Part 4
Tiga bulan sudah Elina kuliah di kampusnya, belajar English
Literature dan berjalan jalan bersama Danny di kota London. Selama tiga bulan
itu Elina mencoba menghafal jalan – jalan yang ada di kota London. Elina cukup
senang tinggal disana. Sudah boleh juga Elina membawa sepedanya ke kampus.
Elina pun ke kampus menaiki sepedanya, berjalan menelusuri jalan yang padat di
kota London.
Sampailah Elina di kampusnya. Tapi, sesampainya disana,
Elina tidak sengaja mendengar dari cewe cewe jurusan lain.
“You know what, katanya adiknya Danny O'donoghue The Script,
sekolah disini loh.”
“Hah ? Iya ? Wah, asik dong, kita bisa nyamperin dia buat
ketemu sama si ganteng Danny.” lanjut cewe lainnya.
“Iyalah, kita rayu aja dia supaya bisa ketemu Danny, lagian
katanya dia kan baru masuk tuh, sedangkan kita udah kakak kelas, hahaha, jadi
kita bisa paksa dia deh, lagian aku pengen banget ketemu Danny.”
“Iya, hahaha.”
Elina jelas kaget dan langsung menutup
kepalanya dengan kupluk jaketnya. Berlari menelusuri lorong dan menuju
kelasnya. Elina pusing bukan kepalang, baru tiga bulan dia disini, sudah ada
yang tahu kalau ada adiknya Danny disini. Mudah – mudahan dia masih bisa
menutupi statusnya itu.
Selama belajar di kelas Elina tidak tenang, sampai ia
dikagetkan dengan suara Liam, teman sebelahnya.
“Uy, bengong aja sih, 5 kali dipanggilin tahu. Ini, ada
tugas dari pak dosen, suruh berdua kelompok, kebetulan kita sampingan jadi kita
sekelompok berdua ya ?”
“Oh yaudah.” Jawab Elina singkat.
“Kamu gak nanya gitu sama aku tugasnya apa ? Main iya aja...”
kesal Liam.
“Ih, Liam, iya deh, maaf, apa sih emang tugasnya ?” tanya
Elina. Liam menjelaskan tugasnya terhadap Elina. Tanpa sadar, bahwa sebenarnya
Liam memandangi Elina dengan takjub, dia terpesona akan kecantikan Elina saat
memperhatikan penjelasannya.
“Hello, Hey, Hello, tuh kan gantian yang bengong siapa.”
“Eh, iya, maaf..”
“Ih, ngeliatin apa sih ? Ngeliatin aku ya ?? HAHAHa.”
“Iya, eh, enggak kok, aku lagi mikirin konsep tugasnya.”
Liam pun salah tingkah terhadap Elina.
Setelah Elina selesai urusan dengan Liam, Elina menengok ke
arah Javi, dia melihat Javi sampai dia bengong juga.
“Hello, kok bengong gitu sih ?” Tanpa sadar ternyata Javi
telah berada tepat di depannya, menghampiri Elina.
“Ehh, maaf ya ampun..” Elina salah tingkah.
“Iya, gapapa kok, Elina. Oh iya, aku mau nanyain, kamu udah
dapet kelompok belum ?”
“Hmm, aku udah dapet vi, sama Liam.”
“Oh, sayang sekali ya, padahal aku mau ngajak kamu, tapi
gapapa deh, aku nanti cari lagi.”
“Oh, gitu, tapi maaf ya, aku udah dapet.”
“Iya, gapapa kok. Ya udah ya, aku duluan, mau cari temen
dulu.”
“Iya Javi.” jawab Elina singkat. Sayang sekali, padahal
Elina sebenarnya mau sekelompok dengan Javi, tapi apa mau dikata, dia sudah
terlanjur dengan Liam, tapi Elina juga senang setelah tahu kalau Liam itu
pintar juga.
“Kapan kita mau ngerjain tugasnya ?”
“Hmm, mungkin besok hari ini aku ingin pulang cepat, maaf
ya.”
“Tidak apa apa, lagian tugas ini waktunya dua minggu lagi
kok.”
“Makasih ya Liam, aku pulang dulu.”
“Hey, tunggu, kau pulang naik apa ?”
“Aku naik sepeda.”
“Oh, yasudah, hati – hati ya.”
“Iya, terima kasih.” Elina meninggalkan Liam. Sebenarnya
Liam berpikir bahwa ia ingin pulang dengan Elina. Dia ingin kenal lebih dekat
dengan Elina.
Sebelum menaiki sepedanya Elina menelpon ke Danny.
“Dan, aku sudah pulang, bolehkah aku menyusul ke studio mu,
bertemu teman – teman band mu ?”
“Tidak, tidak usah, aku masih sangat sibuk, kapan – kapan
saja ya, sebaiknya kau cepat pulang, mungkin aku akan pulang larut.”
“Oh, baiklah..”
“Hati – hati di perjalanan ya.”
“Iya, baiklah, bye.” Elina menutup teleponnya. Memasukkan ke
dalam tasnya. Sembari menuntun sepedanya keluar parkir sepeda, dia tidak
sengaja mendengar lagi,
“Hey, guys, you know, katanya adiknya Danny kuliah di sini.”
Kata salah satu cowo dalam gerombolan yang sedang duduk di taman yang dilewati
Elina. Elina berhenti sejenak, menutup kepalanya lagi dengan kupluknya untuk
bersembunyi. Untung saja gerombolan cowo itu tidak curiga.
“Hah ? Danny The Script maksudnya ?”
“Iya, betul kamu.”
“Wah, kali saja ya, dengan
bantuan dia, kampus ini bisa mengundang The Script.” Ini apalagi sih, Elina kesal sekali dalam hati, sekaligus bangga juga. Tapi dia merasa terganggu akan hal itu. Padahal dia sudah berusaha menyembunyikannya. Ternyata menyumbunyikan status itu tidak mudah. Pasti nantinya akan terbongkar juga
Comments
Post a Comment