EPILOG
“Kau
sekarang sudah bahagia Nina, dan selamat ya atas buku yang telah kau luncurkan,
itu bagus sekali. Akhirnya kau bisa menerbitkannya.” Ujar Danny yang kala itu
meminta Nina untuk berbincang empat mata.
“Ya
begitulah, terima kasih ya, Danny. Kau juga sudah bahagia dengan Lea. Bahkan
aku tidak menyangka akan hal itu.” Ujar Nina membalas.
“Hmm,
ini dia, hadiah untukmu.” Danny mengeluarkan sebuah kotak kecil dan
menyerahkannya pada Nina. Nina menerima hadiah itu dan memberikan kode agar
boleh membukanya.
“Hah
? Ini seperti…” Kalimat Nina menggantung ketika membuka kotak itu.
“Iya.
Itu seperti hadiah yang kau berikan sebelum aku pergi ke London. Ketika aku
membuka hadiah itu, aku juga tertegun melihatnnya. Indah sekali. Maka dari itu,
aku buatkan yang sama dengan initial nama yang berbeda.” Jelas Danny. Nina
masih mengagumi hadiah pemberian Danny. Memang kala itu Nina memberikan sebuah
gantungan kunci dengan initial nama danny. Sekarang dia membalasnya dengan
membuatkannya kalung berinitial namanya.
‘Terima
kasih banyak ya, Danny.”
“Aku
juga berterima kasih padamu Nina. Aku juga minta maaf yang sebesar – besarnya
karena aku tidak bisa peka terhadap perasaanmu. Mungkin jika aku sadar sedari
dulu, kitalah yang sekarang berbahagia. Ahh, sudahlah. Aku merusak
kebahagiaanmu saja.” Ujar Danny menggeleng kepalanya. Danny menunduk dan
teriang apa saja yang pernah dilakukannya berdua bersama Nina. Kebahagiaan yang
tak akan pernah bisa dibeli.
“Aku
tahu, Danny. Tapi, mungkin kita memang tak ditakdirkan berjodoh dan hidup
bersama. Tapi kita akan selalu berteman selamanya. Jangan sungkan untuk datang.
Kalung inilah symbol pertemanan kita dan aku akan selalu ingat akan hal itu.”
“Sekarang
kau sudah bahagia dengan Lea. Lea kelihatan sekali sangat menyayangimu. Aku
bahagia akan hal itu.”
“Semoga
suatu saat nanti. Anak – anak kita akan berteman seperti kita dulu. Tapi, tidak
tahu apa yang akan terjadi jika mereka kelak besar. Apa akan sama yang terjadi
pada kita. Hahaha.” Nina tertawa renyah. Nina meminta Danny untuk memasangkan
kalung yang diberikannya itu. Setelah selesai Nina tersenyum sangat manis.
“Nina.”
Panggil seseorang dari belakang mereka. Setelah mereka menengok bersamaan,
ternyata itu adalah Eddie. Nina tersenyum manis dan melangkah menuju tempat
Eddie berdiri perlahan. Karena kala itu, Nina masih memakai gaun pernikahannya.
Sunset yang indah.
“Terima
kasih Danny atas semuanya. Aku akan selalu ingat akan pertemanan kita. Aku
harus pergi. Sampai jumpa lagi.” Ujar Nina pada Danny. Danny melambaikan
tangannya kearah Eddie dan Nina. Mereka tersenyum dan pergi meninggalkan Danny
sendiri.
“Kau
tidak sendiri sayang. Aku disini.” Ujar Lea yang mengulurkan tangannya untuk
digapai oleh Danny. Danny menggapainya dan mencium tangan Lea dengan manis.
Mencium kening Lea dan merangkulnya pergi dari tempat Danny memberikan hadiah
dan kenangan paling manis untuk Nina.
Comments
Post a Comment