QUALITY TIME WITH DAD
3 days later.
Terima kasih Tuhan, kau telah memberikan
ayah sebaik ini. Ujarku dalam hati ketika Dad membangunkanku dari tidurku.
“Makasih Dad.” Ujarku. Dia mencium keningku. “Cepatlah bangun, kita akan
menengok Ibumu.” Ujarnya lagi. “Benarkah ? Baiklah.” Ujarku tersenyum senang.
“Benar. Aku tunggu di ruang tamu ya.” Ujar Dad. “Okay.” Balasku cepat. Aku pun
bangun dengan segera dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi.
“Aku siap..” ujarku sambil tersenyum
pada Dad. Dad menengokku. “Wow, kau terlihat cantik, pasti Ibumu juga senang.”
Ujarnya. Aku tersipu. “Sudahlah, ayo kita berangkat.” Ujarku. Lalu Dad bangun
dan menuju pintu, aku mengikutinya. Dad mengunci pintu dan menuju mobilnya.
Mobilnya adalah sedan lama, tapi dirawat sangat baik oleh Dad. “Sudah siap ?”
ujarnya. “Siap, siap sekali.” Ujarku senang. Dad melajukan kendaraannya segera.
Sampailah aku di sebuah taman pemakaman
1 jam dari rumahku. Setelah sampai aku turun diikuti Dad. Aku menghampiri Dad
lalu menggandengnya. “Ibumu sepertinya sudah menunggu.” Ujarnya. “Sepertinya
begitu.” Ujarku lagi. Kami berdua berjalan agak cepat. Musim panas sebentar lagi
datang. Semi nya bunga – bunga yang
berkembang di Musim Semi terlihat indah di taman pemakaman ini. Sampailah aku
di suatu Nisan dengan nama “Gloria Anderson.” Kami berdua duduk jongkok
berbarengan.
“Ini dia, Mom, aku datang.” Ujarku pada
Mom. Aku berdua berdoa untuk Mom bersamaan. Mom pasti melihat dari sana. Aku
yakin dia senang melihat anaknya lagi. Semalam aku memang mimpi bertemu Mom.
Dia sangat cantik. “Sudah.. Aku ingin ke suatu tempat yang dulu aku sering
kunjungi bersama mu, Dad.” Ujarku pada ayah. Aku ingin ke taman hiburan, aku
baru lihat informasi kalau sedang ada festival menuju musim panas. “Baiklah,
aku tahu tempatnya.” Ujarnya lagi. Kami pun bergegas ke taman.
“Wah, ramai sekali Dad, aku ingat
setahun yang lalu aku terakhir kesini.” Ujarku pada Dad. “Yap kau benar akan
hal itu. Rindu kan ? Aku ingin kesana dulu ya Nak, aku akan membelikan kau gula
– gula.” Ujar Dad lalu pergi. Aku menyadari bahwa semua akan berjalan baik. Aku
hanya belum bisa menerima semuanya saja. Perlahan tapi pasti aku pasti sembuh
akan trauma yang menimpa Mom. Mungkin kepergianku ke Denver menyembuhkanku
juga. Ahhh, aku senang sekali aku mendapat quality time dengan Dad hari ini.
Kira – kira tiga hari lagi aku pulang. Sebentar, sejak 3 hari yang lalu
handphoneku mati. Aku akan menyalakan sekarang.
“Hah ? Ya Tuhan, banyak sekali sms.”
Ujarku agak kencang sambil menutup mulutku. Aku kaget bukan kepalang. Sms itu
datang dari Natasha, Gary, James, Laurent, dan Daniela, dan… Brent.
“Kau kenapa Nak ? Ini gula – gula mu.
Ada apa dengan handphonemu ? Apakah rusak ?” ujar Dad yang tiba – tiba datang.
Aku kaget tapi aku langsung tersenyum dan bilang. “Handphoneku baik – baik saja
kok. Aku tidak apa – apa. Aku hanya kaget melihat sms dan miscall yang banyak
di handphoneku. Terima kasih Dad gula – gulanya.” Senyumku menenangkan Dad. Aku
akan melihatnya nanti malam. Aku tidak akan merusak hari ini dengan masalahku.
Aku tidak mau cerita dengan Dad. Sudah cukup kami berdua bersedih – sedih ria.
Brent’s
“Kenapa kau tidak pernah membalas sms
atau mengangkat teleponku. Kau membuatku khawatir Rose.” Ujarku pelan. Aku
menatap kosong Iphoneku yang tidak ada balasan sama sekali dari Rose. Sudah
tiga hari ini Rose sulit dihubungi. Padahal sebentar lagi aku akan launching
Native. Padahal kami sudah berjanji jika Native sudah keluar, aku akan
memberikan CD itu special untuk Rose. Jika ingat janji kami berdua, aku ingin
menemuinya saja. Hubungan kami hancur karena satu orang saja. Seminggu yang
lama bagiku. Aku ingin cepat – cepat bertemu Rose.
“Kau kenapa Brent ? Ayolah, jangan
bersedih terus. Tiga hari lagi kita akan Launching Native.” Ujar Zach yang tiba
– tiba datang. “Hmm, iya aku tahu Zach.” Ujarku agak sinis padanya. Maafkan aku
Zach, tapi aku sedang tidak mood sama sekali. “Hmm, sinis sekali. Aku tahu
masalah kau kok. Mudah – mudahan bisa cepat selesai ya.” Ujar Zach sambil
menepuk – nepuk bahuku. “Terima kasih telah menenangkanku.” Ujarku pelan. Huft…
Aku hanya bisa menghela nafas.
Comments
Post a Comment