Skip to main content

OneRepublic FF Part 18



SAN FRANCISCO. IN A WEEK.

Rose’s
Aku keluar dari  ruang check out bandara setelah tiketku di periksa oleh petugas bandara itu. Aku senang sekali bisa menghirup udara San Francisco lagi. Aku pun berjalan menuju ruang penjemputan bandara. Ketika aku berjalan menunduk aku tak melihat jalan. Aku asik dengan Iphone ku. “Bruk..” Haduh. Aku menabrak seseorang.
“Maaf, aku tak sengaja, barang yang kau pegang jadi jatuh.” Ujarku panic lalu menolong orang itu membereskan barang2nya. “Tidak apa, aku juga minta maaf ya, barang – barangku banyak.” Ujarnya setelahku. “Iya… Tapi….” Aku menengok dirinya, dan aku tertegun dengan wajah manisnya. “Hmm, Tidak apa, aku baik – baik saja kok.” Ujarnya lagi. Aku dan dirinya berbarengan berdiri setelah mengambil barang-barangnya.
“Maaf ya, aku terburu – buru..” ujarnya lalu berlalu dariku. “Dan, yak, terima kasih atas bantuanmu.” Ujarnya lagi dengan tersenyum. “Sama – sama..” ujarku tersenyum juga. Ahhh, dia manis, tapi…
Aku pun melupakan kejadian tadi. Aku sedikit berlari menuju ruang penjemputan penumpang. Aku mencari – cari dimana ayahku. Pastilah ayahku membawa papan namaku untuk menjemputku. Aku berhenti sejenak. Aku mencari namaku. Ternyata ada. Aku berujar senang. “Dad….” Aku berteriak lalu memeluknya. “Halo sayang, aku sangat amat merindukanmu.” Ujar ayahku. “Aku menangis sebelum berangkat kesini, Dad.” Ujarku lagi. “Tenang saja, kau sudah bersama Dad disini.” Ujar ayahku lagi. Aku pun melepaskan pelukanku. Aku keluar dari ruang jemputan yang dipisahkan oleh pembatas pagar. “Perjalanan yang melelahkan hati Dad, badanku sih tidak terlalu lelah. Aku minta maaf ya baru bisa pulang sekarang. Tapi aku hanya bisa seminggu saja disini.” Ujarku menjelaskan. “Tidak apa yang penting ada quality time diantara kita.” Ujar ayah. “Terima kasih, Dad.” Ujarku tenang. Aku pun tertawa bersama Dad. Aku pun bersama Dad menuju mobil Dad. Membereskan barang – barangku. Lalu naik mobil Dad.
Sampailah aku dirumah. Mencium wewangian bunga dari taman yang dulu di taman Mom, aku membantunya merawat dan menanam beberapa bunga disini juga. “Masih kau rawat ya ? Buktinya tidak ada yang layu.” Ujarku pada Dad. “Iya, aku merawatnya, kau tenang saja.” Ujar Dad. Aku tersenyum senang. “Terima kasih Dad. Pasti Mom senang.” Ujarku menunduk. Aku jadi mengingat kembali memoriku dengan Mom ketika menanam bunga bersama. Aku ingat waktu itu aku masih SMP. Mom, minta aku untuk membeli beberapa benih yang ia catat di suatu kertas. Lalu aku membelinya dengan menaiki sepeda. Kejadiannya tidak lama setelah aku pindah ke San Francisco.
“Sudahlah, ayo kita masuk. Kau baru sampai.” Ujar Dad tiba – tiba. “Baiklah..” ujarku lesu. “Aku sudah menyiapkan pasta, aku tak tahu kau suka atau tidak, tapi yang jelas aku berusaha sekali membuat makanan itu.” Ujar Dad lagi. “Benarkah ? Kebetulan aku juga lapar. Makanan di pesawat hanya mengganjal perutku Dad. Hahaha.” Ujarku tertawa renyah. “Hahaha, seperti biasa ya Nak, kau selalu lapar. Ayolah masuk. Aku juga sudah membereskan kamarmu.” Ujar Dad lagi. Dad terlalu baik. Mungkin ini karena aku sudah lama tak pulang. Jadilah dia membuat semuanya special. “Baiklah terima kasih lagi Dad. Aku menyayangimu.” Ciumku ke pipi kanan Dad. “Aku juga.” Senyumnya lalu kami masuk.

