Skip to main content

Pertemuan Pertama

Gian, seorang lelaki yang berperawakan tinggi gagah, cocok sekali jika dia menjadi seorang prajurit pertahanan di Indonesia. Dia adalah lelaki yang mempunyai hidung besar kesamping, tidak mancung, kulitnya sedikit hitam, mungkin coklat dan punya rambut persis seperti potongan para prajurit TNI. Dia tinggal dikawasan elit, ya, Gian adalah seorang anak pengusaha terkenal di Indonesia dan luar negeri. Tak heran, jika dirinya saat ini menjadi mahasiswa jurusan bahasa Inggris.

Nikki, seorang perempuan berparas sangat Indonesia, berkulit sawo matang dan mempunyai rambut pendek seleher. Dia memberikan aksen poni satu sentimeter diatas matanya. Dia tak terlalu tinggi. Ukuran tinggi tubuhnya adalah 159 cm dan juga dia tak terlalu gemuk, badannya wajar bagi orang yang sangat suka makan apa saja (kecuali manisan pala dan yang tidak halal). Dia adalah orang biasa, keluarganya berkecukupan, tapi Nikki tak pernah memperlihatkan hal itu terang-terangan. Dia mengambil jurusan yang sama dengan Gian.

Entah harus bilang apa ketika Nikki mengingat pertemuan pertamanya dengan Gian, ketika kejadian lucu terjadi pada mereka berdua. Nikki masih saja geli mengingat hal itu.
Gian dan Nikki bertemu pertama kali pada saat mereka berdua mendaftar di Universitas yang mereka ikutin pendidikannya saat ini. Mereka bertemu karena, Nikki menabrak Gian ketika terburu-buru untuk mendaftarkan dirinya di Universitas itu. Nikki meminta maaf pada Gian, tapi yang membuat semua berantakan dan kacau adalah, map tempat berkas Nikki dan Gian terjatuh kemudian keduanya tertukar. Ternyata, mereka sama-sama terburu-buru dalam mendaftarkan diri mereka di hari akhir pendaftaran.

"Kok bisa tertukar ya?" tanya Nikki pada dirinya sendiri sambil menggaruk-garuk rambutnya karena bingung. Alhasil, dia harus mencari keberadaan Gian terlebih dahulu baru dia bisa menyerahkan berkas itu.
Nikki mencari kurang lebih selama setengah jam. Nikki melalui ramainya hari akhir pendaftaran, bertemu dengan banyak orang, dan tidak memikirkan penampilannya saat itu sama sekali.
"Hei, kau yang tadi ku tabrak ya? Sebelumnya aku minta maaf, tapi berkasku dengan berkasmu tertukar." ujar Nikki setelah menemukan sosok yang badannya mirip prajurti TNI itu.
"Hah? Maksudmu apa?" Tanya Gian bingung.
"Aku tak bermaksud apapun. Sebaiknya kau lihat sendiri berkas yang ada di dalam map biru itu, periksa nama dan yang lainnya." Nikki memberi saran. Gian pun langsung memeriksa map tersebut.
"Ahhh, benar. Maafkan aku kalau begitu.... Nikki Putri Satrianto." ujar Gian sambil memanggil nama yang ada di dalam map tersebut seperti anak kecil yang baru mengenal bacaan.
"Ya, tidak apa-apa Giandra Garuda Putranto." Nikki membalas permintaan maaf Gian sambil menjulurkan tangannya untuk berkenalan. Gian membalas sapaan tangan itu.
"Salam kenal. Panggil saja aku Nikki."
"Ya, salam kenal. Aku Gian." keduanya tersenyum.



"Kalau saja kita tak bertabrakan dan berkas kita tak tertukar, aku mungkin tak akan pernah bisa bertemu dengan sosok lucu sepertimu, Nikki." ujar Gian dalam hatinya sambil memperhatikan seluruh gerak-gerik yang dilakukan Nikki. Dia masih menatap lekat sosok perempuan yang bisa dibilang selalu mewarnai harinya dan tak pernah membuat Gian sedih.
"Hei Gian! Ada apa denganku memang? Kau melihatku seperti orang yang kerasukan. Memangnya aku hantu?" ujar Nikki yang mengerutkan dahinya bingung dengan apa yang dilakukan Gian. Gian pada saat itu tersentak. Dan berpura-pura meminum soda yang ada di depannya yang ia beli direstoran cepat saji yang mempunyai warna khas kuning dan merah di seluruh dekorasinya.
"Tidak, aku hanya bingung dengan orang di belakangmu." Gian berbohong. Nikki seketika langsung memeriksa orang yang berada di belakang dirinya.
"Kau memperhatikan orang yang berpacaran itu? Tak penting sekali..." ujar Nikki sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu kembali melanjutkan tugasnya.

