Part 2
Hari ini Elina ke kampus untuk daftar ulang dan seminggu
lagi dia sudah belajar di kampus barunya itu. Elina pun sarapan dengan kakaknya
Danny. Danny membuka pembicaraan.
“Aku akan mengantarmu ke kampus. Aku juga akan menunjukkan
bagaimana ke kampusmu dengan angkutan umum di London ini. Jadi kalau – kalau
aku tak bisa mengantarmu, kau bisa ke kampus sendiri.”
“Yes, thank you Danny. Tapi sepertinya aku butuh sepeda
saja. Kau bilang kampusku tidak terlalu jauh kan dari sini. Sekalian aku ingin
berolahraga, aku hanya butuh sepeda bekas saja kok.”
“Oh, baiklah kalau itu maumu. Aku akan membelikannya nanti.
Aku akan membelikan yang baru.”
“Hmm, Danny, tidak usah yang baru, yang penting masih bagus,
aku tidak enak merepotkanmu terus.”
“Tidak apa – apa adikku sayang.”
“Hmm, baiklah jika kau memaksa.”
“Sudah siap ? Kau sudah selesai sarapan ?”
“Sudah, ayo berangkat.”
Danny memanaskan mobilnya, sementara Elina mengambil tasnya.
Mereka memulai perjalanan menuju kampus Elina. Elina sangat senang bisa kuliah
di London. Ya, walaupun tidak di kampus impiannya, sudah ke London, Inggris
saja dia sudah senang. Di sepanjang perjalanan Elina melihat keluar jendela
terus. Dia terpesona betapa indahnya kota London. Danny sengaja mengajaknya
melewati London Brigde dan London Eye.
“Kapan – kapan aja aku naik itu ya.” tukas Elina sambil
menunjuk London Eye.
“Iya, kau tenang saja.”
“Hmm, coba saja ibu disini, pasti dia akan senang.”
“Iya, aku tahu kok, tapi ibu di Dublin juga ada urusan dan
dia tidak bisa kesini sekarang.”
“Iya, aku tahu.” Danny melanjutkan perjalanannya, tak
terasa, mereka pun sampai di kampus Elina.
“Hey, aku tidak bisa mengantarmu ke dalam, suasana sekarang
sangat ramai, tidak mungkin aku ikut, aku akan ke studio, jika kau sudah
selesai sebaiknya kau pulang saja ya. Ingat jalan yang kutunjukkan tadi kan ?”
“Iya, baiklah aku mengerti, iya aku ingat kok, tenang saja,
terima kasih ya.”
“Iya, sama – sama, bye, be careful..”
“Okay, bye..”
Elina mencoba memberanikan diri untuk masuk ke kampus, Elina
mendaftar sebagai murid dari jurusan English Literature. Dia ingin memperdalam
tentang hal English Literature dan beruntung sekali ia bisa masuk jurusan ini.
Di perjalanan menuju ruang pendaftaran ulang, tiba – tiba dari arah berlawanan
ada seseorang berlari sangat kencang dan tidak melihat ada Elina yang sedang
berjalan dan.... Brukkk... “Aduh, awww, aduh, could you please be careful with
your way ?”
“I'm sorry, maaf ya, gak sengaja, aku lagi buru – buru.”
“Iya yaudah gapapa.” Elina tidak menggubris ucapan cowok itu
dan langsung pergi meninggalkannya. Sebaliknya cowok yang menabrak Elina itu
melihatnya dengan terpesona. Cowok itu sampai – sampai lupa bahwa ia lagi
terburu – buru juga mencari tempat pendaftaran. Akhirnya cowok itu tersenyum
sendiri dan langsung berlari lagi.
Kampus Elina cukuplah besar. Dengan fasilitas yang memadai
dan bagus, sehingga Elina merasa puas sudah masuk ke kampus ini. Elina sampai
di tempat pendaftaran dan langsung daftar ulang.
“Excuse me, Sir, saya Elina, ingin mendaftar ulang untuk
jurusan English Literature.”
“Oh, baiklah sebentar ya, saya cari namamu dulu.” Sementara
dosen itu mencari nama Elina, Elina melihat di belakangnya seperti ada orang
yang dia kenal. Mukanya seperti cowok yang menabraknya tadi dan berpikir bahwa
apakah cowok itu satu jurusan dengannya. Tapi, Elina tiba – tiba di kagetkan
dengan suara panitia pendaftaran yang memanggilnya.
“Elina Luke O'donoghue, hmm, sepertinya nama belakangnya ku
kenal ya, seperti nama vokalis dari band... ahh band apa ya aku lupa.”
“Maybe it's just your feeling, Sir.” Elina ingat, bahwa ia
diberitahu oleh Danny agar tidak usah mengumbar ngumbar atau memberi tahu bahwa
Danny itu artis. Danny kasian terhadap Elina. Elina pasti akan di kejar – kejar
oleh penggemar The Script jika orang tahu bahwa Elina adalah adiknya.
Selesai pendaftaran Elina pun keluar kampus dan mencari bus
yang menuju rumahnya. Elina ingat dengan pesan Danny agar langsung pulang
setelah pendaftaran.
Tiga hari kemudian, Elina berbelanja dengan di antar Danny
membeli perlengkapan untuk kuliah. Tapi Danny menunggu di mobil saja, karena
takut ada yang mengenalinya.
“Hey, hello, aku sudah selesai, tolong buka pintu
belakangmu.”
“Baiklah.” Elina pun menaruh belanjaannya di belakang.
“Sudah selesai, jujur saja aku tidak sabar ingin cepat –
cepat kuliah, Dan.”
“Ya, aku tahu perasaanmu, baiklah, aku ingin mengajakmu ke
suatu tempat.”
“Kemana ?” “Sudahlah ikut saja, hehe.”
“Ahh, kau ini, suka sekali membuatku penasaran.”
Dan dan Elina pun melanjutkan perjalanan. Rasa penasaran
Elina terbayar ketika ia tahu bahwa Danny mengajaknya ke toko sepeda.
“Wah, kau, kau mengajakku ke toko sepeda ?”
“Iya, karena aku tahu kau belum punya sepeda.”
“Wah, thanks my bro.” Elina pun sangat senang. Danny
memarkir mobilnya dan ikut turun dengan Elina, setelah tahu bahwa toko sepeda
itu sedang sepi.
“Aku ikut denganmu, karena tokonya sepertinya sepi.”
“Baiklah..” Mereka berdua masuk, setelah masuk mereka kaget
bahwa penjaga toko sepeda tersebut lumpuh dan harus memakai kursi roda. Elina
sangat kasihan melihatnya, bahwa orang seperti itu, punya usaha sepeda yang
sepi seperti ini.
“Sekarang pilihlah mana yang kau suka, sepeda ini baru
semua, dan kau juga bisa menservice nya disini jika sepeda mu ada gangguan.”
“Okay, baiklah.” Akhirnya Elina memilih sepeda gunung dengan
warna biru. Warna kesukaannya.
Selesai membeli sepeda ia pulang bersama Danny. Dia pun
berterima kasih terhadap Danny yang sudah sangat baik menjadi kakaknya.
Comments
Post a Comment