SAN FRANCISCO. IN A WEEK.
Rose’s
Aku keluar dari ruang check out bandara setelah tiketku di
periksa oleh petugas bandara itu. Aku senang sekali bisa menghirup udara San
Francisco lagi. Aku pun berjalan menuju ruang penjemputan bandara. Ketika aku
berjalan menunduk aku tak melihat jalan. Aku asik dengan Iphone ku. “Bruk..”
Haduh. Aku menabrak seseorang.
“Maaf, aku tak sengaja, barang yang kau
pegang jadi jatuh.” Ujarku panic lalu menolong orang itu membereskan
barang2nya. “Tidak apa, aku juga minta maaf ya, barang – barangku banyak.”
Ujarnya setelahku. “Iya… Tapi….” Aku menengok dirinya, dan aku tertegun dengan
wajah manisnya. “Hmm, Tidak apa, aku baik – baik saja kok.” Ujarnya lagi. Aku
dan dirinya berbarengan berdiri setelah mengambil barang-barangnya.
“Maaf ya, aku terburu – buru..” ujarnya
lalu berlalu dariku. “Dan, yak, terima kasih atas bantuanmu.” Ujarnya lagi
dengan tersenyum. “Sama – sama..” ujarku tersenyum juga. Ahhh, dia manis, tapi…
Aku pun melupakan kejadian tadi. Aku
sedikit berlari menuju ruang penjemputan penumpang. Aku mencari – cari dimana
ayahku. Pastilah ayahku membawa papan namaku untuk menjemputku. Aku berhenti
sejenak. Aku mencari namaku. Ternyata ada. Aku berujar senang. “Dad….” Aku
berteriak lalu memeluknya. “Halo sayang, aku sangat amat merindukanmu.” Ujar
ayahku. “Aku menangis sebelum berangkat kesini, Dad.” Ujarku lagi. “Tenang
saja, kau sudah bersama Dad disini.” Ujar ayahku lagi. Aku pun melepaskan
pelukanku. Aku keluar dari ruang jemputan yang dipisahkan oleh pembatas pagar.
“Perjalanan yang melelahkan hati Dad, badanku sih tidak terlalu lelah. Aku
minta maaf ya baru bisa pulang sekarang. Tapi aku hanya bisa seminggu saja
disini.” Ujarku menjelaskan. “Tidak apa yang penting ada quality time diantara
kita.” Ujar ayah. “Terima kasih, Dad.” Ujarku tenang. Aku pun tertawa bersama
Dad. Aku pun bersama Dad menuju mobil Dad. Membereskan barang – barangku. Lalu
naik mobil Dad.
Sampailah aku dirumah. Mencium wewangian
bunga dari taman yang dulu di taman Mom, aku membantunya merawat dan menanam
beberapa bunga disini juga. “Masih kau rawat ya ? Buktinya tidak ada yang
layu.” Ujarku pada Dad. “Iya, aku merawatnya, kau tenang saja.” Ujar Dad. Aku
tersenyum senang. “Terima kasih Dad. Pasti Mom senang.” Ujarku menunduk. Aku
jadi mengingat kembali memoriku dengan Mom ketika menanam bunga bersama. Aku
ingat waktu itu aku masih SMP. Mom, minta aku untuk membeli beberapa benih yang
ia catat di suatu kertas. Lalu aku membelinya dengan menaiki sepeda.
Kejadiannya tidak lama setelah aku pindah ke San Francisco.
“Sudahlah, ayo kita masuk. Kau baru
sampai.” Ujar Dad tiba – tiba. “Baiklah..” ujarku lesu. “Aku sudah menyiapkan
pasta, aku tak tahu kau suka atau tidak, tapi yang jelas aku berusaha sekali
membuat makanan itu.” Ujar Dad lagi. “Benarkah ? Kebetulan aku juga lapar.
