Inspired by Apologize, the song from OneRepublic
“Danny…” panggil Mark setelah mereka sudah berjanjian untuk
berbincang proyek album keempat yang akan segera dibuat oleh The Script. “Hey,
I’m here.” Ujar Danny membalas. Mark menghampiri Danny dengan senang. “Ada apa
? Senang sekali.” Tanya Danny. “Aku hanya senang sekali karena bisa bertemu
dengan Rina dan anak – anakku. Aku sudah lama tak bertemu dengannya, kau tahu
lah.” Ujar Mark sambil tersenyum. “Iya aku tahu..” ujar Danny. “Ngomong –
ngomong dimana Glen ?” ujar Danny. Tak lama Glen pun datang. “Aku disini..”
senyum manis Glen tercurah di wajahnya. “Ahhh, kebetulan sekali. Sepertinya kau
juga senang ya.” Ujar Danny bertanya pada Glen. “Yap, Luke grows fast, Dan..”
ujar Glen pada Danny. “Oh, okay.. Penerus mu ya..” ujar Danny meledek.
“Jadi, seperti itulah intinya..” ujar Mark setelah selesai
berdikusi tentang album Keempatnya. “Yap, aku setuju.” Balas Danny. Glen
mengangguk tanda mengiyakan. “Aku buru – buru, aku ada perlu dengan Luke
setelah ini, maaf ya aku duluan.” Pamit Glen kepada semua. Dia pergi dahulu
daripada yang lain. “Yap, hati – hati kau..” ujar Mark kepada Glen. Glen
mengambil tasnya lalu pergi. “Baiklah, ayo kita kembali juga.” Ujar Mark kepada
Danny. “Okay.” Danny mengiyakan. Mereka pun menuju mobil mereka.
Danny, Mark, dan Glen tiga personil The Script sedang
liburan di Dublin. Jadi mereka punya banyak waktu berdiskusi dan bersantai.
“Brukk..” bunyi tabrakan antara kedua orang. Danny menabrak seorang perempuan
sehingga yogurt yang dibeli perempuan itu jatuh. “Oh My God.” Ujar wanita itu.
“Hmm, oh maaf..” ujar Danny sambil membantu mengambil lagi yogurt itu. Mark
berhenti dari jalannya dan menengok kejadian itu. “Maaf aku tak sengaja, ini
gara – gara aku asyik dengan Iphoneku.” Ujar Danny. “Hmm, tidak apa, lagian
yogurt itu tinggal sedikit.” Ujar wanita itu. “Hmm, jadi tidak enak, aku.. Aku
Danny O’donoghue.” Ujar Danny tiba – tiba memperkenalkan dirinya ke wanita itu.
“Ahh, iya aku tahu dirimu, aku juga suka The Script. Aku Andrea.” Ujar wanita
itu sambil tersenyum. “Hmm, baiklah, terima kasih untuk itu, lain kali aku akan
mentraktir yogurt untukmu lagi.” Ujar Danny. Andrea tersenyum. “Boleh minta nomor
telponmu.” Tanya Danny. “Ohh, ini dia..” ujar Andrea menulis di kertas kecil
dan memberikan kepada Danny. “Terima kasih, aku akan menghubungimu untuk yogurt
yang aku jatuhkan itu.” Ujar Danny sambil tersenyum. Andrea berlalu. Danny
tertawa tertawa sendiri.
“Sepertinya akan ada seseorang yang punya tambatan hati
baru.” Ujar Mark. “Ahh, bisa saja kau.” Jawab Danny malu. “Aku senang akan itu,
Dan.” Ujar Mark tersenyum. Mereka pun menaiki mobil Mark dan pergi meninggalkan
restaurant tempat mereka berkumpul. Mark mengantarkan Danny ke rumahnya dan
berlalu menuju rumahnya sendiri.
“Jadi bagaimana besok ?” ujar Danny melalui sambungan telpon
dengan Andrea. “Aku bisa, jam 4 sore, bagaimana ?” ujar Andrea di ujung telpon.
“Okay, aku siap.” Ujar Danny bersemangat.
