Skip to main content

OneRepublic FF Part 21



DANIEL

Rose’s

Setelah melalui perjalanan selama 2 jam, akhirnya aku sampai di Denver lagi. Lagi – lagi harus menatap masalah cintaku, lagi – lagi harus bertemu dengan Brent. Pastinya dia akan menghampiriku di toko. Aku pun duduk di Bandara, sambil mengistirahatkan tubuhku, menikmati segelas kopi yang baru saja aku beli. Bahagia karena sudah masuk summer. Akhirnya.
“Boleh aku duduk disini ?” tanya seorang pria yang akan duduk disampingku. “Silahkan.” Ujarku singkat sambil masih menatapnya. Sepertinya aku pernah melihatnya tapi dimana ya ? Aku ingat – ingat selama beberapa detik. “Oh iya..” ujarku agak keras. Pria itu menengokku. “Kau kenapa ?” dia reflex bertanya padaku. “Hmm, maaf aku mengangetkanmu, tapi aku yakin aku pernah melihatmu.” Ujarku padanya sambil tersenyum. “Oh iya ? Benarkah ?” tanyanya meyakinkan. “Iya, serius. Kau yang aku tak sengaja tabrak waktu di bandara San Francisco. Aku ingat betul.” Ujarku yakin. “Ahhh, iya – iya, aku ingat.” Ujarnya tersenyum. “Aku minta maaf ya atas kejadian itu. Ngomong – ngomong, kau ada perlu apa ke Denver ?” tanyaku selanjutnya.
“Aku memang tinggal di Denver. Ke San Francisco hanya untuk tugas kerja saja.” Jawabnya. “Oh begitu baiklah, senang bertemu denganmu. Boleh tahu namamu siapa ?” tanyaku lagi. “Oh iya, aku sampai lupa. Jadi tidak enak. Perkenalkan namaku Daniel White.” Ujarnya sambil mengulurkan tangannya padaku. “Oh okay. Namaku Rose, Rose Anderson lengkapnya.” Ujarku sambil tersenyum. “Rose ? Nama yang bagus.” Ujarnya. “Terima kasih atas pujiannya.” Ujarku malu. “Sama – sama.” Ujarnya.
“Kau tinggal dimana ?” tiba – tiba ketika kami sudah tidak berbincang lagi. “Aku tinggal di Flat di daerah lake wood 6th avenue.” Ujarku jelas. “Ahhh, tidak jauh dari flatku juga. Orang tuaku di Aurora, aku bekerja di sekitaran lake wood. Jadi aku menyewa sebuah Flat disana.” Ujarnya jelas. Wah, ternyata kami tidak jauh tempat tinggalnya. “Hmm, okay. Itu bagus. Hmm, aku minta maaf aku harus pergi dari sini. Terima kasih atas perbincangannya.” Ujarku padanya. Lalu aku membawa barang – barangku. “Rose…” tiba – tiba dia teriak memanggilku. “Aku mau minta nomor handphonemu boleh ?” ujarnya sambil menghampiriku. “Baiklah, ini dia.” Aku pun menulis di sebuah kertas yang kuambil dari dalam tasku. “Terima kasih Rose. Senang bertemu denganmu.” Ujarnya lagi sambil tersenyum. Aku pun pamit padanya dan melambaikan tangan. Kurasa Daniel orang yang baik.

Brent’s

Aku masih berusahan menghubungi Rose. Tapi selalu saja di batalkan panggilannya, atau tidak ada balasan sms darinya. Aku semakin merasa bersalah. Sebulan lagi aku ada tour America. Aku hanya ingin semua masalahku selesai.
“Sudahlah jangan dipikirkan terus.” Ujar Drew tiba – tiba. Aku hanya tersenyum padanya. “Aku berusaha. Tapi aku tak bisa.” Ujarku padanya. “Pasti kau bisa. Pasti jika ada jalannya kau kembali padanya.” Ujar Drew bijak. Drew tidak bisa merasakan apa yang aku rasakan. “Aku pernah kok merasakan seperti kau.” Ujar Drew lagi. Dia bisa membaca pikiranku. “Maksudmu ?” tanyaku. “Iya, dulu aku pernah sepertimu. Tapi kami memang tidak bisa di satukan. Yasudah, aku dan dia berpisah. Tapi sampai sekarang aku masih berhubungan dengannya walau jarang. Percayalah jika kau dan dia bisa bersatu, pasti bersatu.” Ujar Drew panjang lebar.
“Kau ada benarnya juga sih.” Ujarku datar. “Sekarang focus saja dengan karirmu. Kita lagi di karir yang bagus.” Ujar Drew lagi. Drew benar. Kenapa aku harus pusing ? Toh, kalau memang aku jodoh, pasti aku bisa bersatu dengan Rose. Aku akan selalu berdoa untuk penyatuan cinta kita lagi.

