Skip to main content

OneRepublic FF Part 19



QUALITY TIME WITH DAD

3 days later.
Terima kasih Tuhan, kau telah memberikan ayah sebaik ini. Ujarku dalam hati ketika Dad membangunkanku dari tidurku. “Makasih Dad.” Ujarku. Dia mencium keningku. “Cepatlah bangun, kita akan menengok Ibumu.” Ujarnya lagi. “Benarkah ? Baiklah.” Ujarku tersenyum senang. “Benar. Aku tunggu di ruang tamu ya.” Ujar Dad. “Okay.” Balasku cepat. Aku pun bangun dengan segera dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi.
“Aku siap..” ujarku sambil tersenyum pada Dad. Dad menengokku. “Wow, kau terlihat cantik, pasti Ibumu juga senang.” Ujarnya. Aku tersipu. “Sudahlah, ayo kita berangkat.” Ujarku. Lalu Dad bangun dan menuju pintu, aku mengikutinya. Dad mengunci pintu dan menuju mobilnya. Mobilnya adalah sedan lama, tapi dirawat sangat baik oleh Dad. “Sudah siap ?” ujarnya. “Siap, siap sekali.” Ujarku senang. Dad melajukan kendaraannya segera.

Sampailah aku di sebuah taman pemakaman 1 jam dari rumahku. Setelah sampai aku turun diikuti Dad. Aku menghampiri Dad lalu menggandengnya. “Ibumu sepertinya sudah menunggu.” Ujarnya. “Sepertinya begitu.” Ujarku lagi. Kami berdua berjalan agak cepat. Musim panas sebentar lagi datang. Semi nya  bunga – bunga yang berkembang di Musim Semi terlihat indah di taman pemakaman ini. Sampailah aku di suatu Nisan dengan nama “Gloria Anderson.” Kami berdua duduk jongkok berbarengan.
“Ini dia, Mom, aku datang.” Ujarku pada Mom. Aku berdua berdoa untuk Mom bersamaan. Mom pasti melihat dari sana. Aku yakin dia senang melihat anaknya lagi. Semalam aku memang mimpi bertemu Mom. Dia sangat cantik. “Sudah.. Aku ingin ke suatu tempat yang dulu aku sering kunjungi bersama mu, Dad.” Ujarku pada ayah. Aku ingin ke taman hiburan, aku baru lihat informasi kalau sedang ada festival menuju musim panas. “Baiklah, aku tahu tempatnya.” Ujarnya lagi. Kami pun bergegas ke taman.

“Wah, ramai sekali Dad, aku ingat setahun yang lalu aku terakhir kesini.” Ujarku pada Dad. “Yap kau benar akan hal itu. Rindu kan ? Aku ingin kesana dulu ya Nak, aku akan membelikan kau gula – gula.” Ujar Dad lalu pergi. Aku menyadari bahwa semua akan berjalan baik. Aku hanya belum bisa menerima semuanya saja. Perlahan tapi pasti aku pasti sembuh akan trauma yang menimpa Mom. Mungkin kepergianku ke Denver menyembuhkanku juga. Ahhh, aku senang sekali aku mendapat quality time dengan Dad hari ini. Kira – kira tiga hari lagi aku pulang. Sebentar, sejak 3 hari yang lalu handphoneku mati. Aku akan menyalakan sekarang.
“Hah ? Ya Tuhan, banyak sekali sms.” Ujarku agak kencang sambil menutup mulutku. Aku kaget bukan kepalang. Sms itu datang dari Natasha, Gary, James, Laurent, dan Daniela, dan… Brent.
“Kau kenapa Nak ? Ini gula – gula mu. Ada apa dengan handphonemu ? Apakah rusak ?” ujar Dad yang tiba – tiba datang. Aku kaget tapi aku langsung tersenyum dan bilang. “Handphoneku baik – baik saja kok. Aku tidak apa – apa. Aku hanya kaget melihat sms dan miscall yang banyak di handphoneku. Terima kasih Dad gula – gulanya.” Senyumku menenangkan Dad. Aku akan melihatnya nanti malam. Aku tidak akan merusak hari ini dengan masalahku. Aku tidak mau cerita dengan Dad. Sudah cukup kami berdua bersedih – sedih ria.

