Skip to main content

In the Bag - Kate Klise


"Cerita liburan yang penuh makna."

Di penghujung tahun 2020, tepatnya di akhir bulan Desember, tak sengaja saya membuka sebuah kotak penyimpanan besar. Di dalamnya ternyata banyak buku, novel dan majalah ketika saya duduk di bangku SMA dulu. Saya menemukan sebuah buku yang saya tidak ingat sudah baca atau belum, judulnya In the Bag dari penulis Kate Klise. Akhirnya, saya kembali membaca buku ini, dan tak terasa bisa cepat menyelesaikannya.

Buku berjenis Novel ini di tulis Kate Klise pada tahun 2012. Saya membaca novel terjemahannya yang di terjemahkan oleh penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, pada tahun 2013. Novel ini menceritakan tentang cerita orang tua dan anak-anak mereka yang berlibur ke Paris dan Spanyol. Mereka dipertemukan satu sama lain. Mereka merupakan penumpang pesawat yang sama-sama berasal dan terbang dari Chicago, Amerika Serikat.

Sesampainya di transit pertama, tas dari masing-masing koper dan tas anak mereka tertukar. Orang tua tunggal pertama bernama Andrew dengan anaknya Webb, dan orang tua tunggal lainnya adalah Daisy dan anaknya Coco. Tas Coco dan Webb tertukar dan mereka membawa tas yang berisi barang-barang yang sangat berbeda dengan kepribadian mereka.

Sesampainya di tujuan masing-masing, Andrew dan Webb di Spanyol, dan Daisy dan Coco di Paris, mereka pun berisitirahat di hotel mereka. Mereka tak berhenti bertanya-tanya dan mencari tahu bagaimana tas itu bisa tertukar, serta bagaimana bisa mendapatkan kembali tas masing-masing. 

Sampainya mereka di hotel masing-masing pun menjadi awal perjalanan penuh emosi antara orang tua dan anak. Mereka saling memahami anak mereka masing-masing, memahami apa yang remaja mau dan bagaimana cara mereka tetap 'waras' menghadapi karakter anak mereka masing-masing. Tak hanya itu, sebagai orang tua tunggal rasa ingin mencari lagi pasangan hidup pun tumbuh. 

Sampai akhirnya mereka saling berkirim pesan via surat elektronik sehingga Andrew dapat bertemu wanita yang ditemuinya di Bandara yaitu Daisy, dan Webb yang bertemu Coco karena mereka menikmati keseruan bercakap-cakap dan ingin mengembalikan tas mereka masing-masing. Kejadian-kejadian serta percakapan lucu dan hangat khas penulis lewat karakter di novel ini membuat novel ini menjadi novel yang hampir tak bosan untuk dinikmati.

Novel terjemahan ini mirip dengan novel Indonesia berjudul Traveler's Tale, di mana para karakternya berpetualang untuk mencapai satu tujuan dan bertemu seseorang. Pembangunan dialog antar karakter pun seru dan lucu, serta dialog memang menggambarkan bagaimana perilaku karakter-karakter di dalamnya. Chemistry dari masing-masing karakter pun disesuaikan dengan kehidupan orang tua dan anak. Kita pun jadi tahu sisi dan sikap seorang orang tua tunggal terhadap anaknya.

Novel ini mempunyai gaya penulisan yang ringan dan mudah dimengerti. Bahkan pengetahuan-pengetahuan tentang tempat yang dikunjungi karakter-karakternya pun selalu dijelaskan oleh sang penulis. Jadi, tidak hanya menikmati perjalanan karakternya, tapi kita pun juga disuguhi istilah dan ilmu baru terkait Paris, Spanyol dan juga tentang Seni di Eropa. Bahasa terjemahannya pun mudah dimengerti sekali dan hampir tidak menghilangkan esensi dari isi novel itu sendiri.

