Skip to main content

OneRepublic FF Part 12



WALKING TOGETHER

Rose’s
“Tak percaya apa yang terjadi semalam.” Ujarku ketika baru bangun dari tidur. Aku senang sekali, Brent, seorang artis, ah, bukan, seorang lelaki yang cukup manis menurutku menembakku. Aku saja bingung, harus menjawab apa, lagian aku hanya jawab iya, itulah yang bisa keluar dari dalam mulutku sekarang.
Aku bergegas mengambil handukku, dan menuju kamar mandi yang tak begitu bagus. Tapi, bagiku hari itu kamar mandi ku terlihat bagus. Mungkin de javu ya, semua yang dilakukan semalam dengan Brent, jadi terasa indah sekarang. Tapi kenapa baru sekarang indahnya ?
Aku masuk dan menyalakan mp3 playerku, seperti biasa musiklah yang menemaniku. Selesai 15 menit mandi ya, yang pastinya dengan air hangat, karena sekarang akan memasuki winter’s time. Sebentar saja, aku tak kuat dingin.
Setelah siap dengan semuanya, aku pun berangkat, ketika aku membuka pintu, tiba – tiba telepon masuk. Bertuliskan “Brent”. “Halo..” aku sapa dia. “Selamat pagi sayang..” ujarnya membalas. “Pagi sayangku..” ujarku membalas. “Hmmm, Aku sudah merindukanmu saja, hehehe.” Ujarnya sambil terkekeh ketika kudengar dari sana. “Ya, begitu juga aku, memangnya hari ini kau libur ? Maksudku, kau tidak punya pekerjaan dengan OneRepublic.” Ujarku lembut. “Tidak, aku libur sekarang, aku menelponmu karena aku ingin jalan – jalan denganmu nanti malam, bisa ?” tanyanya. “Bisa tidak ya…” ujarku dengan kalimat menggantung, dia pun langsung membalas. “Ayolah..” ujarnya memaksa. “Akan ku usahakan..” jawabku. “Baiklah, aku akan menjemputmu, sampai ketemu nanti sayang..” ujarnya manja. “Iya, sampai ketemu juga. Bye, sayang.” Ujarku mengakhiri, lalu dia membalas “Iya sayang, bye..” ujarnya lembut lalu menutup telepon.
Wajarlah, hubungan kami baru sehari, jadilah kehangatan kami masih berasa sekali. Apa yang sedang kau lakukan ya Brent ? Aku juga merindukanmu.

Brent’s
Akhirnya malam pun tiba. Sudah menunggu dari pagi aku dirumah, tak pergi kemana – mana, karena aku tidak ingin pergi kemana – mana selain dengan Rose. Aku masih hangat dengannya, jelas saja baru kemaren aku menembaknya lalu langsung diterima. Aku ingin berangkat sekarang.
Setelah satu jam perjalanan, aku pun sampai dan memarkirkan mobilku dekat dengan toko music tempat Rose bekerja. Aku senang sekali akan jalan lagi dengannya. Kali ini ke Civic Center Park Saja. Biarpun dingin aku tetap akan menjaganya. Aku tahu Rose itu tak suka dingin, dia pernah bilang padaku. Tapi apa mau dikata, Denver kan memang daerah pegunungan, hutan yang dingin.
Aku melihat Rose keluar dari toko itu, sementara aku menunggu sambil bersandar di mobilku. Aku melihat dia berjalan sangat anggun dengan rambutnya panjangnya yang terurai. Cantik sekali dia malam ini.
“Halo sayang, apa kabar ?” ujarku padanya lalu mencium pipi kanannya. “Baik sayang, sudahlah aku malu dilihat James dan Gary.” Ujarnya. “Baiklah, maafkan aku sayang.” Ujarku lalu aku melihat kearah James dan Gary lalu melambaikan tangan. Mereka membalas. Lalu aku membukakan pintu untuk Rose. “Terimakasih.” Ujarnya. Lalu aku tersenyum.
Di perjalanan menuju Civic Center Park kami hanya mengobrol joke yang biasa saja. Hanya joke yang bisa membuyarkan kesepian di dalam mobil kami.
“Sudah sampai.” Ujarku tersenyum. “Aku tak kuat dingin, Brent. Kamu tahu itu kan ?” ujarnya tertunduk lesu. “Tenang sayang, aku bawa jaket tambahan dari bulu. Badanmu pasti tidak akan terlalu dingin.” Ujarku lembut lalu mengambil jaket yang berada di belakang bangkuku. “Terimakasih lagi sayang.” Ujarnya manis.
Aku pun menggandeng tangannya sambil mencari tempat duduk yang pas. Akhirnya ku menemukannya. “Disini saja sayang.” Ujarku. “Kenapa membawaku kesini ?” tanyanya. “Hmm, aku ingin saja kesini, ingin lebih dekat denganmu.” Ujarku. “Okay, baiklah..” ujarnya datar. “Aku ingin bertanya.” Ujarku ketika kami sudah nyaman duduk di kursi itu. “Hmm, tanyakan saja sayang..” ujarnya. Kami masih berpegangan tangan. “Jikalah aku pergi untuk tour, jauh dari Denver, apakah kau siap untuk aku tinggal ?” ujarku. “Maksudmu apa menanyakan seperti itu ?” tanyanya lagi. “Aku hanya bertanya saja. Kamu tahu kan profesiku menuntutku melakukan hal itu, jadi aku tidak mau ada yang kesepian jika aku tinggal nanti.” Ujarku menjelaskan. “Hmmm, baiklah, mudah – mudahan aku siap.. Siap diri ini, dan siap dengan yang ini juga..” ujarnya sambil memegang dadaku pertanda dia akan siap menjaga hati ini. “Kamu terlalu manis untukku, aku akan usahakan untuk selalu menghubungimu.” Ujarku menenangkannya. “Tapi, apakah kau juga bisa menjaga hati ini ?” ujarnya tiba – tiba. “Akan aku usahakan, aku akan selalu menjaga hati ini..” ujarku sambil menunjuk hatinya. “Hmm, kau juga manis kalau begitu sayang..” balasnya. Kami berdua berpegangan tangan. Kepalanya bersandar di bahuku, melihat malam yang indah dan cukup dingin malam itu. Tuhan aku harap hubungan ini akan bertahan lama, atau aku berharap akan bertahan untuk selama – selamanya. Ujarku sambil menengoknya dan tersenyum.