Makanan di pesawat hanya mengganjal perutku Dad. Hahaha.” Ujarku tertawa
renyah. “Hahaha, seperti biasa ya Nak, kau selalu lapar. Ayolah masuk. Aku juga
sudah membereskan kamarmu.” Ujar Dad lagi. Dad terlalu baik. Mungkin ini karena
aku sudah lama tak pulang. Jadilah dia membuat semuanya special. “Baiklah
terima kasih lagi Dad. Aku menyayangimu.” Ciumku ke pipi kanan Dad. “Aku juga.”
Senyumnya lalu kami masuk.
Brent’s
Aku melajukan mobilku secara cepat,
bergegas ke rumah Rose setelah mendengar keterangan Jahat dari Rebecca. Maksud
dia apa ? Aku tidak ada urusan lagi dengan Rebecca. Rebecca begitu jahat.
Memang sudah aku duga. Aku pun sampai dan memarkirkan mobilku di depan Flat
Rose.
Aku turun lalu masuk melalui pintu
utama. Flat Rose tingkat dan Flat nya berada di lantai dua. Aku naik keatas
secara cepat. Aku berhenti di depan pintu Flat nya. Aku menghela nafas. “Tok..
Tok.. Tok..” aku mengetuk pintunya. Aku mengetuk berulang kali dan tidak ada
jawaban. “Orangnya tidak ada, dia pergi sejak siang tadi, membawa koper.” Ujar
seseorang di sebelah Flatnya. Tiba – tiba orangnya keluar. “Hah ? Brent ? Kau
Brent dari OneRepublic kan ?” ujarnya padaku kaget. “Iya, kenapa ? Kau tahu
kemana Rose ?” ujarku bertanya. “Oh, kau temannya Rose ? Beruntung sekali dia.
Dia pergi. Membawa koper. Tapi dia tidak bilang padaku pergi kemana.” Ujarnya
menjelaskan. “Hmm, baiklah, terima kasih ya.” Ujarku lalu pergi. “Hey, tunggu
sebentar.” Ujar orang itu lagi lalu aku berhenti. Dia masuk ke dalam Flat nya
lalu mengambil sebuah kaos. “Ini kaos adikku, dia adalah fans berat
OneRepublic. Dia akan senang sekali jika kau mau menandatangani ini.” Ujarnya
sambil menyerahkan kaos itu. Aku pun tersenyum lalu dia memberikanku pulpen
lalu aku menandatanganinya. “Terima kasih banyak Brent. Aku Joe.” Ujarnya lagi
memperkenalkan diri. “Okay, sama – sama Joe.” Ujarku lalu pergi. Berarti tujuan
terakhir mencari Rose adalah di Golden Music Center. Aku melajukan mobilku
cepat.
“Hai James, apa kabar kau ?” ujarku pada
James dan tersenyum. “Aku baik. Ada apa kau kesini Brent ?” ujarnya bertanya.
“Aku mencari Rose.” Ujarku singkat. “Rose ?” ujarnya. Lalu seketika Gary
datang. “Dia mencari Rose.” Ujar James. “Rose ? Serius kau tidak tahu Rose
kemana ?” tanya Gary padaku. “Aku tidak tahu makanya aku kemari.” Ujarku agak
kesal. “Hmmm, dia kan ke San Francisco, Brent. Ku kira dia pamit padamu.” Ujar
Gary. “Apa ?” ujarku kaget. “Serius nih.” Ujarku lagi. “Kami serius. Pergi
seminggu mengunjungi ayahnya. Aku aneh dia tidak pamit padamu.” Ujar James.
Mereka berdua saling berpandangan. “Yasudah terima kasih ya. Aku berhutang
informasi padamu.” Ujarku. “Telepon saja dia.” Ujar Gary. “Baiklah, aku pergi
dulu ya.” Ujarku sambil tersenyum lalu pergi dari toko itu. Aku segera menaiki
mobilku. Aku ingin pulang kerumah dan segera menghubungi Rose. Rose, kau kok
tiba – tiba pergi ketika aku ingin menjelaskan semuanya. Bagiku seminggu itu
lama tanpamu.
Comments
Post a Comment