Sudah dua bulan ini ternyata saya tidak menulis apapun pada blog ini. Niat saya, saya ingin konsisten dalam menulis resensi buku, atau sekedar membagi pengalaman tentang buku bacaan. Namun apa daya, ternyata rasa malas dan kurangnya motivasi saya di dua bulan terakhir di tahun 2021 lebih kuat. Sebetulnya, tidak ada alasan apapun untuk tidak menulis, betul?
Selamat tahun baru 2022 untuk semua pengunjung blog saya. Kali ini, tulisan ini, dan pengalaman ini saya bagi terkait waktu bersantai saya, yang saya habiskan dengan buku dari penulis internasional. Penulis internasional yang sudah melegenda itu adalah Ernest Hemingway dengan judul buku memoarnya, Paris yang Tak Berkesudahan. Buku ini adalah buku pertama yang saya miliki dari penulis Ernest Hemingway.
Buku tadi saya beli kala saya berkunjung dan menikmati sedikit liburan saya di Yogyakarta. Saya membelinya di toko bernama Buku Akik yang saya ketahui dari media sosial, dan e-commerce. Pada akhirnya saya bisa berkunjung ke sana. Senang sekali. Ketika kamu hanya mengetahui dan melihat gambar toko buku unik nan terpencil, seperti menemukan hidden gem. Sebuah kata khas yang menggambarkan sebuah tempat keren yang sulit ditemukan. Betul sulit, karena saya sempat tersesat saat mencari tempat tersebut, tapi puas pada akhirnya.
Kembali cerita tentang waktu santai saya yang saya habiskan dengan buku tadi, saya ingin menceritakan sedikit apa yang saya dapat dan bisa saya bagi dari buku tersebut. Mari kita bahasa tentang buku memoar Ernest Hemingway berjudul Paris yang Tak Berkesudahan.
Sesuai dengan judul bukunya, penulis yaitu Ernest sendiri sangat mengambarkan secara apik tentang Paris dan tempat mana saja yang ia kunjungi, terutama untuk tempat menulis. Selain untuk tempat menulis, tempat atau cafe, serta toko buku yang ia kunjungi adalah tempat di mana ia menghabiskan waktu bersama penulis terkenal atau pelukis terkenal lainnya. Beberapa penulis terkenal yang ia temui adalah Scott Fitzgerald, Getrude Stein, dan Ezra Pound.
Membaca buku ini juga membuat saya teringat dengan film karya Woody Allen berjudul Midnight in Paris. Penggambaran tempat yang dikunjungi oleh karakter utama Gill, beberapa bisa ditemukan dalam buku memoar Ernest Hemingway ini. Beberapa tempat yang bisa saya ingat adalah 27 Rue de Fleurus rumah sang penulis Gertrude Stein, Sylvia Beach toko buku tempat Ernest meminjam buku, dan Rue Notre-Dame-des champs.
Berikut beberpa kutipan favorit saya dari buku memoar Paris yang Tak Berkesudahan:
"Di ruangan itu aku memutuskan bahwa aku akan menulis satu cerita tentang setiap hal yang kuketahui. Aku mencoba melakukannya setiap kali aku menulis, dan itu adalah latihan bagus yang ketat."
"Menulis dapat mengobati nyaris apa pun, begitu kuyakini waktu itu, begitu juga sekarang."
Buku memoar ini merupakan buku memoar terjemahan. Buku yang ditulis oleh Ernest Hemingway jauh setelah ia sudah pindah dari Paris, mengundang kita untuk merasakan pengalaman Ernest Hemingway yang diterjemahkan oleh Muhammad Al Mukhlishiddin ke dalam bahasa Indonesia sederhana dan mudah dimengerti, serta apik.
Comments
Post a Comment