Skip to main content

OneRepublic FF Part 10



WATCHING ROMANTIC MOVIE.              

Rose’s
“Yes, Sabar ya Dad, mudah – mudahan aku bisa pulang cepat ke San Franc” ujarku pada Dad. Menenangkannya. “Yes, Baiklah sayang.. Aku sayang padamu.” Ujar Dad. “Aku juga, Bye Dad.” Ujarku sambil menutup telepon. Aku sebenarnya kasian sama Dad. Tapi mau bagaimana lagi. Cukup mudah untuk terbang ke San Frans, tapi tidak mudah untuk mengumpulkan nyaliku melupakan segala sesuatu yang telah terjadi.
“Yap, tunggu saja dulu, aku sebentar lagi sampai.” Ujarku pada Gary di telpon. Dia menghubungiku menyuruhku untuk datang cepat. Sampailah aku terengah melihat Gary yang tidak bagus wajahnya hari ini.
“Ada apa ?” aku lelah. “Ini kau lihat…” ku melihat ada kesalahan pada surat order kami yang di batalkan. “Kok bisa ?” ujarku. “Kok bisa ? Bisa saja.. Hmm, ini bukan hal yang bagus, seharusnya kau lebih teliti.” Ujar Gary sedikit marah padaku. Dan ini juga bukan hari yang bagus untukku. James datang memegang pundakku tiba – tiba. Aku langsung menengoknya. “Jangan begini lagi Rose, kau harus banyak belajar lagi, ini barang mahal.” Ujarnya padaku. “Aku minta maaf yang sebesar besarnya, kemarin sebelum libur aku tidak mengecek lagi, kumohon maafkan aku.” Ujarku pada mereka berdua. Aku malu sekali hari itu. Betapa bodohnya aku. “Yasudah, tidak apa, tapi lain kali tolong ya, diperhatikan lagi.” Ujar James sabar. James pun pergi meninggalkan aku dan Gary. “Makanya lain kali, periksalah terlebih dahulu. Kau selamat kali ini.” Ujar Gary memicingkan wajahnya. “Iya, aku minta maaf..” aku pun pergi kembali ke pekerjaanku lagi.

Two days later…
Brent’s
“Hmm, aku bosan.” Ujarku tiba – tiba kepada teman – temanku. “Bosan ? Yang benar saja, kita sedang berlibur Brent, nikmatilah Colorado hari ini.” Ujar Ryan padaku sambil memainkan gitarnya. “Ya, ya, ya… baiklah..” ujarku cuek. “Ajak saja pacar barumu jalan – jalan..” ujar Drew tiba – tiba. Aku kaget lalu aku berkata. “Hah ? Pacar ? Hey, yang benar saja, kami hanya berteman..” ujarku menjelaskan. “Hey, kau pikir kami tidak tahu.” Ujar Drew lagi, diikuti yang lain tersenyum meledek padaku. Masih sibuk dengan gitarnya, Ryan berkata. “Benar kata Drew, itu ide bagus, supaya kau tidak bosan lagi.” Lalu aku berkata, “Hmm, kupikir bukan ide yang buruk juga.” Ujarku lalu aku mengambil kunci mobilku dan pergi menuju Golden Music Center, tempat dimana Rose bekerja. Aku pamit pada yang lain. “Sukses untuk kencanmu ya..” ujar Eddie meledek. “Hey..” aku hanya bisa mengelak seperti itu. Aku pun berangkat, memikirkan perkataan Drew yang bilang dia adalah pacarku. Mungkin saja secepatnya aku akan menembaknya. Hahaha.
Sampailah aku di toko music tempat Rose bekerja. Masih ramai, padahal sebentar lagi jam tutup toko. Mungkin pelanggan yang mau mengambil pesanannya. Aku menunggu dan mencoba menghubunginya lewat telepon. Tapi beberapa kali tak diangkat. Mungkin handphonenya ada di tasnya. Aku menunggu sajalah, lima belas menit lagi juga tutup.