Sampul cerita yang sangat 'eye-catching', membuat pengunjung toko buku mungkin penasaran dengan isi novel tersebut, yang kita tahu bahwa judulnya hanyalah sebuah frasa, 'in the bag.' Tapi sayangnya, ada beberapa bab yang sedikit membuat bosan untuk dibaca. Empat sudut pandang dari sang penulis untuk novel ini pun harus benar-benar diperhatikan supaya bisa fokus dan mengerti jalan ceritanya. Novel terjemahan ini cocok untuk umur 18 ke atas yang baru masuk ke fase baru kehidupan, ketika ingin tinggal sendiri, dan coba mengatur hidupnya sendiri. Serta para orang tua tunggal yang mungkin ingin tahu bagaimana cara asuh dan latar belakang orang tua tunggal dari Amerika.

Selamat membaca!

DF

Comments

Popular posts from this blog

House of Tales Karya Jostein Gaarder: Kisah Cinta dalam Novel Tipis, Padat Isi

Dan aku menyadari bahwa aku tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tidak pula hanya untuk para kerabat dan sobat dekat. Aku bisa memelopori sebuah gagasan demi kepentingan seluruh umat manusia. House of Tales  atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Rumah Dongeng, memang menggambarkan sekali isi novel karya Jostein Gaarder ini. Novelnya yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisah hidup sang tokoh utama. Novel-novel Jostein Gaarder yang satu ini juga khas akan petualangan dan pemandangan alam dari negara kelahirannya atau dari negara-negara di Eropa. House of Tale diterbitkan pada tahun 2018, dan diterjemahkan serta diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2019. Manusia sering kali menempuh jalan berbelit-belit sebelum saling berhubungan secara langsung. Tak banyak jiwa yang dianugerahi kemampuan untuk bisa lugas tanpa basa-basi: "Hai kamu! Kita kenalan, yuk!" Tokoh utama, Albert, tak sangka dapat memberikan rasa pada se...

Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi: Menjadi Jujur dan Tak Serakah

"Perjalanan hidupku yang berliku mengajarkan kesadaran kepadaku bahwa peran dan tanggung jawab manusia itu terus dipertukarkan Allah, dari yang paling atas, bisa dilempar ke peran paling bawah." Itulah sepenggal kalimat yang saya ingat dari novel berjudul Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan tahun 2019 lalu. Kalimat tersebut saya kaitkan dengan judul dari ulasan buku dari novel ini sendiri. Saya suka penggalaman tersebut karena menggambarkan sosok pemeran utama Lafran Pane yang ditulis oleh Uda Ahmad Fuadi dalam novel ini. Novel ini memberikan cerita perjalanan hidup Lafran Pane, sang pendiri organisasi besar di Indonesia bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Berlatar belakang waktu penjajahan Belanda dan Jepang, novel ini bercerita tentang kehidupan Lafran Pane sedari kecil yang sudah ditinggal sang Ibu, dan ia harus diurus dan tinggal dengan sang Nenek. Ia merasa 'agak' dikekang dan diatur hidupnya jika ia harus hidup deng...

OneRepublic FF Part 28 (Second of The Last Part)

HERE WE ARE Rose’s “Mana ya Natasha. Dia tidak mengirimkanku sms sama sekali. Ku pikir dia akan telat, sayang.” Ujarku pada Brent. Kami hari ini pulang dari Dublin sehabis liburan. Aku di Dublin sekitar 10 hari. “Mungkin saja telat dia, sabarlah sayang.” Ujarnya padaku. “Baiklah..” ujarku sambil mengecek Iphoneku. “Rose’s…” ujar seseorang berteriak dari ruang lain. Aku melihat dari kerumunan orang di Bandara ternyata itu adalah Natasha. Natasha dengan seorang lelaki. Aku seperti mengenalnya. Ahh, ternyata dia… “Natasha, aku sangat merindukanmu.” Ujarku padanya sambil memeluknya. “Hey, aku terkaget kau dengannya.” Ujarku sambil melirikkan mataku kea rah lelaki yang dibawa b bersama Nat. Ternyata Nat, membawa Gary. “Iya, kau jadi tahu sekarang.” Ujar Nat malu. “Jadi kau…” ujarku sambil menunjuk Gary. “Iya, kami sudah berpacaran.” Celetuk Gary. “Ahhh..” jawabku mengiyakan. “Bagaimana liburan kalian ?” ujar Nat mengubah pembicaraan. Dia mungkin malu menceritakannya bersama k...