Skip to main content

OneRepublic FF Part 7



ONE REPUBLIC’S CONCERT
Rose’s
“Siap ?” Ujar James. “Siap…” ujar kami berbarengan. Aku pun berjalan menggunakan mobil Laurent. PInjaman dari kakaknya. Gary yang membawa mobil Laurent. Aku duduk bertiga bersama Laurent dan Daniela di belakang, dan di depan ada James yang menemani Gary. Kami berlima senang sekali. Karena kami akan menonton konser band yang sudah menjadi langganan toko kami. Sampailah kami sekitar pukul lima sore. Gerbang konser akan dibuka dua jam lagi, kami memutuskan untuk mengunjungi salah satu kedai di dekat venue konser.
“Bayar ini masing – masing ya…” ujar James. “Hmm, baiklah..” ujar Daniela sambil menunduk. Kali ini kami harus makan masing – masing karena konser kami kan sudah dibayarkan oleh toko yang di pimpin James. Kami makan bersama sambil bercengkrama.
“Wah, Rose akan melihat cowok kenalannya nih..” Ujar Laurent membuka pembicaraan. “Hey, dia adalah teman lamaku, Laurent.” Ujarku membalas. “Ya, aku tahu, tapi mungkin saja perasaan kali ini berbeda.” Ujar Laurent lagi. “Ahhh, sudahlah..” ujarku menyerah. “Sudah, cepat habiskan makanan kalian, lalu kita masuk ke tempat konser, kita tidak mau kehilangan tempat paling depan kan ?” ujar James mengingatkan. Kami makan secepat yang kami bisa. Selesai membayar makanan itu, James bergabung dengan kami lalu berjalan bersama menuju Venue. Tempat konser sudah ramai, ini adalah konser kampong halaman dari OneRepublic. Tidak heran jika tempatnya ramai. Kami pun masuk lalu berlari menuju tempat yang paling depan agar OneRepublic dapat terlihat jelas saat kami menonton mereka. Gary menarik tanganku agar tidak hilang jalan. Kencang. Aku anggap biasa.
“Akhirnya kita dapat di tempat paling depan juga ya.” Ujar Daniela. Kami pun bersorak ketika OneRepublic masuk. Jelas sekali terlihat Brent disana. Dia terlihat berbeda ketika album pertama dan kedua. Rambutnya di potong habis. Dia sudah bosan mungkin dengan rambut kribonya atau dia sudah bosan terganggu dengan rambut kribonya itu “hahaha” aku tertawa dalam hati. Tak sengaja dia melihatku. Aku bingung dia melihatku cukup lama. Perutku mencelos. Aku langsung membuang muka ke arah Eddie, drummer band OneRepublic. Aku bersorak sangat kencang sama seperti keempat teman – temanku. Kami bernyanyi bersama OneRepublic. Ya, walaupun aku tidak hafal semua lagu mereka, tapi aku senang dengan music mereka. Lagu yang aku hafal hanya Apologize, All The Right Moves, dan Secret, selebihnya aku tidak hafal. Brent terlihat menarik hari itu. Tapi aku takut menatapnya lagi. Takut tatapannya masuk kehatiku.

Brent’s
Aku melihatnya. Aku melihat Rose menatapku, lalu aku melihatnya kembali membalas tatapannya itu. Tapi apakah ini sebuah perasaan yang bergejolak. Dulu ketika SD aku adalah orang yang hampir dekat dengannya. Karena kami satu ekskul, ekskul kami adalah music. Jadi aku kenal dia cukup dekat. Dia berubah sekali, dia terlihat lebih cantik dengan rambut panjangnya.
Selesailah sudah konser malam itu. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh penonton dari Denver yang pastinya semua tahu kami, bahwa kami adalah band yang berasal dari kota yang indah ini. Aku pun membereskan Cello dan Bass, sedangkan yang lain juga. Kru kami memberikan handuk satu persatu untuk kami. Sempurna! Itulah kesanku malam itu untuk seluruh penggemar kami yang datang hari itu. Aku sampai bingung dibuatnya.
“Aku ingin manggung sekali lagi untuk Denver. Dari sinilah kita bisa terkenal.” Ujar Ryan membuka pembicaraan. “Ya, kau benar sekali, tadi itu keren sekali.” Sambung Zach. Aku hanya mendengarkan pembicaraan mereka berempat. Tak tahu kenapa, aku jadi memikirkan Rose. Dalam hatiku aku bertanya, bagaimana bisa aku bertemu Rose lagi, setelah sekian lama dia tak ada kabar.
“Hey, Jangan diam saja.” Ujar Eddie mengagetkanku. “Hey, maaf.” Ujarku sambil tersenyum padanya lalu meminum air mineral yang aku pegang. “Sedang memikirkan apa ? Hari ini kita sukses besar ya, Brent ?” tanyanya padaku. “Aku, tidak, aku sedang tidak memikirkan apa – apa, ya kau benar, kita sukses besar hari ini.” Jawabku untuknya. “Hmm, tidak mungkin, yasudah, terserah kau memikirkan siapa, yang jelas dua hari lagi kita akan ke Kanada, aku hanya memberitahukan jadwal kita.” Ujar Eddie lagi. “Baiklah tenang saja.” Ujarku. Eddie mengganggu lamunanku saja sih. Ahhh, sudahlah, aku ingin istirahat saja, tempat tidur rumahku, aku datang…

