Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2015

Maaf, Ini Belumlah Selesai

Jadi, memang menulis itu butuh konsistensi tinggi ya, bahkan untuk menulis satu bait puisi saja, saya sendiri bisa menghabiskan waktu lima sampai sepuluh menit sendiri untuk mencari kata-katanya. Omong-omong, cerita Nikki dan Gian yang saya buat untuk memeriahkan acara #NulisRandom2015 dari @NulisBuku belum bisa saya selesaikan sampai akhir Juni ini. Lagi-lagi saya harus memberikan alasan bahwa saya harus fokus dengan ujian-ujian harian saya, ya memang sebetulnya saya adalah orang yang sulit untuk fokus dalam berbagai hal dalam satu waktu, jadi mungkin saya harus mengorbankan cerita ini. Sedih? Sedih sekali pastinya. Padahal tadinya saya ingin konsisten untuk menulis tiga puluh episode, sesuai dengan bulan Juni itu sendiri yang mempunyai tiga puluh hari. Tapi, saya akan mencoba meneruskannya di bulan-bulan berikutnya. Semoga kalian (yang sudah lama menikmati cerita saya) bisa kembali membaca kisah Nikki dan Gian yang notabene belum selesai. Terima kasih pembaca setia blog saya. T...

Dia Hanya Masa Lalu

"Permisi sebentar Nikki, ini telepon penting." ujar Gian lalu beranjak dari tempat duduknya dan sesekali berbisik berbicara pada temannya yang dipanggil Shely itu. "Aku sedang tidak bisa bicara panjang lebar hari ini. Maumu apa?" "Kita harus bertemu. Aku ingin membicarakan beberapa hal penting padamu." balas Shely. Gian hanya menghela nafas. "Besok sore kutunggu di restoran terakhir kali aku melihatmu bersamanya. Kau masih ingat kan? Jangan pura-pura lupa." jawab Gian cepat dan langsung menutup sambungan teleponnya. "Siapa?" Tanya Nikki setibanya Gian di tempat duduknya lagi. "Teman lama. Masa lalu." "Shely?" "Hey? Bagaimana kau tahu?" "Kau dulu pernah bercerita. Dia adalah masa lalu yang akan sulit kau lupakan. Kau tak pernah sebelumnya merasakan patah hati separah itu. Jadi, bisa kupastikan bahwa itu Shely, masa lalumu." Gian menunduk mendengar pernyataan Nikki. Semua memang benar. She...

Saturated

Seminggu setelah perbincangan panjang antara Gian dan Nikki di sebuah restoran cepat saji, Nikki mengalami perubahan yang tidak dimengerti Gian. Tak biasanya Nikki terlihat murung, bermalas-malasan, tidak suka menjawab atau aktif dalam menanggapi pertanyaan  dosen-dosennya dan juga sering sekali menutup wajahnya ketika lelah. Sesekali Gian bertanya, "Nikki, ada apa dengan kau? Kau terlihat lelah." Nikki tak menjawab dengan segera, dia hanya melihat Gian lalu tersenyum kecut dan kembali ke lamunannya. Melihat hal ini, Gian merasa khawatir. Dia yakin pasti ada yang salah pada diri Nikki ataupun pikirannya. Besoknya selepas jam pertama mata kuliah dikelasnya, Gian coba mendekati Nikki, supaya Nikki bisa bercerita dengannya. "Nikki!" panggilnya cukup keras. "hmmm," jawab Nikki dengan nada malas. "Apa yang terjadi denganmu? Aku tak melihat Nikki seperti biasanya akhir-akhir ini. "Aku tidak apa-apa." jawab Nikki santai. Ketika Gian sed...

Hanya Kamu

Nikki bingung dengan pertanyaan-pertanyaan dari Gian yang terlalu banyak menanyakan tentang Nathan, teman sekampusnya tetapi beda jurusan dengan Gian dan Nikki, membuatnya memikirkan satu hal. Gian terlalu ingin tahu. Tapi, apakah itu karena ada sesuatu yang Nikki tak ketahui yang Gian rencanakan? Entahlah, Nikki tak mau memikirkan terlalu banyak maupun memikirkannya terlalu lama. Bagi dia, masalah yang dia punya sudah terlalu banyak. Kalau harus memikirkan pertanyaan-pertanyaan tak penting tentang Nathan dari Gian, beban hidup dan pikirannya akan tambah berat nantinya. "Kau dulu begitu pemalu, Nikki." ledek Gian sambil terkekeh, "Tapi, sekarang kau terlihat lebih terbuka, terutama pada teman-teman dekatmu." lanjutnya. "Itu sifat wajar golongan darah A. Aku pernah baca di suatu artikel di laman internet, bahwa seseorang golongan darah A, akan lama dalam beradaptasi di lingkungan yang baru. Maka dari itu, jangan heran jikalau aku begitu pendiam di enam bulan ...

Yang tersakiti dan Yang berharap

Nikki termangu melihat sekelilingnya. Ramai oleh berbagai macam sifat dan kepribadian orang-orang. Ramai dengan banyak orang yang ingin mengisi perutnya untuk memenuhi hasrat laparnya akibat jam makan siang yang sudah terlambat. Jam menunjukkan pukul dua siang ketika Nikki melihat jam tangannya yang ia pakai di pergelangan tangan kirinya. "Aku tak menganggap apa-apa sifat aneh Nathan." jawabnya setelah dirinya termangu dengan pertanyaan Gian barusan. "Lagi pula, yang Nathan lakukan untukku adalah bukan sifat aneh. Itu hal biasa, Gian." Ujar Nikki. Nikki menganggap biasa semua sifat atau perilaku yang dilakukan Nathan dengannya. Mulai dari sekali seminggu Nathan mengantarnya pulang, pandangan terpesona Nathan padanya, dan terkadang Nathan membawakannya makan siang ke kelasnya langsung. Nikki tak mau begitu saja terlena dengan perilaku baik Nathan. Terkadang maksud pria bisa saja tersembunyi. Mungkin memang baik di awal, tapi terkadang, sifat baik itu tak semerta m...

