Skip to main content

OneRepublic FF Part 22



ME AND DANIEL

Setelah aku kenal dia selama seminggu. Aku pun diajak untuk makan malam hari ini. Anehnya. Brent sama sekali tidak datang ke Flat ataupun datang ke tokoku. Aku bersyukur. Aku diberitahu Gary dan James bahwa dia mencariku ketika aku di San Franc. Oh, ternyata dia mencariku. Pasti dia ingin mendapat penjelasan dariku dan dia menjelaskan penjelasan darinya.
“Terima kasih ya untuk malam ini Rose.” Ujarnya padaku. “Iya sama – sama.” Senyumku padanya. “Aku akan mengantarmu pulang ya.” Ujarnya lagi. Aku mengiyakan.
Setelah sampai dia berdiri dan membukakanku pintu. “Terima kasih. Tidak mampir dulu ?” ujarku bertanya. “Tidak terima kasih. Aku masih ada urusan.” Ujarnya tersenyum. Lalu ia pamit padaku. Aku mengiyakan. Dia masuk mobil dan sebelumnya tersenyum padaku.

Two Weeks Later.
“Rose, aku sudah ditaman. Kau dimana ?” tanyanya di ujung telpon sana. “Aku dibelakangmu.” Ujarku tersenyum padanya. “Hmm, duduklah.” Senyum Daniel. “Terima kasih. Ada perlu apa mengajakku berbincang disini ?” tanyaku padanya. “Hmm, Rose. Aku serius.” Ujarnya sambil menatapku. Aku kaget. “Ada apa ?” Dia tiba – tiba memegang tanganku. “Aku suka padamu. Maukah kau menjadi pacarku ?” ujarnya lagi. “Hah ?” aku melepas pegangannya. Aku terdiam sekitar 30 detik. “Bagaimana ?” ujarnya sambil menatapku dalam – dalam. “Kita coba jalani saja dulu ya. Aku masih agak trauma sedikit.” Ujarku tiba – tiba. “Baiklah. Jadi jawabannya ?” tanyanya lagi. Ahh, tidak aku tidak bisa terima. Tapi aku memang harus move on. “Iya, kita jalani saja dulu.” Ujarku padanya lagi. “Yess……” teriaknya. “Kau kenapa ?” tanyaku. “Tidak, aku senang saja. Terima kasih ya. Aku janji aku akan menjagamu.” Ujarnya sambil memegang tanganku. Aku tersenyum. Aku minta maaf Brent.

Brent’s

One weeks Later.
Hari ini aku ke toko Rose. Aku ingin bertemu dengannya. Setelah dua minggu aku liburan di Aurora, sekarang saatnya aku bicara padanya. Aku sudah sangat siap hari ini. Rose aku datang.
Aku pun sampai di tokonya. Cukup ramai hari itu. Aku melihat Gary, James, Laurent, tapi tak melihat Daniela. Yang pasti aku melihat Rose sedang sibuk melayani pelanggan. Aku turun dari mobilku. Menguncinya. Menarik nafas sebentar dan berkata. “Aku siap.”
Aku pun masuk ke toko Rose. Senyum pada James dan melambaikan tangan pada Gary. Aku langsung menuju Rose. Kurasa James dan Gary mengerti kalo aku ingin bertemu dengan Rose. Aku menghampiri Rose yang sedang sibuk menulis. “Rose..” ujarku padanya. Lalu dia menengokku. Dia terdiam tak ada pembicaraan. Dia hanya menatapku kosong. “Ada apa ?” ujarnya. Dia menunduk. Aku belum menjawab. “Aku ingin menjelaskan Rose. Setelah sekian lama aku hubungi kau, kenapa kau tak pernah mengabariku ?” ujarku padanya agak marah. “Memangnya harus ? Aku kan bukan siapa – siapa kau lagi.” Ujarnya marah. “Rose, aku mohon. Aku harus menjelaskan semuanya. Aku ini masih cinta dengan kau Rose.” Ujarku sedikit teriak. Semua orang seketika melihatku. Aku tak peduli. “Tapi Brent. Aku sudah….” Dia menggantung kalimatnya. “Rose…” ujar seseorang dari jarak 2 meter menghampiri kami berdua. Tanganku masih memegang lengan Rose. Seketika aku melepasnya. Pria itu membawakan Rose bunga mawar merah yang indah. Aku seketika melihatnya dan Rose juga melihat pria itu. “Daniel..” ujar Rose tiba – tiba.

