Part
7
“Itu
siapa ?” Tanya Nina pada temannya kate.
“He’s
Danny O’Donoghue. Don’t you know about him ?” ujar Kate kaget pada Nina yang
tidak kenal dengan temannya sendiri. Kate adalah teman kenalan Nina pada saat
Nina kerja part time membantu ayahnya di supermarket dulu.
“Hah
? Becanda kamu.” Ujar Nina dengan wajah tanpa dosa.
“Iya
aku serius Nina. Emang dia gak ngasih tau kamu kalau dia udah jadi bagian dari
MyTown ?” tanya Kate terheran heran.
“Enggak
sama sekali, udah setahun belakangan ini aku hilang kontak sama dia. Terakhir
dia email itu enam bulan yang lalu. Berarti dia udah berhasil ya jadi musisi.
Walaupun belum besar banget.” Ujar Nina sambil mengepalkan tangannya dan
menopang dagunya menonton video klip dari boyband yang Danny gaungi.
“Oh,
dia pernah bilang sama kamu ya kalau dia mau jadi musisi. I think his voice is
really good.” Ujar Kate berkomentar.
“Yes,
he is. He has a beautiful talent. Makanya aku dukung dia banget waktu tau dia
mau jadi musisi. Ayahnya juga niat banget ngajarin dia main piano.” Jelas Nina
menceritakan cerita dahulunya bersama Danny.
“Ayah
pulang…” ujar Mark pada ketiga anaknya yang lucu – lucu itu.
“Lihat,
ayah sudah pulang, cepat kalian sapa ayah kalian.” Senyum Rina mengiringi
kedatangan Mark. Mark membalas senyuman Mark itu.
Mark
ingat ketika pertama kali dia bertemu Rina. Ada perasaan yang beda antara
dirinya dengan Rina. Dia bertemu di sebuah tempat yang sederhana. Akhirnya
setelah selama kurang lebih tiga puluh tahun masa pencarian cintanya, Mark
menemukan Rina yang sampai saat ini sudah memberikannya tiga anak.
“Aku
masak special untukmu.” Ujar Rina tersenyum.
“Wow,
it looks delicious.” Ujar Mark terpesona. Rina selalu tahu apa yang
diinginkannya.
“Ayah,
kapan kita akan berlibur ?” ujar Cameron.
“Hmm,
bagaimana kalau minggu depan ?” ujar Mark tersenyum pada Cameron.
“Tapi
Yah, kau kan harus konser dua hari setelahnya.” Tukas Avery.
“Tidak
apa… Mungkin kita akan ke kebun binatang, setelah itu pulangnya kita makan
malam di restoran kesukaan Ayah dan Ibu dulu.” Ujar Mark lalu mereka semua
tersenyum dan mengangguk.
“Selamat
tidur sayang…” ujar Mark mencium dahi Lila. Mark mengantarkan tidur anak –
anaknya malam itu.
“Terima
kasih Ayah. Oh iya, bolehkan aku mengucapkan sesuatu padamu ?” ujar Lila polos
dengan wajah imutnya.
“Apa
? Katakanlah..” ujar Mark.
“I
love you Dad..” ujar Lila malu malu lalu menutup wajahnya dengan bantal nya.
“Hahaha.
You’re so cute Honey. Now sleep, you have to go to school tomorrow.” Ujar Mark
mengusap dahi Lila lembut dan menciumnya lagi. Lila mengangguk. Tidurlah anak –
anak Mark seketika itu juga.
“Terima
kasih ya masih menyempatkan waktu untuk mereka.” Ujar Rina ketika mereka duduk
berdua di tempat tidur.
“Itu
sudah kewajibanku Rina. Terima kasih juga sudah menjadi Ibu yang baik untuk
mereka.” Ujar Mark menatap wajah Rina lembut. Mark seketika itu juga mencium
lembut bibir Rina.
“I
love you…” ujar Rina setelahnya.
“I
love you too… My love..”
“Glen…
Can you just keep Luke with you ?” ujar Andrea kepada Glen. Andrea adalah Ibu
dari Luke.
“Hmm,
Okay. But…” ujar Glen ingin mengatakan sesuatu pada Andrea tapi Andrea
menangkalnya dan menutup bibir Glen dengan tangannya.
“Ssttt,
enough Glen. Aku harus pergi. Aku ingin Luke bersamamu agar dia selalu terjaga.
Aku takut aku tak bisa menjaganya dengan baik. Aku harus pergi jauh…”
Luke
masih terlalu kecil untuk merasakan perpisahan dengan mamanya itu. Mamanya
harus pergi karena mamanya ada urusan yang tidak ingin dikatakannya kepada Glen
apalagi Luke.
“Be
careful. Kamu masih tetap bisa melihat Luke tumbuh. Pintuku selalu terbuka
untukmu.” Ujar Glen manis dengan air mata yang berlinang. Setelah pamit
akhirnya Andrea membalik tubuhnya dan pergi meninggalkan Glen yang sedang
menggendong Luke pada saat itu.
“Hi
Glen, can we meet up ?” Mark bertanya pada Glen melalui telepon.