Di Bawah Sinar Rembulan

Gian terduduk, dia termangu di balkon rumahnya di kawasan elit Jakarta Timur. Dia duduk dengan kaki bersila sambil menengadah ke atas langit malam. Malam itu langit dihiasi dua bintang yang sangat bercahaya dan bulan yang, sepertinya malu menampakkan kesempurnaan bulat purnamanya, sehingga meminta bantuan sang awan malam untuk menutupinya. Gian sedang memikirkan sesuatu. "Apa iya, diriku suka padamu, Nikki?" ujarnya dalam hati. Dia pun menghela nafas. Setelah dua tahun mengenal sosok Nikki yang periang, Gian pun sesekali bertanya-tanya, apakah wanita ini memiliki kekasih atau tidak? Terang saja, Nikki cantik dan terkadang terlihat manis di satu sisi. Nikki periang, Nikki selalu terlihat bahagia setiap hari Gian bertemu ataupun belajar bersama Nikki. Sekalipun mata kuliah yang ditemukan Nikki terlihat sulit, tapi Gian selalu bisa melihat Nikki riang untuk mengerjakannya. Hanya sesekali saja jikalau Nikki mendapat kesialan, pasti Nikki terlihat lemas, kesal, dan terkadang Gia...

Pertemuan Pertama

Gian, seorang lelaki yang berperawakan tinggi gagah, cocok sekali jika dia menjadi seorang prajurit pertahanan di Indonesia. Dia adalah lelaki yang mempunyai hidung besar kesamping, tidak mancung, kulitnya sedikit hitam, mungkin coklat dan punya rambut persis seperti potongan para prajurit TNI. Dia tinggal dikawasan elit, ya, Gian adalah seorang anak pengusaha terkenal di Indonesia dan luar negeri. Tak heran, jika dirinya saat ini menjadi mahasiswa jurusan bahasa Inggris. Nikki, seorang perempuan berparas sangat Indonesia, berkulit sawo matang dan mempunyai rambut pendek seleher. Dia memberikan aksen poni satu sentimeter diatas matanya. Dia tak terlalu tinggi. Ukuran tinggi tubuhnya adalah 159 cm dan juga dia tak terlalu gemuk, badannya wajar bagi orang yang sangat suka makan apa saja (kecuali manisan pala dan yang tidak halal). Dia adalah orang biasa, keluarganya berkecukupan, tapi Nikki tak pernah memperlihatkan hal itu terang-terangan. Dia mengambil jurusan yang sama dengan Gian. ...

Caci Maki

Nikki, seorang pemudi berusia 20 tahun yang berharap menjadi perempuan biasa yang menjalani kehidupan biasa-biasa saja, tetapi tak bisa. Kenapa? Mari simak kisahnya. Nikki menghela nafas, ia bingung kenapa dia harus melewati hari senin ini dengan penuh caci maki. Memang, caci makinya bukan ditujukan kepadanya, tapi melihat dan mengamati hal itu, membuat Nikki sedikit frustasi. Ia sedang menyendiri di suatu restoran cepat saji bukan untuk melihat atau mendengar kebisingan, tapi untuk mencari ketenangan. Nikki heran sekali, kenapa dunia ini penuh caci maki. "Apa tidak ada cara lain untuk menyelesaikan masalah, selain dengan cara caci maki? Tak ada yang lebih baik lagi memang? Memangnya juga cara caci maki itu baik?" Gumamnya dalam hati. Dia pun meneruskan pekerjaannya untuk mengerjakan deadline tugasnya yang diberikan oleh dosen mata kuliah favoritnya, Composition, salah satu mata kuliah yang dikhususkan bagi para mahasiswa jurusan Bahasa Inggris untuk menuli...

Sulitnya memegang konsistensi.

Orang bilang menulis adalah hal yang paling membahagiakan. Betul, saya setuju akan hal itu. Hanya saja, saya orang yang bisa dibilang baru dalam hal tulis-menulis, merasakan hal yang sangat sulit, yaitu memegang konsistensi untuk tetap terus menulis, sekalipun hanya satu baris kalimat saja. Hal ini mungkin dikarenakan hasrat kemalasan saya yang memang muncul dalam diri ini. Tapi, saya mendapatkan informasi dari salah satu situs yang selalu memberi saya inspirasi, yaitu @NulisBuku di twitter, salah satu sosial media yang bisa memberi berita terbaru setiap detiknya. Ya, situs ini membuat event, #NulisRandom2015 yang bisa diikuti seluruh orang di Indonesia bahkan di dunia ini untuk tetap konsisten menulis setiap harinya di bulan Juni dan yang paling menyenangkannya lagi adalah tidak ada syarat yang diperlukan. Info lengkapnya > https://byotenega.wordpress.com/2015/05/28/ajakan-menulis-random-setiap-hari-edisi-2015/ Terima kasih kakak-kakak pemilik situs ini yang membuat event seru ...