Rose’s

“Sedang apa kau disini ?” ujarku pada Daniel. Dalam keadaan seperti ini ada saja kejadian lain yang terjadi. Akhirnya Daniel pun melihat aku dengan Brent. “Aku ingin menjemputmu Rose.” Ujarnya. “Hmm..” aku tak bisa menjawab. Brent ingin menjelaskan sesuatu tapi semua terpotong. Aku memang harus bersikap aku tak peduli padanya karena aku sayang dengan Brent. “Siapa dia Rose ?” tanya Brent tiba – tiba. “Dia Daniel.” Ujarku singkat. Daniel menghampiri kami berdua. Dia melihat Brent dan menjulurkan tangannya. “Aku Daniel White. Pacar Rose.” Ujarnya singkat. Maksudnya apa Daniel bilang begitu ? Pasti Brent marah sekali.
Brent pun membalas tangan Daniel. “Brent.” Ujarnya singkat. “Aku tahu kau. Bassist OneRepublic kan ?” ujar Daniel lagi. Aku hanya bisa berdiri terdiam melihat mereka berdua. “Iya kau benar.” Balas Brent. “Aku harus pergi ya. Rose, maafkan aku atas kejadian tadi. Aku sangat menyesal. Untuk kau dan Daniel selamat ya.” Ujar Brent lalu dia pergi sambil tersenyum kecut padaku. Ya Tuhan, maafkan aku. Brent maafkan aku.
“Sebentar ya sayang, aku ambil tasku dulu.” Ujarku pada Daniel. “Iya aku menunggu.” Ujarnya singkat. Daniel tak berpikir macam – macam. Tapi aku tak tahu hatinya mungkin bicara lain. Aku mengambil tasku dan pamit dengan yang lain. Daniel memberikan bunga Mawar yang di bawanya kepadaku. Aku menciumnya sebentar, lalu berterima kasih padanya. Dia tersenyum membalasku. Kami pun naik mobil Daniel.
“Brent itu siapa kau ? Kau sepertinya sudah akrab sekali.” Ujarnya tiba – tiba. “Kami hanya teman kok.” Ujarku tenang. Sebenarnya pikiranku tak tenang. “Oh baguslah kalau begitu.” Ujar Daniel. Aku terdiam. Brent dan Daniel. Aku sangat minta maaf atas kelakuanku ini. Aku tak tahu apa yang dipikirkan Brent kali ini. Mungkin dia berpikiran jelek tentangku. Tapi sepertinya aku memang harus begitu.

Comments

Popular posts from this blog

House of Tales Karya Jostein Gaarder: Kisah Cinta dalam Novel Tipis, Padat Isi

Dan aku menyadari bahwa aku tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tidak pula hanya untuk para kerabat dan sobat dekat. Aku bisa memelopori sebuah gagasan demi kepentingan seluruh umat manusia. House of Tales  atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Rumah Dongeng, memang menggambarkan sekali isi novel karya Jostein Gaarder ini. Novelnya yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisah hidup sang tokoh utama. Novel-novel Jostein Gaarder yang satu ini juga khas akan petualangan dan pemandangan alam dari negara kelahirannya atau dari negara-negara di Eropa. House of Tale diterbitkan pada tahun 2018, dan diterjemahkan serta diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2019. Manusia sering kali menempuh jalan berbelit-belit sebelum saling berhubungan secara langsung. Tak banyak jiwa yang dianugerahi kemampuan untuk bisa lugas tanpa basa-basi: "Hai kamu! Kita kenalan, yuk!" Tokoh utama, Albert, tak sangka dapat memberikan rasa pada se...

Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi: Menjadi Jujur dan Tak Serakah

"Perjalanan hidupku yang berliku mengajarkan kesadaran kepadaku bahwa peran dan tanggung jawab manusia itu terus dipertukarkan Allah, dari yang paling atas, bisa dilempar ke peran paling bawah." Itulah sepenggal kalimat yang saya ingat dari novel berjudul Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan tahun 2019 lalu. Kalimat tersebut saya kaitkan dengan judul dari ulasan buku dari novel ini sendiri. Saya suka penggalaman tersebut karena menggambarkan sosok pemeran utama Lafran Pane yang ditulis oleh Uda Ahmad Fuadi dalam novel ini. Novel ini memberikan cerita perjalanan hidup Lafran Pane, sang pendiri organisasi besar di Indonesia bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Berlatar belakang waktu penjajahan Belanda dan Jepang, novel ini bercerita tentang kehidupan Lafran Pane sedari kecil yang sudah ditinggal sang Ibu, dan ia harus diurus dan tinggal dengan sang Nenek. Ia merasa 'agak' dikekang dan diatur hidupnya jika ia harus hidup deng...

OneRepublic FF Part 28 (Second of The Last Part)

HERE WE ARE Rose’s “Mana ya Natasha. Dia tidak mengirimkanku sms sama sekali. Ku pikir dia akan telat, sayang.” Ujarku pada Brent. Kami hari ini pulang dari Dublin sehabis liburan. Aku di Dublin sekitar 10 hari. “Mungkin saja telat dia, sabarlah sayang.” Ujarnya padaku. “Baiklah..” ujarku sambil mengecek Iphoneku. “Rose’s…” ujar seseorang berteriak dari ruang lain. Aku melihat dari kerumunan orang di Bandara ternyata itu adalah Natasha. Natasha dengan seorang lelaki. Aku seperti mengenalnya. Ahh, ternyata dia… “Natasha, aku sangat merindukanmu.” Ujarku padanya sambil memeluknya. “Hey, aku terkaget kau dengannya.” Ujarku sambil melirikkan mataku kea rah lelaki yang dibawa b bersama Nat. Ternyata Nat, membawa Gary. “Iya, kau jadi tahu sekarang.” Ujar Nat malu. “Jadi kau…” ujarku sambil menunjuk Gary. “Iya, kami sudah berpacaran.” Celetuk Gary. “Ahhh..” jawabku mengiyakan. “Bagaimana liburan kalian ?” ujar Nat mengubah pembicaraan. Dia mungkin malu menceritakannya bersama k...