Dedicated to Evan Corpse “van, duduk sini aja!” Ajak Delisa. Aku tersentak. Aku bingung seribu bahasa. “Kenapa emang?” “Enggak apa-apa. Lo bawa fotokopiannya gak?” tanyanya lagi. “Enggak.” “Nah, yaudah, duduk sini aja.” Aku pun langsung duduk disampingnya. “Evan?” Dosen mata kuliahku hari Selasa pagi memanggilku cukup keras. Tanganku sedikit bergetar. Pastinya aku mendapat hukuman lagi. “Kenapa terlambat?” “I am overslept, Mam.” Jawabku terbata-bata. Ya, kebetulan hari ini mata kuliah yang berhubungan dengan bahasa Inggris, maka dari itu aku menjawab dengan bahasa Internasional itu. Kembali ke Delisa. Apakah hari ini hari keberuntunganku? Sungguh. Aku bisa pastikan hal ini. Apa yang membuatku beruntung. Delisa. Ya, perempuan yang saat ini duduk tepat disampingku yang selama ini aku idam-idamkan, hanya dalam imajinasiku. *** Hanya di kampusku ini aku bisa melihat sepuasnya. Aku bisa melihat Delisa sepuas hatiku tanpa harus memikirkan macam-macam. Apa yang maca...
Read, Write, Read, Write