Comments

Popular posts from this blog

House of Tales Karya Jostein Gaarder: Kisah Cinta dalam Novel Tipis, Padat Isi

Dan aku menyadari bahwa aku tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tidak pula hanya untuk para kerabat dan sobat dekat. Aku bisa memelopori sebuah gagasan demi kepentingan seluruh umat manusia. House of Tales  atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Rumah Dongeng, memang menggambarkan sekali isi novel karya Jostein Gaarder ini. Novelnya yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisah hidup sang tokoh utama. Novel-novel Jostein Gaarder yang satu ini juga khas akan petualangan dan pemandangan alam dari negara kelahirannya atau dari negara-negara di Eropa. House of Tale diterbitkan pada tahun 2018, dan diterjemahkan serta diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2019. Manusia sering kali menempuh jalan berbelit-belit sebelum saling berhubungan secara langsung. Tak banyak jiwa yang dianugerahi kemampuan untuk bisa lugas tanpa basa-basi: "Hai kamu! Kita kenalan, yuk!" Tokoh utama, Albert, tak sangka dapat memberikan rasa pada se...

Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi: Menjadi Jujur dan Tak Serakah

"Perjalanan hidupku yang berliku mengajarkan kesadaran kepadaku bahwa peran dan tanggung jawab manusia itu terus dipertukarkan Allah, dari yang paling atas, bisa dilempar ke peran paling bawah." Itulah sepenggal kalimat yang saya ingat dari novel berjudul Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan tahun 2019 lalu. Kalimat tersebut saya kaitkan dengan judul dari ulasan buku dari novel ini sendiri. Saya suka penggalaman tersebut karena menggambarkan sosok pemeran utama Lafran Pane yang ditulis oleh Uda Ahmad Fuadi dalam novel ini. Novel ini memberikan cerita perjalanan hidup Lafran Pane, sang pendiri organisasi besar di Indonesia bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Berlatar belakang waktu penjajahan Belanda dan Jepang, novel ini bercerita tentang kehidupan Lafran Pane sedari kecil yang sudah ditinggal sang Ibu, dan ia harus diurus dan tinggal dengan sang Nenek. Ia merasa 'agak' dikekang dan diatur hidupnya jika ia harus hidup deng...

OneRepublic FF Part 28 (Second of The Last Part)

HERE WE ARE Rose’s “Mana ya Natasha. Dia tidak mengirimkanku sms sama sekali. Ku pikir dia akan telat, sayang.” Ujarku pada Brent. Kami hari ini pulang dari Dublin sehabis liburan. Aku di Dublin sekitar 10 hari. “Mungkin saja telat dia, sabarlah sayang.” Ujarnya padaku. “Baiklah..” ujarku sambil mengecek Iphoneku. “Rose’s…” ujar seseorang berteriak dari ruang lain. Aku melihat dari kerumunan orang di Bandara ternyata itu adalah Natasha. Natasha dengan seorang lelaki. Aku seperti mengenalnya. Ahh, ternyata dia… “Natasha, aku sangat merindukanmu.” Ujarku padanya sambil memeluknya. “Hey, aku terkaget kau dengannya.” Ujarku sambil melirikkan mataku kea rah lelaki yang dibawa b bersama Nat. Ternyata Nat, membawa Gary. “Iya, kau jadi tahu sekarang.” Ujar Nat malu. “Jadi kau…” ujarku sambil menunjuk Gary. “Iya, kami sudah berpacaran.” Celetuk Gary. “Ahhh..” jawabku mengiyakan. “Bagaimana liburan kalian ?” ujar Nat mengubah pembicaraan. Dia mungkin malu menceritakannya bersama k...