Rose’s
Huft.. Untung saja sudah selesai semuanya. Aku berharap kejadian dua hari yang lalu tidak terulang lagi. James dan Gary juga sudah meminta maaf.
“Rose, Gary, James, kami pulang dulu ya..” ujar Laurent dan Daniela berbarengan. “Baiklah, hati – hati ya..” ujar Gary. Aku hanya tersenyum. “Iya, bye..” ujar Laurent lagi lalu pergi. Laurent dan Daniela memang tinggal di satu Flat. Bertemu di toko ini lalu berkenalan dan memutuskan untuk patungan menyewa Flat. Wah, enak sekali mereka berdua.
“Mari kita pulang..” ujar Gary, aku tersenyum membantunya menutup toko. “Mari..” ujarku membalas. “Bye semua, sampai ketemu besok ya.” Ujar James lalu berbalik dan pergi, melambaikan tangannya sebentar. Tinggalah berdua aku dan Gary.
Gary berbalik dan kemudian berujar. “Ssstt, Sstt, Rose, berbaliklah..” ujar Gary. “Apa ? Sebentar, aku lagi memeriksa kunci ini.” Ujarku. “Ihh, sudahlah, tengok siapa yang datang. Aku kemudian menengok tentang apa yang di tunjukkan Gary. Aku kaget. Disana telah menunggu seseorang. Seseorang itu adalah Brent. “Mau apa dia kesini ?” ujarku pada Gary. “Ya, mau bertemu kau lah..” ujar Gary. “Hmm..” aku tak menjawab. Brent pun menghampiri kami.
“Hi Gary, Hi Rose..” ujarnya. “Hi..” ujar Gary. Aku diam. “Aku ingin menjemputmu Rose, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat, bisa ?” ujarnya lagi. Gary menengokku, aku menengok Gary dan Gary tersenyum. “Benarkan ?” ujar Gary sambil berbisik. “Hmm, tapi kalau Gary ingin bareng dengan kita itu juga tak apa..” ujarnya lagi. Aku belum menjawab. “Tidak usah…” Ujar Gary tiba – tiba. “Tapi kan, sekalian saja.” Aku menyanggah. “Tidak apa Rose..” Senyum Gary. “Aku pamit duluan ya. Bye..” ujar Gary lalu pergi berjalan menuju terminal bus terdekat.
“Memangnya kita mau kemana ?” tanyaku pada Brent. “Tapi kau beneran mau kan ?” ujarnya lagi. “Iya, aku mau.” Jawabku singkat. “Naiklah ke mobilku dulu.” “Okay.” Balasku. Kami berdua menuju mobilnya dan dia membukakan pintu untukku. “Makasih.” Ujarku sambil tersenyum padanya. Dia kembali tersenyum padaku. Jalanlah kami berdua.
Setelah kurang lebih berjalan 30 menit. Sampailah aku di Mayan Theater. “Mau apa kita kesini ?” tanyaku lagi. “Ya, kau pikir kita mau apa kalau ke bioskop ? hanya untuk bermain permainan anak – anak ?” ujarnya meledekku. “Ya tidak sih, ya pasti mau menonton sesuatu. Memang ada film bagus.” Tanya ku. “Kita lihat nanti, ayo kita masuk.
“Nah, sekarang terserah kau, mau pilih yang mana ?” ujarnya. “Hmmm, Aku ingin menonton.” Ujarku agak lama berpikir. Apakah kau pernah berpikir berkencan dengan seorang artis padahal kau hanya pelayan toko di malam minggu ini ?

Brent’s
“Terserah kau, aku hanya menurut saja..” ujarku pada Rose. “Aku ingin menonton Crazy, Stupid, Love, bagaimana menurutmu ?” ujarnya. “Baiklah..”. ujarku mengiyakan. “Hey, kau menurut saja ? Maksudku, apa kau tidak ingin menonton yang lain ?” tanyanya manis. “Tidak, aku menurutimu saja, aku juga suka film romantic, dan kata temanku film ini apik..” ujarku menjelaskan. “Okay, berapa harga tiketnya ?” tanyanya lagi. Hari ini Rose banyak sekali bertanya. “Hey, ini malam minggu, dan aku sedang di Denver, biar aku saja yang mentraktirmu, agap saja ini ucapan maaf ketika kau menungguku di restoran waktu itu.” Ujarku menenangkan. “Okay, baiklah aku menerima itu.
Setelah membeli tiket. Menunggu sekitar lima belas menit lalu kami masuk bioskop. Duduk berdampingan dengannya membuatku tenang sekali. Aku sangat senang berjalan dengannya. Aku merasa aku mempunyai chemistry dengannya. Apakah aku harus menjadikannya pacar. Perkenalanku sebulan dengannya ini, aku merasa aku cocok dengannya. Tapi apakah dia merasakan hal yang sama denganku ? Merasakan perasaan yang namanya Cinta ?