Brent’s

“Kenapa kau tidak pernah membalas sms atau mengangkat teleponku. Kau membuatku khawatir Rose.” Ujarku pelan. Aku menatap kosong Iphoneku yang tidak ada balasan sama sekali dari Rose. Sudah tiga hari ini Rose sulit dihubungi. Padahal sebentar lagi aku akan launching Native. Padahal kami sudah berjanji jika Native sudah keluar, aku akan memberikan CD itu special untuk Rose. Jika ingat janji kami berdua, aku ingin menemuinya saja. Hubungan kami hancur karena satu orang saja. Seminggu yang lama bagiku. Aku ingin cepat – cepat bertemu Rose.
“Kau kenapa Brent ? Ayolah, jangan bersedih terus. Tiga hari lagi kita akan Launching Native.” Ujar Zach yang tiba – tiba datang. “Hmm, iya aku tahu Zach.” Ujarku agak sinis padanya. Maafkan aku Zach, tapi aku sedang tidak mood sama sekali. “Hmm, sinis sekali. Aku tahu masalah kau kok. Mudah – mudahan bisa cepat selesai ya.” Ujar Zach sambil menepuk – nepuk bahuku. “Terima kasih telah menenangkanku.” Ujarku pelan. Huft… Aku hanya bisa menghela nafas.

Comments

Popular posts from this blog

House of Tales Karya Jostein Gaarder: Kisah Cinta dalam Novel Tipis, Padat Isi

Dan aku menyadari bahwa aku tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tidak pula hanya untuk para kerabat dan sobat dekat. Aku bisa memelopori sebuah gagasan demi kepentingan seluruh umat manusia. House of Tales  atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Rumah Dongeng, memang menggambarkan sekali isi novel karya Jostein Gaarder ini. Novelnya yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisah hidup sang tokoh utama. Novel-novel Jostein Gaarder yang satu ini juga khas akan petualangan dan pemandangan alam dari negara kelahirannya atau dari negara-negara di Eropa. House of Tale diterbitkan pada tahun 2018, dan diterjemahkan serta diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2019. Manusia sering kali menempuh jalan berbelit-belit sebelum saling berhubungan secara langsung. Tak banyak jiwa yang dianugerahi kemampuan untuk bisa lugas tanpa basa-basi: "Hai kamu! Kita kenalan, yuk!" Tokoh utama, Albert, tak sangka dapat memberikan rasa pada se...

Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi: Menjadi Jujur dan Tak Serakah

"Perjalanan hidupku yang berliku mengajarkan kesadaran kepadaku bahwa peran dan tanggung jawab manusia itu terus dipertukarkan Allah, dari yang paling atas, bisa dilempar ke peran paling bawah." Itulah sepenggal kalimat yang saya ingat dari novel berjudul Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan tahun 2019 lalu. Kalimat tersebut saya kaitkan dengan judul dari ulasan buku dari novel ini sendiri. Saya suka penggalaman tersebut karena menggambarkan sosok pemeran utama Lafran Pane yang ditulis oleh Uda Ahmad Fuadi dalam novel ini. Novel ini memberikan cerita perjalanan hidup Lafran Pane, sang pendiri organisasi besar di Indonesia bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Berlatar belakang waktu penjajahan Belanda dan Jepang, novel ini bercerita tentang kehidupan Lafran Pane sedari kecil yang sudah ditinggal sang Ibu, dan ia harus diurus dan tinggal dengan sang Nenek. Ia merasa 'agak' dikekang dan diatur hidupnya jika ia harus hidup deng...

OneRepublic FF Part 28 (Second of The Last Part)

HERE WE ARE Rose’s “Mana ya Natasha. Dia tidak mengirimkanku sms sama sekali. Ku pikir dia akan telat, sayang.” Ujarku pada Brent. Kami hari ini pulang dari Dublin sehabis liburan. Aku di Dublin sekitar 10 hari. “Mungkin saja telat dia, sabarlah sayang.” Ujarnya padaku. “Baiklah..” ujarku sambil mengecek Iphoneku. “Rose’s…” ujar seseorang berteriak dari ruang lain. Aku melihat dari kerumunan orang di Bandara ternyata itu adalah Natasha. Natasha dengan seorang lelaki. Aku seperti mengenalnya. Ahh, ternyata dia… “Natasha, aku sangat merindukanmu.” Ujarku padanya sambil memeluknya. “Hey, aku terkaget kau dengannya.” Ujarku sambil melirikkan mataku kea rah lelaki yang dibawa b bersama Nat. Ternyata Nat, membawa Gary. “Iya, kau jadi tahu sekarang.” Ujar Nat malu. “Jadi kau…” ujarku sambil menunjuk Gary. “Iya, kami sudah berpacaran.” Celetuk Gary. “Ahhh..” jawabku mengiyakan. “Bagaimana liburan kalian ?” ujar Nat mengubah pembicaraan. Dia mungkin malu menceritakannya bersama k...