Hari yang ditunggu Danny dan Andrea pun tiba. Mereka berdua
berjanjian di restaurant yang sama waktu pertama kali mereka bertemu. Setelah
berkenalan seminggu melalui telepon, mereka akhirnya bertemu lagi. “Hai. Maaf
ya lama.” Ujar Andrea ketika dia datang. “Tidak apa..” senyum Danny manis. “Kau
mau apa ?” ujar Danny. “Oh iya, Yogurt, aku berhutang Yogurt padamu.” Ujar
Danny sambil tertawa. “Boleh..” jawab Andrea mengangguk. Danny membalas dengan
senyum. Danny memanggil pelayan restaurant disitu, memesan pesanan lalu pelayan
itu pergi, Danny lanjut berbincang dengan Andrea. “Jadi, kekasih mu tidak marah
aku jalan denganmu ?” tanya danny tiba – tiba. “Hmm.. Tidak akan, punya saja
tidak.” Ujar Andrea tersipu malu. “Hah ? Wah, wah, ku kira..” ujar Danny tersipu
malu juga. Pesanan datang, Danny dan Andrea pun menikmati bersama. “Jadi kau
sudah bekerja ya ?” tanya Danny. “Yap, di salah satu majalah di Dublin. Aku
salah satu reporternya. Hanya saja, aku bukan di bagian hiburan, jadi tidak
bisa sering – sering mewawancaraimu.” Ujar Andrea sambil tertawa. “Hahaha, bisa
saja kau ini.” Ujar Danny.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya mereka berdua menjalin hubungan bersama. Sudah
sebulan mereka menjalin hubungan, mereka mengerti satu sama lain. Danny
mengerti kesibukan Andrea, dan Andrea juga mengerti kalaupun Danny harus pergi
tour seperti sekarang ini. “Aku hanya pergi tiga bulan saja, sehabis itu
kembali.” Ujar Danny pada Andrea yang tertunduk lesu kalau dia akan ditinggal
Danny tour. “Aku berharap tiga bulan itu tidak lama.” Ujar Andrea. Danny
memegang tangan Andrea. Danny memegang pipinya untuk Andrea agar menatap
wajahnya. “Percayalah padaku.” Ujar Danny lembut. Seketika itu juga dia Danny
bernyanyi untuk Andrea. Suara Danny membuat Andrea tenang dan seketika itu dia
tersenyum.
“Aku sedang di Jerman.” Ujar Danny melalui telepon.
“Baiklah.. Hati – hati ya sayang..” ujar Andrea. Disisi lain, Danny tidak tahu
ternyata Andrea menduakan Danny, Andrea sekarang berpacaran dengan partnernya
di majalah tempat iya bekerja. Setelah bertelpon dengan Danny, Andrea keluar
dari kamar mandi menuju tempat duduk James dan dirinya sedang makan. “Siapa sih
sayang ?” ujar James padanya. “Narasumberku, dia ingin mengatur ulang jadwal
wawancaranya.” Ujar Andrea berbohong.
“Kau kenapa ?” ujar Mark pada Danny. “Aku merasa ada yang
aneh dengan Andrea, dia sangat jarang sekarang menghubungiku walaupun dengan
sms.” Ujar Danny lesu. “Hati – hati ya. Hey, kita harus naik panggung lima
menit lagi. Aku tunggu ya.” Ujar Mark seketika pergi. “Hey Mark, maksudmu apa
dengan kata “hati – hati” ?” ujar Danny. Mark tak menengok sedikit pun. “Aneh
sekali, ada apa ini?” tanya Danny dalam hati.
TIga bulan sudah Danny menjalani tour nya bersama The
Script. “Aku duluan ya” ujar Ben pamit terlebih dahulu untuk pulang kerumah.
Sampai lah mereka di London untuk menginap di Flat yang mereka sewa. Mark,
Danny, dan Glen pun menuju Flat yang di sewanya di kawasan padat kota London.