“Okay.
Dimana Mark ? Boleh aku mengajak Luke ?” ujar Glen menjawab.
“It’s
okay. Aku akan memperkenalkan seseorang kepadamu, dia adalah temanku yang
nantinya akan bergabung dengan kita untuk membangun sebuah band.” Ujar Mark.
Glen tersenyum melihat tingkah Luke yang sedang makan dengan mulut penuh dengan
sarapan yang di makannya pagi itu.
“Kita
bertemu di Café kita pertama kali bertemu ya. Aku tunggu disana.” Ujar Mark lagi.
“Baiklah.
See you there Mark.” Ujar Glen dan dibalas oleh Mark. Akhirnya Glen bersiap
untuk pergi menemui Mark hari itu juga.
“Hi
Mark. Long time no see.” Ujar Glen membuka pembicaraan. Dia bertemu Mark dan
temannya lagi.
“Hi
Glen. Yes. You’re right. Oh iya, ini dia temanku yang ingin aku perkenalkan.
Dia adalah Danny. Danny ini Glen.” Ujar Mark pada Glen. Lalu Glen mengulurkan
tangannya untuk berkenalan dengan Danny.
“Hi
Danny. Nice to meet you.” Senyum Glen pada Danny.
“Hi
Glen, Nice to meet you, too. Aku dengar kau sudah berteman dengan Mark cukup
lama juga. Dan aku dengan kau bisa memainkan beberapa alat music ya ?” ujar
Danny bertanya. Sebelum Glen bertanya mereka semua duduk.
“Ya
begitulah. Aku juga sudah bekerja di beberapa band sebagai additional player.
Aku dengan kalian baru pulang dari Amerika ya membantu Britney Spears untuk
membuat lagu ?” tanya Glen pada Mark dan Danny.
“Yeah.
Betul sekali, kami baru tiba dua hari yang lalu dari Amerika.” Ujar Mark sambil
tersenyum. Mereka pun berbincang sambil mencetuskan ide – ide untuk membangun
sebuah band.
“Bagaimana
kalau nama band kita adalah The Script. Sederhana dan mudah diingat.” Ujar
Danny tiba – tiba.
“Nice
one. Aku setuju saja.” Ujar Glen menambahkan. Mark mengangguk tanda setuju.
“Itu
apa Danny ?” ujar Mark melihat Danny yang sedang asyik menulis kata – kata di
selembar tisu.
“Hahahaha.
Tidak aku iseng saja. Kupikir ini akan bagus jika dijadikan sebuah lirik lagu
untuk karya pertama kita nanti.” Ujar Danny pada Mark. Mark meminjam tisu itu
dan membacanya.
“Kau
sedang menunggu seseorang ? Hahaha. Tapi kupikir kau benar ini cocok untuk di
jadikan sebuah lagu. ‘The man who is waiting for the girl’ tidak – tidak. ‘The
Man Who Can’t Be Moved’. Lebih enak di dengar.” Jelas Mark panjang lebar.
“Hahaha.
Bisa saja Mark kau ini. Yasudah disimpan saja.” Ujar Danny diikuti tertawa
seluruh member The Script. Kala itu terbentuklah sebuah band yang beranggotakan
tiga orang bernama The Script.
“Together
we cry…” Lirik terakhir lagu we cry telah di selesaikan The Script. Mereka
berlatih untuk manggung di acara besar mereka di Aviva stadium. Mereka tampil
di kampong halamannya sendiri di stadion yang paling megah di Irlandia.
“It
will be the biggest show for us.” Ujar Danny mengambil minumnya dan menegaknya.
“Yeah,
you’re right. Pasti akan seru sekali nantinya.” Ujar Glen.
“Kau
tidak mengundang Nina ?” tanya Mark seketika. Semua terdiam, lalu Danny mencari
tempat duduk untuk menenangkan dirinya. Dia pun menerawang jauh. Dia tak bisa
menjawab.
“Hmm,
mungkin akan kucoba untuk mengiriminya email.” Ujar Danny datar.
“Ahh,
yasudahlah kalau begitu. Aku tidak bermaksud untuk mengungkap kenangan lama.
Baiklah kita lanjut ke lagu berikutnya. Breakeven ya.” Ujar Mark memindahkan
arah pembicaraan yang membuat temannya itu terdiam.
“Aku
baru melihat jadwal tur mu di website resmi The Script. Kabari aku ya jika kau
sudah sampai di Amerika, aku akan ajak kau berkeliling kota New York.” Ujar
Nina pada Danny lewat aku emailnya. Nina tidak sabar menunggu kedatangan Danny
ke Amerika karena dia sangat ingin bertemu teman lamanya itu.
“Aku
sudah sampai Amerika. Jadi nanti kabari aku kita harus bertemu dimana ya. J”
ujar Danny membalas emailnya setelah lama sekali dia dapat email itu dari Nina.
Akhirnya mereka berdua bisa bertemu lagi. Tapi kali ini Danny punya perasaan
yang beda terhadap Nina.
Comments
Post a Comment