Brent’s
Aku melajukan mobilku secara cepat, bergegas ke rumah Rose setelah mendengar keterangan Jahat dari Rebecca. Maksud dia apa ? Aku tidak ada urusan lagi dengan Rebecca. Rebecca begitu jahat. Memang sudah aku duga. Aku pun sampai dan memarkirkan mobilku di depan Flat Rose.
Aku turun lalu masuk melalui pintu utama. Flat Rose tingkat dan Flat nya berada di lantai dua. Aku naik keatas secara cepat. Aku berhenti di depan pintu Flat nya. Aku menghela nafas. “Tok.. Tok.. Tok..” aku mengetuk pintunya. Aku mengetuk berulang kali dan tidak ada jawaban. “Orangnya tidak ada, dia pergi sejak siang tadi, membawa koper.” Ujar seseorang di sebelah Flatnya. Tiba – tiba orangnya keluar. “Hah ? Brent ? Kau Brent dari OneRepublic kan ?” ujarnya padaku kaget. “Iya, kenapa ? Kau tahu kemana Rose ?” ujarku bertanya. “Oh, kau temannya Rose ? Beruntung sekali dia. Dia pergi. Membawa koper. Tapi dia tidak bilang padaku pergi kemana.” Ujarnya menjelaskan. “Hmm, baiklah, terima kasih ya.” Ujarku lalu pergi. “Hey, tunggu sebentar.” Ujar orang itu lagi lalu aku berhenti. Dia masuk ke dalam Flat nya lalu mengambil sebuah kaos. “Ini kaos adikku, dia adalah fans berat OneRepublic. Dia akan senang sekali jika kau mau menandatangani ini.” Ujarnya sambil menyerahkan kaos itu. Aku pun tersenyum lalu dia memberikanku pulpen lalu aku menandatanganinya. “Terima kasih banyak Brent. Aku Joe.” Ujarnya lagi memperkenalkan diri. “Okay, sama – sama Joe.” Ujarku lalu pergi. Berarti tujuan terakhir mencari Rose adalah di Golden Music Center. Aku melajukan mobilku cepat.
“Hai James, apa kabar kau ?” ujarku pada James dan tersenyum. “Aku baik. Ada apa kau kesini Brent ?” ujarnya bertanya. “Aku mencari Rose.” Ujarku singkat. “Rose ?” ujarnya. Lalu seketika Gary datang. “Dia mencari Rose.” Ujar James. “Rose ? Serius kau tidak tahu Rose kemana ?” tanya Gary padaku. “Aku tidak tahu makanya aku kemari.” Ujarku agak kesal. “Hmmm, dia kan ke San Francisco, Brent. Ku kira dia pamit padamu.” Ujar Gary. “Apa ?” ujarku kaget. “Serius nih.” Ujarku lagi. “Kami serius. Pergi seminggu mengunjungi ayahnya. Aku aneh dia tidak pamit padamu.” Ujar James. Mereka berdua saling berpandangan. “Yasudah terima kasih ya. Aku berhutang informasi padamu.” Ujarku. “Telepon saja dia.” Ujar Gary. “Baiklah, aku pergi dulu ya.” Ujarku sambil tersenyum lalu pergi dari toko itu. Aku segera menaiki mobilku. Aku ingin pulang kerumah dan segera menghubungi Rose. Rose, kau kok tiba – tiba pergi ketika aku ingin menjelaskan semuanya. Bagiku seminggu itu lama tanpamu.

Comments

Popular posts from this blog

House of Tales Karya Jostein Gaarder: Kisah Cinta dalam Novel Tipis, Padat Isi

Dan aku menyadari bahwa aku tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tidak pula hanya untuk para kerabat dan sobat dekat. Aku bisa memelopori sebuah gagasan demi kepentingan seluruh umat manusia. House of Tales  atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Rumah Dongeng, memang menggambarkan sekali isi novel karya Jostein Gaarder ini. Novelnya yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisah hidup sang tokoh utama. Novel-novel Jostein Gaarder yang satu ini juga khas akan petualangan dan pemandangan alam dari negara kelahirannya atau dari negara-negara di Eropa. House of Tale diterbitkan pada tahun 2018, dan diterjemahkan serta diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2019. Manusia sering kali menempuh jalan berbelit-belit sebelum saling berhubungan secara langsung. Tak banyak jiwa yang dianugerahi kemampuan untuk bisa lugas tanpa basa-basi: "Hai kamu! Kita kenalan, yuk!" Tokoh utama, Albert, tak sangka dapat memberikan rasa pada se...

Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi: Menjadi Jujur dan Tak Serakah

"Perjalanan hidupku yang berliku mengajarkan kesadaran kepadaku bahwa peran dan tanggung jawab manusia itu terus dipertukarkan Allah, dari yang paling atas, bisa dilempar ke peran paling bawah." Itulah sepenggal kalimat yang saya ingat dari novel berjudul Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan tahun 2019 lalu. Kalimat tersebut saya kaitkan dengan judul dari ulasan buku dari novel ini sendiri. Saya suka penggalaman tersebut karena menggambarkan sosok pemeran utama Lafran Pane yang ditulis oleh Uda Ahmad Fuadi dalam novel ini. Novel ini memberikan cerita perjalanan hidup Lafran Pane, sang pendiri organisasi besar di Indonesia bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Berlatar belakang waktu penjajahan Belanda dan Jepang, novel ini bercerita tentang kehidupan Lafran Pane sedari kecil yang sudah ditinggal sang Ibu, dan ia harus diurus dan tinggal dengan sang Nenek. Ia merasa 'agak' dikekang dan diatur hidupnya jika ia harus hidup deng...

OneRepublic FF Part 28 (Second of The Last Part)

HERE WE ARE Rose’s “Mana ya Natasha. Dia tidak mengirimkanku sms sama sekali. Ku pikir dia akan telat, sayang.” Ujarku pada Brent. Kami hari ini pulang dari Dublin sehabis liburan. Aku di Dublin sekitar 10 hari. “Mungkin saja telat dia, sabarlah sayang.” Ujarnya padaku. “Baiklah..” ujarku sambil mengecek Iphoneku. “Rose’s…” ujar seseorang berteriak dari ruang lain. Aku melihat dari kerumunan orang di Bandara ternyata itu adalah Natasha. Natasha dengan seorang lelaki. Aku seperti mengenalnya. Ahh, ternyata dia… “Natasha, aku sangat merindukanmu.” Ujarku padanya sambil memeluknya. “Hey, aku terkaget kau dengannya.” Ujarku sambil melirikkan mataku kea rah lelaki yang dibawa b bersama Nat. Ternyata Nat, membawa Gary. “Iya, kau jadi tahu sekarang.” Ujar Nat malu. “Jadi kau…” ujarku sambil menunjuk Gary. “Iya, kami sudah berpacaran.” Celetuk Gary. “Ahhh..” jawabku mengiyakan. “Bagaimana liburan kalian ?” ujar Nat mengubah pembicaraan. Dia mungkin malu menceritakannya bersama k...