MY LOVE LIVE
3 months later
Rose’s
“halo.. Brent… kok gelap sih ?” ujarku
ketika sedang menyalakan skype. Aku pikir punyaku yang rusak di Denver, atau
memang tidak ada sinyal di Venice ? Aku mengeluh dalam hati sambil terus
mencoba. “Brent, ini masih gelap sayang…” ujarku lagi sedikit teriak. Tiba –
tiba ketika aku sedang mensetting computer ku, semua berubah terang, lama
kelamaan aku bisa melihat badan Brent. Ketika aku menyapanya. “Brent”. Dia
langsung menaruh kertas bertuliskan “I Love You” di depan mukanya. “Maksud kamu
apa sih sayang ? Aku kira komputerku rusak tahu.. Ahhh..” ujarku lagi.
“Jangan marah dong, aku kan udah bikini
ini buat kamu.” Ujarnya menenangkanku. Hah, kukira apa. “Terus kamu emang gak
ngantuk ? Sekarang kan udah jam 11 malam disana...” ujarku menasihati. “Gak
kok, kan jetlag.” Ujarnya bercanda. “Oh, iya kamu seneng gak aku bikinin
tulisan ini ? Oh iya, Merry Christmas ya, maaf telat, sekarang udah tanggal 27
Desember. Hehehe..” ujarnya lagi terkekeh. Brent tidak ada di Denver saat aku
membutuhkannya. Aku sangat merindukannya, jika boleh jujur, aku agak was – was
ketika dia sedang tur seperti ini. Jadi ingat ketika aku mengucap janji
dengannya bahwa aku akan baik – baik saja ketika dia pergi tour nanti. Dan
sekarang semua ketakutanku menggerayangiku.
“Ryan, Drew, Zach, sama Eddie, dimana ?”
tanyaku pada Brent. “Mereka sudah tidur, mereka kelelahan mungkin, kami baru
sampai tiga puluh menit yang lalu, aku rindu kau, jadi aku memutuskan untuk
menghubungimu dulu.” Ujarnya. “Serius ? Aduh aku jadi tidak enak.” Ujarku.
“Jangan begitu, aku kan yang rindu, masa’ sih kau tidak senang aku hubungi. Aku
juga sudah membuatkan ini.” Ujarnya sambil menunjukkan kertas yang ia tulis “I
LOVE YOU” untukku. “Aku senang, senang sekali, rinduku juga tak kalah denganmu.
Kapan kau pulang ?” ujarku bertanya. “Hmm, aku akan menelponmu, masih ada lima
tour lagi. Lalu kembali ke Denver dan mengikuti Tour Amerika, lalu melaunching
album “Native”, lalu bertemu kau lagi.” Ujarnya. “Ahhh, kau membuatku senang
terus.”
Brent’s
“Yap, itulah tugasku.” Ujarku sambil
tersenyum. Jujur saja, sebenarnya aku lelah, tapi aku masih merindukannya.
Merindukan melihat wajahnya, matanya yang indah bagiku. Dia terlihat senang
sekali ketika aku menghubunginya. Disana memang masih jam 5 sore. Rose sedang
libur, jadi waktunya pas sekali aku hubungi. Sebenarnya aku sudah tidak sabar
untuk memeluknya. Tapi, kami masih harus menyelesaikan lima tour Europe lagi.
“Kok diam..” ujarnya mengagetkan
lamunanku. “Hey, Maaf, aku sedang memikirkan sesuatu.” Ujarku mengelak bahwa aku
sedang memikirkannya. “Ku kira kau kelelahan, aku takut kau kenapa – kenapa,
besok apa yang akan kau lakukan ?” tanyanya lagi. “Aku akan istirahat besok,
lalu terbang ke Jerman pada sore harinya, jadi kau tenang saja, aku masih punya
waktu untuk beristirahat. Terima kasih telah mengkhawatirkanku.” Ujarku
menjelaskan. “Baiklah kalo begitu, oh iya, biarkan aku menjemputmu ya ketika
kau pulang dari Europe tour mu, boleh ?” ujarnya. “Boleh, boleh sekali, aku
akan sangat senang, mungkin istri Ryan juga akan menjemput.” Ujarku sambil
tersenyum. “Okay, itu bagus.” Ujarnya singkat. “Hmmm… Rose..” Aku lelah sekali,
aku ingin pamit tapi aku tidak mau, tapi aku harus istirahat, sekarang jam
menunjukkan pukul 12 malam. “Apa sayang ?” ujarnya manis. “Aku… Aku ingin pamit,
aku minta maaf harus memutuskan hubungan di skype ini. Sebenarnya aku masih
ingin berbicara padamu, tapi, aku harus out.” Ujarku perlahan. Kenapa sih aku
harus lelah ? Aku masih ingin berbincang dengannya. “Ahh, yasudah tidak apa,
berbicara seperti ini denganmu saja aku sudah senang. Yasudah aku pamit juga
ya, jaga kondisimu baik – baik. Jangan macam – macam ya. I love you..” ujarnya
menasihatiku. “Iya sayang, terima kasih waktumu, aku juga cinta padamu, sampai
ketemu lagi ya.” Senyumku padanya, lalu aku melambaikan tangan diikuti olehnya.
Senyum manisnya akan menjadi mimpi indahku malam ini di Venice. Besok aku akan
berangkat ke Jerman untuk melakukan tour lainnya. Aku cinta padamu Rose, semoga
semua ini menjadi akhir yang bahagia. Aku pun memutuskan hubungan internetku,
mematikan laptopku lalu menaruhnya di tas yang sudah kami bereskan dan sudah di
packing. Aku melihat anak – anak sudah tidur dengan nyenyaknya sedangkan aku
masih sibuk dengan beres – beres.
Aku pun menggeser badan Eddie perlahan.
Ya, aku tidur dengan Eddie. Eddie menggeser tubuhnya. Aku berbaring. Sekejap
tertidur.
Comments
Post a Comment