Rina. Ya, Rina lemah di Matematika, sebaliknya, Andi sangat mahir di bidang itu.
"Oh... Hmm..."
"Saya pamit ya, Andi." ujar Rina lalu meninggalkan bus yang dinaikinya bersama Andi. Dalam hati Andi, ada penyesalan. Entah kenapa, Andi malah ingin mengenal lebih dekat sosok Rina yang sekarang. Dirinya menyaluti sikap Rina yang berubah menjadi lebih baik. Tapi, tidak dipungkiri, semua orang pasti berubah, terkadang perubahan itu disuka, terkadang tidak. Seperti sekarang ini, Andi yang tengah berdiri memandangi bayangan Rina yang perlahan menghilang, menyukai perubahannya yang tak disangka oleh Andi.
Comments
Post a Comment