Setelah menyelesaikan dua novel sebelumnya dari penulis terkenal asal Norwegia, Jostein Gaarder, saya melanjutkan membaca novel bergenre fantasi, filosofi, dan romansa dari penulis yang sama berjudul Princess of Tales. Novel ketiga yang saya baca ini merupakan novel yang kaya akan cerita dan dongeng yang ditulis oleh Jostein Gaarder dengan sangat apik dan membuat pikiran kita terkesima dengan isinya. Novel terjemahan yang diterjemahkan dan dipublikasi dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Mizan ini merupakan novel yang memiliki "cerita" di dalam cerita.
Dibuka dengan cerita dari karakter utama sekaligus pencerita dari sudut pandang pertama, Petter, yang lahir dan besar di tahun 60an ke 70an. Petter merupakan anak yang memiliki kemampuan unik, yaitu mempunyai kemampuan berimajinasi yang dapat dibuat dan diceritakan olehnya seperti cerita sungguhan. Petter kecil hingga remaja tinggal bersama Ibunya, karena Ibunya sudah bercerai dengan sang Ayah. Petter selalu bercerita dengan Ibunya, atas kejadian apapun yang terjadi dalam imajinasinya, ataupun dalam kehidupan nyatanya.
"Laba-laba telah terperangkap dalam jaringnya sendiri. Awalnya, dia memintal perangkap dari benang sutra yang terjalin indah. Kemudian, dia kehilangan pijakan dan terperangkan dalam jaringnya sendiri."
Seperti terperangkap dalam dunianya sendiri, Petter hampir tidak bisa membedakan mana dunia nyata, mana khayalannya. Suatu ketika Petter tumbuh besar, dan menjalani kehidupannya sendiri, karena ia memilih untuk tinggal sendiri daripada dengan sang Ayah selepas kepergian Ibunya selamanya. Ia pun berteman, menjalin hubungan dengan beberapa wanita, dan tak menghilangkan kebiasaannya bercerita tentang imajinasi dan apa yang dirasakannya dengan teman wanitanya. Sampai akhirnya ia bertemu Maria yang mempunyai permintaan khusus yang mudah saja dikabulkan oleh Petter.
Setelah memenuhi permintaan Maria, baik Petter dan Maria memilih jalan hidup masing-masing. Maria menjadi kurator di Swedia, dan Petter membuat sebuah proyek hasil dari imajinasinya. Semua hasil kerja imajinasinya dituangkan dalam cerita-cerita yang akhirnya Petter buat sebagai sebuah bisnis menulis. Namun, semakin berkembangnya bisnis itu, malah membuatnya terjerembab dalam lingkaran yang ia buat sendiri. Sampai semua cerita hasil imajinasinya tak disangka ia alami sendiri, dan masih ada hubungannya dengan kekasih lamanya, Maria.
Novel yang cukup unik dari segi isi. Namun, hati-hati di bagian pembuka novel ini, ada sedikit rasa bosan jika membacanya, karena cerita Petter sangat dikupas secara rinci. Halaman per bab yang dibuat pun cukup panjang. Satu bab bisa memiliki lebih dari 10 halaman untuk dibaca. Namun, memasuki bab kedua, dengan judul cerita berbeda, tensi membacanya pun semakin seru dengan petualangan dan bagaimana Petter lari dari permasalahannya ketika bisnisnya hampir terungkap. Dilengkapi macam cerita baik dongeng, cerita pengungkapan kasus, ataupun cerita fantasi, salah satunya adalah cerita mengenai Panina Manina, anak seorang pemilik Sirkus terkenal.
Sayangnya pula, walaupun penuh dengan cerita imajinasi dan fantasi, novel ini menurut saya hanya cocok dibaca oleh orang berusia di atas 17 tahun. Pemahaman dan isi cerita di dalamnya cukup berat, dan memiliki cerita yang hanya bisa dinikmati sebagian orang. Di balik itu semua, banyak pelajaran yang bisa diambil dari novel ini. Salah satunya bahwa seluruh perbuatan yang kita lakukan saat ini, pasti akan mempengaruhi masa depan kita. Masa depan kita pastilah hasil perbuatan masa lalu yang mungkin sering luput dari perhatian kita.

Comments
Post a Comment