Comments

Popular posts from this blog

House of Tales Karya Jostein Gaarder: Kisah Cinta dalam Novel Tipis, Padat Isi

Dan aku menyadari bahwa aku tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tidak pula hanya untuk para kerabat dan sobat dekat. Aku bisa memelopori sebuah gagasan demi kepentingan seluruh umat manusia. House of Tales  atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Rumah Dongeng, memang menggambarkan sekali isi novel karya Jostein Gaarder ini. Novelnya yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisah hidup sang tokoh utama. Novel-novel Jostein Gaarder yang satu ini juga khas akan petualangan dan pemandangan alam dari negara kelahirannya atau dari negara-negara di Eropa. House of Tale diterbitkan pada tahun 2018, dan diterjemahkan serta diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2019. Manusia sering kali menempuh jalan berbelit-belit sebelum saling berhubungan secara langsung. Tak banyak jiwa yang dianugerahi kemampuan untuk bisa lugas tanpa basa-basi: "Hai kamu! Kita kenalan, yuk!" Tokoh utama, Albert, tak sangka dapat memberikan rasa pada se...

Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi: Menjadi Jujur dan Tak Serakah

"Perjalanan hidupku yang berliku mengajarkan kesadaran kepadaku bahwa peran dan tanggung jawab manusia itu terus dipertukarkan Allah, dari yang paling atas, bisa dilempar ke peran paling bawah." Itulah sepenggal kalimat yang saya ingat dari novel berjudul Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan tahun 2019 lalu. Kalimat tersebut saya kaitkan dengan judul dari ulasan buku dari novel ini sendiri. Saya suka penggalaman tersebut karena menggambarkan sosok pemeran utama Lafran Pane yang ditulis oleh Uda Ahmad Fuadi dalam novel ini. Novel ini memberikan cerita perjalanan hidup Lafran Pane, sang pendiri organisasi besar di Indonesia bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Berlatar belakang waktu penjajahan Belanda dan Jepang, novel ini bercerita tentang kehidupan Lafran Pane sedari kecil yang sudah ditinggal sang Ibu, dan ia harus diurus dan tinggal dengan sang Nenek. Ia merasa 'agak' dikekang dan diatur hidupnya jika ia harus hidup deng...

OneRepublic FF Part 28 (Second of The Last Part)

HERE WE ARE Rose’s “Mana ya Natasha. Dia tidak mengirimkanku sms sama sekali. Ku pikir dia akan telat, sayang.” Ujarku pada Brent. Kami hari ini pulang dari Dublin sehabis liburan. Aku di Dublin sekitar 10 hari. “Mungkin saja telat dia, sabarlah sayang.” Ujarnya padaku. “Baiklah..” ujarku sambil mengecek Iphoneku. “Rose’s…” ujar seseorang berteriak dari ruang lain. Aku melihat dari kerumunan orang di Bandara ternyata itu adalah Natasha. Natasha dengan seorang lelaki. Aku seperti mengenalnya. Ahh, ternyata dia… “Natasha, aku sangat merindukanmu.” Ujarku padanya sambil memeluknya. “Hey, aku terkaget kau dengannya.” Ujarku sambil melirikkan mataku kea rah lelaki yang dibawa b bersama Nat. Ternyata Nat, membawa Gary. “Iya, kau jadi tahu sekarang.” Ujar Nat malu. “Jadi kau…” ujarku sambil menunjuk Gary. “Iya, kami sudah berpacaran.” Celetuk Gary. “Ahhh..” jawabku mengiyakan. “Bagaimana liburan kalian ?” ujar Nat mengubah pembicaraan. Dia mungkin malu menceritakannya bersama k...