Comments

Popular posts from this blog

House of Tales Karya Jostein Gaarder: Kisah Cinta dalam Novel Tipis, Padat Isi

Dan aku menyadari bahwa aku tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tidak pula hanya untuk para kerabat dan sobat dekat. Aku bisa memelopori sebuah gagasan demi kepentingan seluruh umat manusia. House of Tales  atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Rumah Dongeng, memang menggambarkan sekali isi novel karya Jostein Gaarder ini. Novelnya yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisah hidup sang tokoh utama. Novel-novel Jostein Gaarder yang satu ini juga khas akan petualangan dan pemandangan alam dari negara kelahirannya atau dari negara-negara di Eropa. House of Tale diterbitkan pada tahun 2018, dan diterjemahkan serta diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2019. Manusia sering kali menempuh jalan berbelit-belit sebelum saling berhubungan secara langsung. Tak banyak jiwa yang dianugerahi kemampuan untuk bisa lugas tanpa basa-basi: "Hai kamu! Kita kenalan, yuk!" Tokoh utama, Albert, tak sangka dapat memberikan rasa pada se...

Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi: Menjadi Jujur dan Tak Serakah

"Perjalanan hidupku yang berliku mengajarkan kesadaran kepadaku bahwa peran dan tanggung jawab manusia itu terus dipertukarkan Allah, dari yang paling atas, bisa dilempar ke peran paling bawah." Itulah sepenggal kalimat yang saya ingat dari novel berjudul Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan tahun 2019 lalu. Kalimat tersebut saya kaitkan dengan judul dari ulasan buku dari novel ini sendiri. Saya suka penggalaman tersebut karena menggambarkan sosok pemeran utama Lafran Pane yang ditulis oleh Uda Ahmad Fuadi dalam novel ini. Novel ini memberikan cerita perjalanan hidup Lafran Pane, sang pendiri organisasi besar di Indonesia bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Berlatar belakang waktu penjajahan Belanda dan Jepang, novel ini bercerita tentang kehidupan Lafran Pane sedari kecil yang sudah ditinggal sang Ibu, dan ia harus diurus dan tinggal dengan sang Nenek. Ia merasa 'agak' dikekang dan diatur hidupnya jika ia harus hidup deng...

OneRepublic FF Part 28 (Second of The Last Part)

HERE WE ARE Rose’s “Mana ya Natasha. Dia tidak mengirimkanku sms sama sekali. Ku pikir dia akan telat, sayang.” Ujarku pada Brent. Kami hari ini pulang dari Dublin sehabis liburan. Aku di Dublin sekitar 10 hari. “Mungkin saja telat dia, sabarlah sayang.” Ujarnya padaku. “Baiklah..” ujarku sambil mengecek Iphoneku. “Rose’s…” ujar seseorang berteriak dari ruang lain. Aku melihat dari kerumunan orang di Bandara ternyata itu adalah Natasha. Natasha dengan seorang lelaki. Aku seperti mengenalnya. Ahh, ternyata dia… “Natasha, aku sangat merindukanmu.” Ujarku padanya sambil memeluknya. “Hey, aku terkaget kau dengannya.” Ujarku sambil melirikkan mataku kea rah lelaki yang dibawa b bersama Nat. Ternyata Nat, membawa Gary. “Iya, kau jadi tahu sekarang.” Ujar Nat malu. “Jadi kau…” ujarku sambil menunjuk Gary. “Iya, kami sudah berpacaran.” Celetuk Gary. “Ahhh..” jawabku mengiyakan. “Bagaimana liburan kalian ?” ujar Nat mengubah pembicaraan. Dia mungkin malu menceritakannya bersama k...