Comments

Popular posts from this blog

House of Tales Karya Jostein Gaarder: Kisah Cinta dalam Novel Tipis, Padat Isi

Dan aku menyadari bahwa aku tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tidak pula hanya untuk para kerabat dan sobat dekat. Aku bisa memelopori sebuah gagasan demi kepentingan seluruh umat manusia. House of Tales  atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Rumah Dongeng, memang menggambarkan sekali isi novel karya Jostein Gaarder ini. Novelnya yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisah hidup sang tokoh utama. Novel-novel Jostein Gaarder yang satu ini juga khas akan petualangan dan pemandangan alam dari negara kelahirannya atau dari negara-negara di Eropa. House of Tale diterbitkan pada tahun 2018, dan diterjemahkan serta diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2019. Manusia sering kali menempuh jalan berbelit-belit sebelum saling berhubungan secara langsung. Tak banyak jiwa yang dianugerahi kemampuan untuk bisa lugas tanpa basa-basi: "Hai kamu! Kita kenalan, yuk!" Tokoh utama, Albert, tak sangka dapat memberikan rasa pada se...

Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi: Menjadi Jujur dan Tak Serakah

"Perjalanan hidupku yang berliku mengajarkan kesadaran kepadaku bahwa peran dan tanggung jawab manusia itu terus dipertukarkan Allah, dari yang paling atas, bisa dilempar ke peran paling bawah." Itulah sepenggal kalimat yang saya ingat dari novel berjudul Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan tahun 2019 lalu. Kalimat tersebut saya kaitkan dengan judul dari ulasan buku dari novel ini sendiri. Saya suka penggalaman tersebut karena menggambarkan sosok pemeran utama Lafran Pane yang ditulis oleh Uda Ahmad Fuadi dalam novel ini. Novel ini memberikan cerita perjalanan hidup Lafran Pane, sang pendiri organisasi besar di Indonesia bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Berlatar belakang waktu penjajahan Belanda dan Jepang, novel ini bercerita tentang kehidupan Lafran Pane sedari kecil yang sudah ditinggal sang Ibu, dan ia harus diurus dan tinggal dengan sang Nenek. Ia merasa 'agak' dikekang dan diatur hidupnya jika ia harus hidup deng...

OneRepublic FF Part 28 (Second of The Last Part)

HERE WE ARE Rose’s “Mana ya Natasha. Dia tidak mengirimkanku sms sama sekali. Ku pikir dia akan telat, sayang.” Ujarku pada Brent. Kami hari ini pulang dari Dublin sehabis liburan. Aku di Dublin sekitar 10 hari. “Mungkin saja telat dia, sabarlah sayang.” Ujarnya padaku. “Baiklah..” ujarku sambil mengecek Iphoneku. “Rose’s…” ujar seseorang berteriak dari ruang lain. Aku melihat dari kerumunan orang di Bandara ternyata itu adalah Natasha. Natasha dengan seorang lelaki. Aku seperti mengenalnya. Ahh, ternyata dia… “Natasha, aku sangat merindukanmu.” Ujarku padanya sambil memeluknya. “Hey, aku terkaget kau dengannya.” Ujarku sambil melirikkan mataku kea rah lelaki yang dibawa b bersama Nat. Ternyata Nat, membawa Gary. “Iya, kau jadi tahu sekarang.” Ujar Nat malu. “Jadi kau…” ujarku sambil menunjuk Gary. “Iya, kami sudah berpacaran.” Celetuk Gary. “Ahhh..” jawabku mengiyakan. “Bagaimana liburan kalian ?” ujar Nat mengubah pembicaraan. Dia mungkin malu menceritakannya bersama k...