“Ahhh, aku lelah sekali.” Ujar Glen tiba – tiba. “Tak sabar segera pulang ke
Dublin, bertemu anak – anakku.” Ujar Mark dengan tersenyum senang. “Aku harus
pergi dulu ya, ingin bertemu Andrea.” Ujar Danny tiba – tiba lalu mengambil
jaket kulit hitamnya. “Danny.. Danny, hey kita baru saja sampai, kau tidak
lelah sama sekali memangnya ?” ujar Mark berteriak. Danny tidak menggubris dan
hanya tersenyum lalu pergi.
“Andrea… Andrea..” ujar Danny sambil mengetuk pintunya.
Andrea tak mendengar. Pintu tak terkunci Danny pun membukanya. Seketika itu
juga Danny melihat Andrea dan James berduaan sedang berbincang mesra. “Andrea…”
ujar Danny pelan. Andrea panic dan mencoba memberhentikan Danny. “Kamu tak
memberitahuku akan pulang.” Ujar Andrea penuh salah. “Aku juga tidak seharusnya
member tahumu.” Ujar Danny kesal. Kesalnya memuncak dan melepas tangan Andrea
yang memegangnya. “Jangan dekati aku lagi. Terima kasih untuk semuanya.” Ujar
Danny. Danny pun bergegas pergi meninggalkan Andrea yang berdiri di depan
rumahnya. Danny berjalan sendiri di keramaian kota London malam itu. Danny
pergi ke restaurant tempat pertama kali dia bertemu dan pulang ke Flat bertemu
Mark dan Glen.
“Kau kenapa ?” tanya Glen. “Kau benar Mark. “Hati – hati”
semua benar terjadi.” Ujar Danny lesu. “Maksudmu ?” tanya Mark tak mengerti.
“Andrea… Dia membelok dariku.” Ujar Danny lalu merebahkan badannya di sofa
nyaman Flat mereka bergabung bersama Glen dan Mark. “Baiklah, aku mengerti, aku
sudah bisa menciumnya Dan.” Ujar Mark. “Tapi apakah harus secepat ini, dia bisa
saja menolakku jika dia sudah punya yang lain, kenapa dia tak jujur saja
padaku.” Ujar Danny tak percaya. “Kita tidak tahu sikap seseorang yang cepat
berubah seiring berjalannya waktu.” Ujar Mark bijak.
Enam bulan kemudian.
“Terima kasih sayang.” Ujar Danny kepada Rose pacar barunya
yang ia temui enam bulan lalu. Sekarang mereka semakin mesra. Danny melihat
sosok yang beda di diri Rose, sosok yang benar – benar ia cari. Mereka sedang
menikmati sore di taman pusat kota Dublin. “Aku mau itu…” ujar Rose sambil
menunjuk tukang ice cream yang berada di ujung jalan. “Baiklah, tunggu sini ya,
aku akan membelikan.” Ujar Danny manis. “Terima kasih.” Senyum manis tersaji
dari wajah Rose. Danny pun berjalan menuju tukang ice cream yang Rose inginkan.
Danny membeli dan tak disangka dia bertemu seseorang yang taka sing baginya.
Yang mengkhianatinya. “Danny…” ujar wanita itu. Wanita itu adalah Andrea.
“Hey..” ujar Danny kaget. “Aku… Aku ingin bicara, Aku ingin minta maaf..” ujar
Andrea lesu. “Maaf ya Andrea, aku buru – buru, aku harus pergi ke pendamping
baruku.” Ujar Danny santai lalu menunjuk arah Rose duduk. Andrea tersentak.
“Tapi aku mohon, aku minta maaf..” ujar Andrea lagi sambil memegang tangan
Danny. Danny menghela nafas. “Sudah terlambat Andrea. Terima kasih. Aku sedang
terburu – buru.” Ujar Danny tersenyum lalu pergi. Andrea hanya berdiri sendiri
menekuk wajahnya.
“Siapa dia…?” tanya Rose pada Danny ketika dia melihat Danny
berduaan dengan Andrea. “Hanya teman, teman masa lalu. Sudahlah kita nikmati
saja ice cream ini.” Ujar Danny. Mereka pun bahagia sambil bercanda bersama
menikmati suasana taman kala itu.
Comments
Post a Comment