Rose’s
Malam ini OneRepublic keren sekali. “Wow. Keren banget mereka, tak sabar menunggu mereka datang lagi ke toko kita.” Ujar Laurent. “Aku menunggu Brent” ujar Daniela. “Aku menunggu Eddie. Hahaha.” Tawa Laurent renyah. “Hey, Brent sudah mengincar Rose.” Ujar James. “Biarkan saja, yang penting aku bertemu dengannya, tak apa kan Rose ?” tanya Daniela padaku. “Tak apa, aku senang jika kau senang, aku doakan supaya Brent datang secepatnya ke toko kita.” Ujarku menyenangkan Daniela. “Ahhh, Rose saja bilang tak apa, aku benar – benar tak sabar.” Aku hanya bisa tersenyum kepada Daniela dan yang lainnya. Tiba – tiba dan lagi – lagi aku ingat pada Dad, apa yang sedang dia lakukan malam ini ya ketika aku bersenang – senang dengan teman – temanku ?

Comments

Popular posts from this blog

House of Tales Karya Jostein Gaarder: Kisah Cinta dalam Novel Tipis, Padat Isi

Dan aku menyadari bahwa aku tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tidak pula hanya untuk para kerabat dan sobat dekat. Aku bisa memelopori sebuah gagasan demi kepentingan seluruh umat manusia. House of Tales  atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Rumah Dongeng, memang menggambarkan sekali isi novel karya Jostein Gaarder ini. Novelnya yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisah hidup sang tokoh utama. Novel-novel Jostein Gaarder yang satu ini juga khas akan petualangan dan pemandangan alam dari negara kelahirannya atau dari negara-negara di Eropa. House of Tale diterbitkan pada tahun 2018, dan diterjemahkan serta diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2019. Manusia sering kali menempuh jalan berbelit-belit sebelum saling berhubungan secara langsung. Tak banyak jiwa yang dianugerahi kemampuan untuk bisa lugas tanpa basa-basi: "Hai kamu! Kita kenalan, yuk!" Tokoh utama, Albert, tak sangka dapat memberikan rasa pada se...

Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi: Menjadi Jujur dan Tak Serakah

"Perjalanan hidupku yang berliku mengajarkan kesadaran kepadaku bahwa peran dan tanggung jawab manusia itu terus dipertukarkan Allah, dari yang paling atas, bisa dilempar ke peran paling bawah." Itulah sepenggal kalimat yang saya ingat dari novel berjudul Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan tahun 2019 lalu. Kalimat tersebut saya kaitkan dengan judul dari ulasan buku dari novel ini sendiri. Saya suka penggalaman tersebut karena menggambarkan sosok pemeran utama Lafran Pane yang ditulis oleh Uda Ahmad Fuadi dalam novel ini. Novel ini memberikan cerita perjalanan hidup Lafran Pane, sang pendiri organisasi besar di Indonesia bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Berlatar belakang waktu penjajahan Belanda dan Jepang, novel ini bercerita tentang kehidupan Lafran Pane sedari kecil yang sudah ditinggal sang Ibu, dan ia harus diurus dan tinggal dengan sang Nenek. Ia merasa 'agak' dikekang dan diatur hidupnya jika ia harus hidup deng...

OneRepublic FF Part 28 (Second of The Last Part)

HERE WE ARE Rose’s “Mana ya Natasha. Dia tidak mengirimkanku sms sama sekali. Ku pikir dia akan telat, sayang.” Ujarku pada Brent. Kami hari ini pulang dari Dublin sehabis liburan. Aku di Dublin sekitar 10 hari. “Mungkin saja telat dia, sabarlah sayang.” Ujarnya padaku. “Baiklah..” ujarku sambil mengecek Iphoneku. “Rose’s…” ujar seseorang berteriak dari ruang lain. Aku melihat dari kerumunan orang di Bandara ternyata itu adalah Natasha. Natasha dengan seorang lelaki. Aku seperti mengenalnya. Ahh, ternyata dia… “Natasha, aku sangat merindukanmu.” Ujarku padanya sambil memeluknya. “Hey, aku terkaget kau dengannya.” Ujarku sambil melirikkan mataku kea rah lelaki yang dibawa b bersama Nat. Ternyata Nat, membawa Gary. “Iya, kau jadi tahu sekarang.” Ujar Nat malu. “Jadi kau…” ujarku sambil menunjuk Gary. “Iya, kami sudah berpacaran.” Celetuk Gary. “Ahhh..” jawabku mengiyakan. “Bagaimana liburan kalian ?” ujar Nat mengubah pembicaraan. Dia mungkin malu menceritakannya bersama k...