WALKING TOGETHER
Rose’s
“Tak percaya apa yang terjadi semalam.”
Ujarku ketika baru bangun dari tidur. Aku senang sekali, Brent, seorang artis,
ah, bukan, seorang lelaki yang cukup manis menurutku menembakku. Aku saja
bingung, harus menjawab apa, lagian aku hanya jawab iya, itulah yang bisa
keluar dari dalam mulutku sekarang.
Aku bergegas mengambil handukku, dan
menuju kamar mandi yang tak begitu bagus. Tapi, bagiku hari itu kamar mandi ku
terlihat bagus. Mungkin de javu ya, semua yang dilakukan semalam dengan Brent,
jadi terasa indah sekarang. Tapi kenapa baru sekarang indahnya ?
Aku masuk dan menyalakan mp3 playerku,
seperti biasa musiklah yang menemaniku. Selesai 15 menit mandi ya, yang pastinya
dengan air hangat, karena sekarang akan memasuki winter’s time. Sebentar saja,
aku tak kuat dingin.
Setelah siap dengan semuanya, aku pun
berangkat, ketika aku membuka pintu, tiba – tiba telepon masuk. Bertuliskan
“Brent”. “Halo..” aku sapa dia. “Selamat pagi sayang..” ujarnya membalas. “Pagi
sayangku..” ujarku membalas. “Hmmm, Aku sudah merindukanmu saja, hehehe.”
Ujarnya sambil terkekeh ketika kudengar dari sana. “Ya, begitu juga aku,
memangnya hari ini kau libur ? Maksudku, kau tidak punya pekerjaan dengan
OneRepublic.” Ujarku lembut. “Tidak, aku libur sekarang, aku menelponmu karena aku
ingin jalan – jalan denganmu nanti malam, bisa ?” tanyanya. “Bisa tidak ya…”
ujarku dengan kalimat menggantung, dia pun langsung membalas. “Ayolah..”
ujarnya memaksa. “Akan ku usahakan..” jawabku. “Baiklah, aku akan menjemputmu,
sampai ketemu nanti sayang..” ujarnya manja. “Iya, sampai ketemu juga. Bye,
sayang.” Ujarku mengakhiri, lalu dia membalas “Iya sayang, bye..” ujarnya
lembut lalu menutup telepon.
Wajarlah, hubungan kami baru sehari,
jadilah kehangatan kami masih berasa sekali. Apa yang sedang kau lakukan ya
Brent ? Aku juga merindukanmu.
Brent’s
Akhirnya malam pun tiba. Sudah menunggu
dari pagi aku dirumah, tak pergi kemana – mana, karena aku tidak ingin pergi
kemana – mana selain dengan Rose. Aku masih hangat dengannya, jelas saja baru
kemaren aku menembaknya lalu langsung diterima. Aku ingin berangkat sekarang.
Setelah satu jam perjalanan, aku pun
sampai dan memarkirkan mobilku dekat dengan toko music tempat Rose bekerja. Aku
senang sekali akan jalan lagi dengannya. Kali ini ke Civic Center Park Saja.
Biarpun dingin aku tetap akan menjaganya. Aku tahu Rose itu tak suka dingin,
dia pernah bilang padaku. Tapi apa mau dikata, Denver kan memang daerah
pegunungan, hutan yang dingin.
Aku melihat Rose keluar dari toko itu,
sementara aku menunggu sambil bersandar di mobilku. Aku melihat dia berjalan
sangat anggun dengan rambutnya panjangnya yang terurai. Cantik sekali dia malam
ini.
“Halo sayang, apa kabar ?” ujarku
padanya lalu mencium pipi kanannya. “Baik sayang, sudahlah aku malu dilihat
James dan Gary.” Ujarnya. “Baiklah, maafkan aku sayang.” Ujarku lalu aku
melihat kearah James dan Gary lalu melambaikan tangan. Mereka membalas. Lalu
aku membukakan pintu untuk Rose. “Terimakasih.” Ujarnya. Lalu aku tersenyum.
Di perjalanan menuju Civic Center Park kami
hanya mengobrol joke yang biasa saja. Hanya joke yang bisa membuyarkan kesepian
di dalam mobil kami.
“Sudah sampai.” Ujarku tersenyum. “Aku
tak kuat dingin, Brent. Kamu tahu itu kan ?” ujarnya tertunduk lesu. “Tenang
sayang, aku bawa jaket tambahan dari bulu. Badanmu pasti tidak akan terlalu
dingin.” Ujarku lembut lalu mengambil jaket yang berada di belakang bangkuku. “Terimakasih
lagi sayang.” Ujarnya manis.
Aku pun menggandeng tangannya sambil
mencari tempat duduk yang pas. Akhirnya ku menemukannya. “Disini saja sayang.”
Ujarku. “Kenapa membawaku kesini ?” tanyanya. “Hmm, aku ingin saja kesini,
ingin lebih dekat denganmu.” Ujarku. “Okay, baiklah..” ujarnya datar. “Aku
ingin bertanya.” Ujarku ketika kami sudah nyaman duduk di kursi itu. “Hmm,
tanyakan saja sayang..” ujarnya. Kami masih berpegangan tangan. “Jikalah aku
pergi untuk tour, jauh dari Denver, apakah kau siap untuk aku tinggal ?”
ujarku. “Maksudmu apa menanyakan seperti itu ?” tanyanya lagi. “Aku hanya
bertanya saja. Kamu tahu kan profesiku menuntutku melakukan hal itu, jadi aku
tidak mau ada yang kesepian jika aku tinggal nanti.” Ujarku menjelaskan. “Hmmm,
baiklah, mudah – mudahan aku siap.. Siap diri ini, dan siap dengan yang ini
juga..” ujarnya sambil memegang dadaku pertanda dia akan siap menjaga hati ini.
“Kamu terlalu manis untukku, aku akan usahakan untuk selalu menghubungimu.”
Ujarku menenangkannya. “Tapi, apakah kau juga bisa menjaga hati ini ?” ujarnya
tiba – tiba. “Akan aku usahakan, aku akan selalu menjaga hati ini..” ujarku
sambil menunjuk hatinya. “Hmm, kau juga manis kalau begitu sayang..” balasnya.
Kami berdua berpegangan tangan. Kepalanya bersandar di bahuku, melihat malam
yang indah dan cukup dingin malam itu. Tuhan aku harap hubungan ini akan
bertahan lama, atau aku berharap akan bertahan untuk selama – selamanya. Ujarku
sambil menengoknya dan tersenyum.
Comments
Post a Comment