Dia yang Baru
Lelaki yang dahulunya sangat ramah, menceritakan segala macam keluh kesahnya dan berbagi kebahagiaan bersama, berubah menjadi sosok yang mempunyai tembok cukup besar. Berusaha menjauh, berusaha menjaga perasaan, dan berusaha untuk menyibukkan diri agar tak diganggu oleh sang wanita yang sepertinya masih membayanginya.
Dia yang Baru
Dahulu dikenal pendiam. Tak mau mengurusi urusan orang lain. Tapi, kenyataannya dia menjadi 'sedikit' lebih berani untuk menghadapi beberapa hal dalam kehidupannya sekarang. Kehidupannya menjadi lebih keras, kehidupan yang membutuhkan banyak kekuatan mental dan fisik, dan kehidupan yang membuatnya lebih berani berpikir dan berani berpendapat.
Dia yang Baru
Sudah lama tak bertemu dengan seorang wanita muda berusia di awal dua puluh tahunan. Lelaki itu terkejut dengan kedatangan wanita yang dulunya dikenal amat sangat 'tomboy'. Datang-datang wanita itu meminta maaf padanya. Tak tahu apa yang terjadi pada wanita itu. Heran, pasti. Tetapi dia tak mau menghiraukannya.
Dia yang Baru
Lebih berpikir realistis. Menjadi wanita yang selalu menunggu. Tapi hatinya adalah hati batu, yang lama-lama juga akan terkikis terkena tetesan air mata yang selalu dideraikannya secara sia-sia. Hati batu itu lama-lama terkikis, membuat wanita itu menjadi realistis, buat apa menunggu? Lebih baik menjadi diri sendiri, dan membaur daripada harus menyendiri tapi diselubungi sunyi.
Dia yang Baru
Empat teman dekat yang semakin dekat ketika akhir masa pembelajaran di suatu lembaga. Kenapa pada saat di akhir mereka akhirnya lebih dekat, tapi kenapa pula harus memikirkan harus di akhir atau di awal. Toh, inti dari pertemanan adalah saling berbagi. Biarpun terkadang pertemanan itu seperti karet, tapi lama kelamaan, ada saja yang akan menyambungkan semua karet itu menjadi satu ikatan yang kuat.
Dia yang Baru
Jadi lebih peduli. Peduli dengan orang-orang yang tidak diketahuinya sebelumnya. Toh, berbuat baik harus kepada siapa saja, sebuah investasi, yang nantinya ada masa timbal baliknya. Tak tahu apa yang terjadi pada wanita ini, sehingga dia hanya memikirkan kepedulian yang harus ia buat untuk semua orang. Karma, ya, karena karma ia menjadi peduli.
Lelaki yang dahulunya sangat ramah, menceritakan segala macam keluh kesahnya dan berbagi kebahagiaan bersama, berubah menjadi sosok yang mempunyai tembok cukup besar. Berusaha menjauh, berusaha menjaga perasaan, dan berusaha untuk menyibukkan diri agar tak diganggu oleh sang wanita yang sepertinya masih membayanginya.
Dia yang Baru
Dahulu dikenal pendiam. Tak mau mengurusi urusan orang lain. Tapi, kenyataannya dia menjadi 'sedikit' lebih berani untuk menghadapi beberapa hal dalam kehidupannya sekarang. Kehidupannya menjadi lebih keras, kehidupan yang membutuhkan banyak kekuatan mental dan fisik, dan kehidupan yang membuatnya lebih berani berpikir dan berani berpendapat.
Dia yang Baru
Sudah lama tak bertemu dengan seorang wanita muda berusia di awal dua puluh tahunan. Lelaki itu terkejut dengan kedatangan wanita yang dulunya dikenal amat sangat 'tomboy'. Datang-datang wanita itu meminta maaf padanya. Tak tahu apa yang terjadi pada wanita itu. Heran, pasti. Tetapi dia tak mau menghiraukannya.
Dia yang Baru
Lebih berpikir realistis. Menjadi wanita yang selalu menunggu. Tapi hatinya adalah hati batu, yang lama-lama juga akan terkikis terkena tetesan air mata yang selalu dideraikannya secara sia-sia. Hati batu itu lama-lama terkikis, membuat wanita itu menjadi realistis, buat apa menunggu? Lebih baik menjadi diri sendiri, dan membaur daripada harus menyendiri tapi diselubungi sunyi.
Dia yang Baru
Empat teman dekat yang semakin dekat ketika akhir masa pembelajaran di suatu lembaga. Kenapa pada saat di akhir mereka akhirnya lebih dekat, tapi kenapa pula harus memikirkan harus di akhir atau di awal. Toh, inti dari pertemanan adalah saling berbagi. Biarpun terkadang pertemanan itu seperti karet, tapi lama kelamaan, ada saja yang akan menyambungkan semua karet itu menjadi satu ikatan yang kuat.
Dia yang Baru
Jadi lebih peduli. Peduli dengan orang-orang yang tidak diketahuinya sebelumnya. Toh, berbuat baik harus kepada siapa saja, sebuah investasi, yang nantinya ada masa timbal baliknya. Tak tahu apa yang terjadi pada wanita ini, sehingga dia hanya memikirkan kepedulian yang harus ia buat untuk semua orang. Karma, ya, karena karma ia menjadi peduli.
Comments
Post a Comment