NATIVE
Brent’s
Hari ini Rose pulang. Hari ini juga
Native keluar di pasaran. Hari ini juga aku merasa kesepian dan merasa kalau
janjiku tak bisa aku tepati untuknya karena seorang yang sialan menurutku. Hari
ini aku bersiap untuk launching Native bersama seluruh Member. Aku
mempersiapkan peralatan musikku. Karena kami juga akan manggung setelah
melaunching Native.
“Sudah siap ?” ujar Ryan. Aku pun tak
menjawab. Eddie yang menjawab. “Sudah, sudah siap semua.” “Baiklah ayo kita
berangkat.” Sambung Drew. “Ayo Brent, semangatlah..” ujar Zach padaku. Memang
Zach yang tahu tentang masalahku. “Yap. Aku akan coba.” Ujarku padanya. Kami
pun berangkat.
Setelah perjalanan satu jam menuju
venue, kami pun sampai. Venue cukup ramai. Banyak fans yang sudah menunggu. Sudah
siap juga aku dengan tour America.
“Terima kasih telah datang semuanya.
Native hari ini resmi di luncurkan.” Ujar Ryan sambil menyapa para fans kami.
Aku tersenyum. Aku teringat Rose lagi. Diantara para penonton aku seperti
melihat sosok Rose. Tapi mungkin hanya halusinasiku saja. Kami pun melanjutkan
konser kami malam itu.
Rose’s
Malam ini adalah malam yang besar untuk
Brent. Native keluar hari ini. Aku sebenarnya ingin memberinya selamat tapi aku
belum menghubunginya sama sekali sejak kami putus. Atau menurutku aku lah yang
memulai kami untuk putus. Aku terpaksa putus dari dia. Terpaksa, tapi hati ini
masih mencintainya.
“Sudah semua Rose ?” ujar Dad tiba –
tiba dan membuyarkan lamunanku. “Hah ? Dad. Oh ya sudah semua kok, tinggal
diangkat saja koperku. Aku mohon bantuanmu Dad.” Ujarku padanya. Ketika aku
berdiri Dad tiba – tiba duduk. “Kenapa kau duduk ? Masih ada perlu denganku ?”
ujarku padanya. “Duduklah Rose, aku ingin bicara padamu sebelum pergi.” Ujar
Dad dengan wajah serius.
“Kenapa Dad ? Ada masalah ?” ujarku
bertanya. Kami duduk berdua bersandingan. “Aku akan merindukanmu lagi, karena
kau lah yang aku punya satu – satunya.” Ujarnya agak bergetar dengan suaranya,
yang aku pikir ia akan menangis. “Ya Dad, aku tahu, tapi aku harus kembali, aku
masih punya tanggung jawab.” Ujarku sambil memeluk Dad. “Dad mengerti akan hal
itu. Tapi jangan lupa ya untuk selalu menghubungiku jika kau punya waktu
kosong. Jaga kesehatanmu. Aku disini selalu mencemaskanmu. Oh iya, apa kau
dapat pacar disana ?” ujarnya tiba – tiba. Aku langsung melepas pelukanku dari
Dad. Dad melihatku heran. Aku jadi teringat Brent lagi. “Hmm, kami sudah tidak
bersama. Tapi itu bukanlah masalah bagiku. Aku masih ingin sendiri.” Ujarku
singkat. “Baiklah jika kau tidak mau cerita panjang lebar. Dad mengerti.
Yasudah, kita berangkat sekarang, aku tidak mau kau ketinggalan pesawat.” Ujar
Dad. Ahh, Dad memang selalu mengerti hatiku. Mengerti kalau aku tidak mau
mengingat Brent lagi. Aku tahu aku jahat. Tapi ini aku harus lakukan, semua ini
juga demi Brent. “Aku siap Dad.” Senyumku padanya lalu aku berangkat. Denver,
aku datang lagi.
Brent’s
Sudah sampai belum ya Rose. Aku ingin
cepat ke flatnya. Ah, tapi ini sudah malam, lebih baik aku tidur saja, besok
sore baru aku ke flatnya. Rose, jika kau
bisa merasakan hatiku, hatiku ini sangat merindukanmu. Merindukan tawamu,
kelembutanmu. Aku ingin meraihmu tapi tak bisa.
Comments
Post a Comment